"Tolong hentikan dan cepat lepaskan sa—" dan dengan cepat juga Alexander menutup mulut Arlet dengan telapak tangannya, "Emh... emh... emh..."
Dia menggeleng karena napasnya mulai sesak, mulut dan hidungnya di tutup rapat oleh telapak itu.
"Jika kau tidak mau menurut maka aku akan melenyapkan mu dengan mudah," Alexander pun segera menyingkirkan tangannya dari mulut dan hidung Arlet.
Dia duduk di atas kedua kakinya, lalu melepaskan handuk itu dari tubuhnya.
Kejantanannya sudah menegak ingin segera merusak segel keperawanan Arlet.
"Hari ini akan menjadi saksi atas pelayanan dirimu padaku, nona Scarlet!" Alexander menyeringai iblis, matanya tajam menyipit dan dengan kasar ia merobek pakaian Arlet hingga menanggalkan celana dalam berwarna pink dan bra berbahan busa yang juga berwarna pink.
"Tidak!" teriak Arlet dengan histeris, saat ia hendak berusaha bangun namaun dengan cepatnya lagi Alexander merobek celana dalamnya lalu membenturkan kejantanannya pada selaput dinding vagina Arlet.
"Aaaaa!!" seketika itu juga urat di seluruh wajahnya seperti menonjol semua, bagaimana bisa ujung tombak dari kejantanan Alexander terasa begitu menyakitinya?
Lalu ia mendorong masuk kejantanannya dan membuat dinding vagina itu luka, robek, dan berdarah.
Alexander benar-benar tak peduli dengan rasa sakit Arlet—gadis tak berdosa yang tengah ia perkosa dengan sadis.
Tangannya mencengkeram pinggul Arlet lalu menahannya sejenak, kemudian dalam satu kali hentakan dorongan berhasil menjebol vagina Arlet hingga membuat kejantanan Alexander masuk setengah.
Di saat yang bersamaan juga Arlet berteriak kuat dengan titian air mata yang terus menetes, mengiringi rasa sakit pada anggota tubuhnya di bawah sana.
Kehormatan yang selama ini ia jaga akhirnya di rampas paksa oleh seorang tuan muda, dia bahkan tak tahu atas dasar apa dirinya di perkosa sampai seperti ini.
"Engh..." Alexander melenguh nikmat saat kejantanannya di jepit paksa oleh vagina Arlet yang baru saja ia rusak.
"Sakit..." lirih Arlet, lalu menggeleng pelan, "Tolong lepaskan saya, tuan..." berulang kali ia mengatakannya dengan penuh iba namun Alexander adalah iblis yang tak mau memperdulikannya.
"Tenanglah nona Scarlet, rasa sakit ini hanya sementara dan setelah kau terbiasa maka rasa sakit ini akan tergantikan dengan rasa nikmat yang luar biasa..." Alexander tersenyum lalu dirinya meniarapkan tubuhnya di atas tubuh Arlet.
Mulai memaju mundurkan kejantanannya dengan pelan di dalam vagina itu, "Aaaa!!" Arlet masih meringis kesakitan, untuk mengurangi rasa sakitnya ... Alexander pun langsung melepaskan bra milik Arlet lalu mengecup buah dadanya yang nampak besar dan berisi padat itu.
"Buah dada mu benar-benar lembut dan berisi, jangan khawatir nona Scarlet... karena memuaskan mu, itu sangatlah muda untukku sebagai seorang pria."
***
Entah sudah berapa lama waktu berlalu hingga akhirnya sperma milik Alexander pun hampir keluar, "Kau ingin aku membuangnya di dalam rahim mu, atau ... membuangnya di atas perut mu?"
Nada pertanyaannya terdengar seperti sedang mengejek
"Sampai mati pun saya tidak akan sudi menerima benih anda, tuan—"
"Aaaaa!" pekik Arlet untuk yang terkahir kali saat Alexander menyergahnya sekuat tenaga hingga pada akhirnya sperma miliknya mengalir masuk ke dalam rahim Arlet.
Napas keduanya tersengal namun Alexander enggan melepaskan diri dari vaginanya.
Cukup lama mereka dalam posisi itu hingga usai juga percintaan mereka, Arlet pun mengernyit—sakit hati hingga akhirnya ia tertidur akibat kelelahan.
***
Tubuh mereka benar-benar di basahi oleh keringat hingga akhirnya Alexander turun dari ranjang dan memakai setelan jas nya yang tadi pagi ia pakai.
Tok... tok... tok...
Seseorang mengetuk pintu kamar di dalam ruangan CEO, bahkan tanpa memikirkan perasaan Arlet, Alexander yang sudah memakai pakaian lengkapnya pun membukakan pintu kamar.
Ken sudah berdiri tegap di balik pintu, "Bawa dia pergi dari hadapanku! Jangan sampai aku melihatnya lagi berada di kota ini!" tandasnya yang kemudian bergegas melenggang pergi dari kamar.
Arlet benar-benar sedih atas hilangnya keperawanan dirinya tapi ini lebih menyakitkan lagi saat dirinya di biarkan telanjang bulat di hadapan pria lain.
Ken masuk ke dalam dan mengeluarkan kunci borgol, dia pria yang berbeda dari kebanyakan pria yang ada.
Jika yang lain akan langsung bergairah saat melihat seorang gadis tak berdaya tengah telanjang bulat, namun tidak bagi Ken.
Dia membuka borgol rantai yang mengunci pergerakannya lalu berbalik memunggungi Arlet, "Segera bersihkan tubuh anda, nona... lalu ikut saya ke suatu tempat—"
"Bunuh saja aku!"
Dengan perasaan penuh putus asa Arlet menangis histeris, "Tak ada gunanya lagi kalian membiarkan ku hidup—"
Bugh!
"Engh...!" pandangan Arlet perlahan memudar lalu mendadak gelap, ia pingsan sesaat setelah Ken memukul kuat tengkuknya.
Jujur, Ken adalah salah satu pria yang malas berurusan dengan wanita ... namun, demi membereskan hal yang sudah tak di sukai tuan muda maka dirinyapun akan segera menyelesaikannya dengan baik, sekalipun ia tak suka.
***
Sebuah mobil hitam mewah menghentikan laju mobilnya dari kecepatan tinggi di sebuah pembuangan sampah, dua penjaga berseragam hitam bernama A dan B itu pun keluar dan membuka pintu bagasi.
Sungguh kejam dan tak berperikemanusiaan, mereka membuat Arlet yang pingsan tergeletak di dalam bagasi mobil.
Kemudian kedua pria itu menggotongnya, tanpa ada bekas kasihan meletakan tubuh sang gadis di antara tumpukkan sampah.
Kawasan ini cukup sepi dan mereka melakukannya dengan sangat aman, tak ada seorang pun yang melihat bahkan mengetahuinya selain diri mereka sendiri.
Di mobil itu hanya ada A dan B, Ken tidak ikut melakukan hal tersebut karena ia mempercayakan pekerjaan ini kepada anak buahnya.
Sementara Ken saat ini tengah mengerjakan beberapa laporan berkas yang menumpuk di atas mejanya.
Usai membuang Arlet di antara tumpukan sampah, keduanya pun bergegas masuk ke dalam mobil lalu segera pergi meninggalkan tempat ini.
***
Sementara itu di dalam kamar ruangan CEO, dua petugas office girl di tugaskan untuk membersihkan ranjang.
Di mana keduanya bisa melihat dengan jelas jejak percintaan seorang pria dan wanita, terlebih lagi dara perawan yang mengotori seprainya.
"Lihat ini," seru office girl bernama Riazzaon sambil menunjuk seprai.
"Sudah cepat bersihkan jangan banyak mencari tahu, tuan muda meminta kita untuk membersihkannya saja tanpa banyak bicara," jawab rekan kerjanya yang bernama Dealori.
Riazzaon pun mengangguk pelan, 'Iya kau benar... selama kita di berikan gaji maka yang lainnya bukan urusan kita lagi."
"Jika kau sudah mengerti maka cepat selesaikan pekerjaan mu."
"Baiklah, baiklah, aku mengerti..."
Setelah menggantikan seprai kotor itu dengan yang baru, barulah keduanya pergi dari kamar tersebut, di ruangan CEO mereka bertemu dengan Alexander.
"Kamarnya sudah kami bersihkan tuan... jika tidak ada hal lainnya lagi kami permisi," ucap Riazzaon lalu mengangguk hormat bersamaan dengan Dealori.
Alexander membalas anggukan kepala mereka dengan anggukkan kepala pelan, "Pergilah dan tetap tutup mulut kalian dengan rapat!" tegas Alexander sambil melemparkan dua buah amplop cokelat kecil itu melayang ke udara lalu jatuh tepat di dekat kaki mereka.