Rasanya baru kemarin Livia mengikuti pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru (PKKMB). Namun, hampir satu minggu ini Livia telah menghabiskan waktunya aktif mengikuti mata pelajaran di kampusnya. Sangat tak terasa. Impiannya yang dia pikir tak akan tercapai nyatanya semua terwujudkan.
Livia mengambil jurusan Desain Fashion atas perintah Ayahnya. Keinginan Livia yang ingin mengambil jurusan ekonomi di tentang keras sehingga Livia tak punya pilihan lain selain menurut.
Padahal dia sudah punya impian untuk selalu bertemu dengan Aidan ketika Suaminya itu mengajar di kelasnya.
"Vi, kok bengong terus, sih? Ayo kembali ke kelas udah jam masuk," sosok Kian menyadarkan temannya dari lamunan.
"Hm, ya- ayok!"
Saat itu mereka berada di perpustakaan untuk meminjam buku. Dan mereka tinggal sebentar dengan membaca beberapa buku sejarah, sesuai ajakan Kian. Tapi, bukannya membaca buku, Livia malah asik dengan dunia hayalannya.
Kedua gadis itu pun kembali ke kelas untuk mata kuliah selanjutnya. Kian dan Livia memang memgambil jurusan yang sama sedangkan Diana memilih jurusan ilmu komunikasi.
"Oh ya, Diana gak masuk hari ini ya?" Tanya Kian pada Livia di tengah perjalanan menuju fakultas Fashion Design.
"Masuk kok, cuman jam satu siang nanti. Memang kenapa?"
"Tanya aja hehe ... Nggak enak juga ya kalau jurusan kita bertiga pisah kayak gini. Gak kayak waktu sekolah dulu, selalu barengan."
Kian mengingatkan kembali tentang masa-masa SMA mereka. Ketiga gadis itu bagai sahabat yang tak terpisahkan.
"Seandainya juga kamu ambil jurusan ekonomi, pasti kita berdua juga pisah. Untung deh, kita sama." Sambung Kian terkekeh kecil.
Ucapan Kian hanya di senyum oleh Livia. Perjalanan berlanjut menuju ke kelas namun, langkah itu terhenti ketika mereka melihat segerombolan orang sedang mengerumuni papan pengumuman yang berada di dekat an Fakultas mereka. Kedua gadis itu pun ikut berhenti dan penasaran ingin melihatnya juga.
"Ada apa sih, tuh? Kita gak bisa lihat, nih." Kian mendengus kesal karena tak bisa masuk menerobos mahasiswa yang berkerumun itu.
"Jadi gimana dong? Gimana kalau kita ke kelas aja, kan udah jam masuk," saran Livia yangau tak mau akhirnya Kian mengangguk setuju. Mereka terlalu banyak membuang waktu di sana akibatnya akan parah. Bisa-bisa mereka malah ketinggian mata kuliah selanjutnya.
"Hei, kalian berdua!" Sebuah panggilan menghentikan langkah Livia dan Kian yang hampir berbelok ke lorong kelas.
Livia dan Kian menoleh untuk mengetahui orang yang memanggil mereka.
"Oh, Kak Woni?" Sapa Livia yang mengenal sosok laki-laki itu. Dia adalah senior, wakil ketua himpunan fashion design yang membawa kelompoknya untuk kegiatan Pkkmb.
"Itu kak Woni kan? Ngapain dia panggil kita?" Kian berbisik di telinga Livia.
Seiring langkah Woni yang mendekati mereka, dengan cepat Livia membalas ucapan Kian, "Mana aku tau, perasaan kita gak buat masalah juga. Positif thinking aja."
Kian mengangguk setuju dan menunggu detik-detik Woni sampai di hadapan mereka.
"Kalian berdua sudah baca berita di papan pengumuman belum?" Tanya Woni.
Livia dan Kian saling pandang lalu mereka berdua menunjukkan cengiran.
"Maaf kak, nggak sempat. Soalnya di sana banyak mahasiswa lain terus kami juga ada jadwal mata kuliah selanjutnya saat ini." Jawab Livia menunduk.
"Oh, gitu. Aku kasih tau kalian, itu pengumuman untuk acara penyambutan mahasiswa baru. Kalian di wajibkan datang di gedung fakultas ini."
"Oh, seperti acara kelulusan seleksi mahasiswa baru gitu ya kak? Acaranya seru gak?" Kian bertanya dengan antusias.
"Ya, benar. Nanti kalian lihat sendirilah gimana keseruannya. Oh, lupa, pakaiannya bebas karena ini hanya acara penyambutan aja." Jelas Woni yang di angguki Livia dan Kian, "Dan tolong sampaikan ke teman-teman lain yang belum tau ya, terutama teman sekelas kalian."
"Siap kak, kalau begitu kami pergi dulu." Livia berpamitan lalu pergi dari sana.
Mereka sampai di kelas dan syukurlah belum ada dosen yang datang. Kesempatan itu mereka gunakan untuk mengumumkan berita yang di sampaikan wakil ketua himpunan tadi. Bertepatan dengan selesainya Livia dan Kian memberi tahu informasi tersebut dosen yang mengajar mata kuliah desainer.
Sepanjang dosennya menjelaskan tentang materi yang dia bawakan, Livia juga asik mendengarkan setiap detailnya. Hingga pada pembagian tugas yang pertama kalinya mahasiswa seisi kelas di buat menjadi 5 kelompok. Saat ini penentuan kelompok di tentukan dari nomor kertas yang mereka ambil dari ketua angkatan, yang ditugaskan untuk membuat 5 nomor dan menyuruh satu persatu mahasiswa mengambil nomor. Mereka belum di izinkan membuka nomor sampai semua mahasiswa mendapatkan. Dan setalah selesai sesuai arahan ketua angkatan pun mengizinkan membukanya.
Setelah selesai Livia membuka kertas miliknya, dia mendapatkan nomor 4. Lalu dia bertanya pada Kian, namun sayangnya Livia harus mendesah kecewa karena mereka berpisah sebab kian mendapat nomor 1.
"Udah gak papa, cuman beda kelompok Vi, bukan beda kelas juga kan?" Canda Kian mencoba menghibur.
Livia pun menerimanya. Semua mahasiswa sibuk mencari teman kelompoknya yang lain. Dan ternyata Livia mendapat teman sekelompok berjumlah 3 orang. Dua di antaranya adalah Erni dan Rio.
"Wah, kita bertiga sekelompok nih," Erni terlihat senang.
Setiap kelompok duduk berdekatan dan menunggu tugas dari dosen.
"Kita bertiga jadi teman, hityng hitung biar saling kenal satu sama lain." Kata Livia.
"Gue lebih senang karena sekelompok dengan cewek cantik kayak Lo, Vi. Semoga ada hubungan di antara kita," celetuk Rio yang langsung di tatapi aneh oleh Livia.
Tentang status baru Livia saat ini belum banyak yang mengetahuinya. Pernikahan sederhana Livia waktu itu tentu yang menyebabkan hanya keluarga terdekat dan sahabatnha saja yang tahu.
"Ya, tentu. Hubungan seperti teman, kan?" Livia memperjelas.
Erni hanya tertawa melihat wajah Rio yang cemberut. Gadis itu pasti lebih peka dan tau maksud Rio yang menyebutkan hubungan. Namun sebenarnya, Livia juga tau hal itu.
Setalah pembagian kelompok, Dosen lanjut memberikan tugas di setiap kelompoknya. Dan kelompok Livia mendapatkan tugas membuat sketsa desain rancangan pakaian masa depan. Tidak cukup sulit di bandingkan kelompok lainnya.
Jam mata kuliah akhinya berakhir namun, kelompok Livia belum juga bubar.
"Jadi kita akan kerja kelompoknya di mana?" Tanya Rio bersemangat, "Bagaimana kalau di rumah Livia?" Sambungnya.
Mata Livia sedikit melebar karna usulan itu. Dia tak bisa membayangkan jika harus kerja kelompok di rumah Aidan. Entah bagaimana jadinya.
"Jangan, rumah aku lagi banyak orang. Bisa-bisa kita gak selesai kerjain tugasnya." Kata Livia menolak.
"Gimana kalau ngumpul di kedai gitu, kan suasananya juga enak sambil santai." Saran Erni yang di angguki Livia.
"Hm, okedeh deal. Untuk tempatnya nanti aku cari yang sedikit tenang biar kita fokus kerja tugasnya dan ekhm ..." Lirika mata Rio pada Livia sudah sangat jelas untuk CCP saat kerja tugas.
"Woi, tugas jangan mikir yang lain!" Sentak Erni menoel kepala Rio.
"Oke deal!" Jawab Livia tersenyum kecil.
-Bersambung....