Chereads / Bini Gue Mantan Preman / Chapter 25 - Sungai Seine

Chapter 25 - Sungai Seine

Kevin memandang Pelita yang baru bangun tidur sepertinya dia jet lag dan masih terkantuk dimeja makan, hari ini ayah pelita harus masuk kantor karena ada meeting penting sementara Maminya ada pertemuan ibu2 darma wanita di kantor suaminya untuk persiapan penggalangan dana amal tahunan. Jadi mereka sepakat hanya berjalan-jalan di kota tersebut.

"Kamu masih ngantuk Dek?" Tanya Kevin ketika dilihatnya Pelita seperti sangat malas mengunyah serealnya.

"Iya Abang, ngantuk banget," katanya sambil meneguk air putih yang ia ambil dari dispenser di dapur.

"Jadi hari ini nggak usah jalan-jalan dulu? apa mau besok mulainya," tanya Kevin sambil minum kopi susunya.

'Ih jangan, waktu kita di sini cuma dua minggu Kak, jadi kita harus memanfaatkan semaksimal mungkin. Siangan dikit ya,"pintanya sambil sedikit memasang wajah memelas.

"Ya sudah kalau begitu aku mandi dulu deh," kata Kevin sambil menghabiskan kopi susunya, lalu berdiri menuju kamarnya.

"Duh kok gua males banget ya, tapi gue juga pengen jalan-jalan. Kapan lagi coba bisa jalan-jalan berduaan hihihi," katanya tertawa sendiri.

***

Kevin sudah duduk menunggu Pelita Yang belum keluar juga dari kamarnya.

"Dek. Cepetan, lama bener sih," teriak Kevin dari luar kamar Pelita

"Iya Bang, sebentar," sahutnya sambil merapikan rambutnya , dia memang tadi di kamar mandi terlalu lama,  karena sambil membawa  iPad dan Scroll Instagramnya hingga banyak waktu yang telah habis terbuang olehnya.

"Kamu lama amat sih, kaya Putri Solo," kata Kevin begitu Pelita keluar dari kamarnya.

"Aku kan emang Putri Solo, Mamaku orang Solo tapi nggak lambat juga sih," katanya sambil tersenyum memperlihatkan gigi-giginya yang rapi.

"Bisa nggak sih Sekali aja nggak usah pakai nyaut kalau salah, lama bener,"  kata Kevin sambil berjalan keluar yang diikuti oleh Pelita sambil berlari kecil mengikuti Kevin yang sudah berjalan menuju garasi mobil Benni.

Yang mereka akan pertama kunjungi adalah museum Centre Georges Pompidou museum  Di dalamnya, ada banyak karya seni modern, toko suvenir besar dengan barang-barang aneh, toko buku besar dengan judul hampir di semua aspek seni, dan pameran lantai dasar gratis, museum  yang sangat antik.

Setelah itu mereka mengunjungi Katedral Notre Dame, dengan berjalan kaki melintasi jembatan. Katedral yang indah ini, adalah merupakan latar untuk novel klasik "The Hunchback of Notre Dame" karya Victor Hugo, yang membuat Pelita memaksa Kevin untuk melihatnya, selain lonceng gereja bungku yang sangat terkenal disana juga ada tangga spiral yang tak berujung.

"Dari sini kita kemana lagi Bang?" Tanya Pelita sambil melihat hasil foto yang diambil Kevin.

"Sungai Seine," jawabnya singkat.

"Wah serius bang, katanya disitu banyak yang pacaran. Tar kalau adek liat orang ciuman gimana  Bang, wahhh mata Ade ternodain," katanya berkata konyol,  Kevin hanya berdecak kesal.

"Abang tau gak sih, katanya nih orang belum kesini kalau dia belum mencium pacar pacarnya," perkataan Pelita  membuat kevin tersenyum geli.

"Memangnya kamu  mau dicium juga sama aku, biar lengkap gitu ke sungai seine nya," Kevin menggoda Pelita sambil mengangkat-angkat kedua alisnya. Pelita langsung mendekap mulutnya dengan 6

tangannya sendiri.

"Hahahahaha, takut dicium aja, berani-beraninya ngomongin ciuman," kevin terkekeh lalu menggandeng pundak Pelita.

"Tapi tetap mau foto selfie di sini kan?" Tanyanya Kevin pada Pelita yang masih sibuk memainkan ponselnya

"Mau dong Bang. Masa jauh-jauh kita nggak punya foto di sini, eh abang dirinya disana deh aku foto,"  kata Pelita sambil mendorong tubuh Kevin agar menjauh sehingga dia bisa mengambil fotonya.

"Nih lihat bagus kan?" katanya,  menunjukkan beberapa jepretan yang ia ambil dengan kamera foto dan juga ponselnya.

"Boleh juga hasilnya, sekarang kamu di sana Cepat aku yang foto ," katanya sambil mendorong Pelita agar berdiri di depan Sungai Seine.

"Wah keren Bang, ayo sekarang kita foto berdua," pinta Pelita sambil mengarahkan kameranya pada wajah mereka sementara Kevin sedang duduk di bangku sekitaran Sungai seine  tersebut.

"Sini Abang pangku,: katanya sambil menarik lengan Pelita yang berdiri di depannya kemudian dia memeluk pinggang Pelita dan mengambil foto mereka dengan berbagai pose mulai serius sampai yang lucu-lucu.

"Sekali lagi ya," katanya sambil mempererat pegangan tangannya pada pinggang Pelita, lalu mengecup pipi Pelita yang membuat Pelita terkejut namun Kevin biasa-biasa saja.

"Bagus kan?" Tunjuk Kevin pada foto yang dia ambil. Pelita yang hendak berdiri kembali terduduk di pangkuan Kevin, Karena Kevin menariknya agar tidak berdiri dari pangkuannya. Kevin lalu menaruh dagunya di pundak Pelita.

"Dari sini Kita mau ke mana De?" Tanyanya sambil membetulkan topi yang digunakan oleh Pelita.

"Kita beli es krim Bang, katanya es krim di sana terkenal sangat enak aku penasaran. Setelah itu baru kita pulang, soalnya udaranya sudah mulai dingin banget, lagi pula hari sudah mulai sore takutnya ya Mami sama papi juga pulang, enggak apa-apa sih ih cuma kalau kemalaman Kita kan nggak tahu jalan juga?" kata Pelita Sambil tertawa.

Mereka laku berjalan menuju Es krim Berthillon.

"Wah banyak juga yang antri De," katanya tanpa melepaskan rangkulannya di pundak Pelita.

"Ini Satu-satunya Berthillon sejati dapat ditemukan di beberapa blok kecil di Ile Saint-Louis Bang. Rasanya ada coklat dark coklat, Mangga pokoknya banyak deh," kata Pelita sambil terus berjalan menghampiri antrian tempat orang membeli es krim yang mereka inginkan tersebut.

"Jalan-jalan lagi ya, pulangnya nanti,  kan kita juga udah pamitan. Pasti mami papi kamu juga ngertiin kok," kata Kevin dia ingin mengetahui tentang suasana malam jika berada di kota Paris

"Abang mau kemana lagi?"  tanya Pelita sambil memakan es krimnya yang belum juga habiskan.

"Cemberotan, kaya  anak kecil aja makannya." Kevin melap coklat es krim yang menempel di bibir bawah Pelita dengan tangan dan menjilat dengan mulutnya, Pelita sempat terdiam sesaat namun Melihat Kevin yang biasa-biasa saja, Dia pun berusaha untuk biasa-biasa saja walau sebenarnya hatinya berdebar.

"Kita lihat Arc The Triomphe yu, kayaknya bagus deh kalau dilihat  malam hari," Pelita menyetujuinya, mereka lalu kembali menuju parkiran lumayan jauh jauh karena tadi mereka memarkirkan mobilnya di parkiran dekat sungai seine.

Kevin masih menggandeng pundak Pelita sambil berjalan santai menuju parkiran.

Udara memang sangat dingin apalagi buat mereka yang tinggal Jakarta, jaket tebal sudah mereka gunakan bahkan mobilpun temperatur panas sudah mereka nyalakan.

"Dingin ya," Pelita menganggukan kepalanya.

"Sini tangannya Abang pegang," Kevin menarik tangan Pelita lalu menggenggamnya dengan tangan kanan sementara tangan kirinya memegang stir mobil.

"Abang gak kagok stir kiri tangan satu sementara kalau di Indonesia abang kan setir kanan?" Tanya Pelita, khawatir Kevin merasa terhalang karena menggenggam tangannya.

"Gak kok sama aja," dia berkata tetapi pandangannya masih terus kedepan.

"Kalau terhalang bilang ya Bang?" Pelita memegang erat tangan Kevin.