Tak terasa hari berjalan dengan cepat Pelita sedang sibuk menyiapkan ujian sekolah, dia belajar dengan tekun ditambah dengan Kevin yang selalu mengawasi dan menemaninya belajar. Tak seharipun Kevin melepaskan pengawasan pada Pelita. Seperti alarm, kevin seolah pengingat untuk Pelita mulai dari bangun tidur, waktunya tidur, makan, sholat bahkan sampai mandi pun Kevin selalu mengingatkan. Hal itu dilakukan Kevin karena dia tidak ingin Pelita gagal dalam ujiannya nanti.
"Hari ini aku ujian terakhir setelah itu aku bebas tidak perlu belajar lagi kan?" Tanya Pelita pada Kevin, yang sedang mengendarai mobil untuk mengantar Pelita ke sekolahnya
"Iya kalau kamu diterima lewat jalur undangan, tapi kalau tidak maka kau harus tetap belajar karena aku tidak ingin kau masuk universitas dengan jurusan yang asal asalan," kata Kevin yang membuat wajah Pelita yang tadinya sudah senang menjadi cemberut, dengan menarik nafas panjangnya.
"Semoga saja aku keterima, sehingga aku tidak perlu belajar lagi, aku bisa istirahat dengan tenang. Aku lelah belajar terus," katanya pada dirinya sendiri, namun tentu saja terdengar oleh Kevin.
"Hidup itu adalah belajar, kamu tidak akan berhenti untuk belajar selama Nafasmu masih ada di bumi ini. kamu tidak akan berhenti belajar kecuali ketika kamu sudah diantar ke liang lahat. kamu mau memangnya, kamu sudah siap?" kata Kevin dengan hanya melirikkan bola matanya ke arah Pelita.
"Tidak, tentu saja aku belum siap. Masih banyak yang ingin aku lakukan, aku berdoa semoga aku panjang umur dan bisa membahagiakan orang-orang yang ada di sekitarku. Jangan pernah mendoakan aku seperti itu Abang," kata Pelita dengan kesal sambil memukul lengan Kevin.
"Tentu saja aku juga tidak mau, kamu masih banyak berhutang budi padaku," kata Kevin yang membuat Pelita tersenyum kecut.
"Iya aku tahu itu," katanya sambil memainkan ujung jaketnya
"Makanya jangan pernah berhenti belajar, bukan hanya belajar melalui buku tapi belajar juga melalui kehidupan, agar kau tahu mana yang baik dan mana yang tidak," Kata Kevin kembali menasehati Pelita,;sambil menyentuh hidung Pelita
"Iya, maksud aku bukan berhenti belajar selamanya, tapi istirahat dulu lah barang sebulan atau 2 bulan, setelah itu aku kembali harus berlari dan menggapai cita-citaku," kata Pelita sambil menatap ke arah depan, tampak kesibukan jalanan di pagi hari.
"Baguslah kalau kamu masih ingin mengejar cita-cita mu. Walaupun kita tidak tahu seberapa lama kita akan berada di muka bumi ini,.tapi paling tidak kejarlah cita-citamu seolah kau akan hidup 1000 tahun lagi tapi jangan lupa berdoa dan beribadah, seolah besok adalah hari terakhir untukmu hidup di muka bumi ini," nasehat Kevin sangat mengena di hati Pelita. Kevin tidak pernah berkata kasar ataupun membentaknya, dia hanya cukup memberikan contoh, bagaimana dan harus seperti apa Pelita menjalankan hidup ini. Seperti yang dibilang para penggemar Kevin yaitu ibu-ibu kompleks yang mengatakan bahwa Kevin jauh lebih dewasa daripada Reno, kakaknya.
"Sudah sampai kau tidak ingin turun," katanya melihat Pelita yang masih asyik duduk di sebelahnya.
"Sudah sampai ya?" Tanya Pelita seperti sedikit bingung, lalu dia bergegas mengambil tas dan turun dari mobil.
"Aku akan menjemputmu, jadi jangan kemana-mana atau aku akan menghukummu," kata Kevin sambil menutup kaca jendela mobil dan menyalakan mobilnya kembali kemudian meninggalkan Pelita yang masih berdiri di depan sekolahnya.
"Ya ampun, kenapa sih ada manusia seperti itu yang kadang kadang menyenangkan, kadang kadang membuat membuat aku tertawa tapi juga kadang-kadang membuat emosi. Dasar si manusia bunglon. Gak jelas," kata Pelita sambil berjalan masuk melewati pintu gerbang sekolahnya.
"Kau sedang, menggerutu tentang tentang apa?" Tanya Darma sambil menepuk pundak Pelita
"Babysitter ku menyebalkan,c kata Pelita yang selalu mengatakan Kevin adalah babysitter nya.
'Menyebalkan, tapi kok betah bersamanya," kata Dharma meledek sambil berjalan di sisi Pelita.
"Habis bagaimana ya, selain ganteng dia juga membuat aku nyaman sih," kata Pelita sambil nyengir yang membuat Darman menoyor kepala Pelita.
" Sejak kapan lu genit?" kata Darma Sambil tertawa.
"Aku ini perempuan normal, nggak papa dong genit kalau sama cowok, asal jangan genit dengan cowok orang, ataupun genit dengan sesama jenis, ih amit-amit," katanya sambil berlari masuk kedalam kelasnya yang membuat Dharma hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya yang terkadang absurd itu.
*
Hari ini Kevin tidak ada kuliah, setelah mengantarkan Pelita dia kembali ke rumah, dilihatnya ayah dan ibu serta Reno sedang berbicara di ruang tengah.
"Wah Kebetulan sekali, kau tidak ada kuliah?" tanya Jason Melihat Kevin masuk ke dalam rumah.
"Tidak hari ini aku tidak kuliah, dan mama juga tahu kalau jadwalku hari ini ini tidak ada kuliah. Berhubung aku sedang malas keluar makanya aku kembali lagi ke rumah." Kevin baru saja hendak menaiki tangga ketika jason memanggilnya.
"Bisa kau duduk sebentar? Sebenarnya ada hal yang ingin Papa sampaikan padamu dan Papa sebenarnya juga ingin meminta pendapatmu," kata Jason dengan wajah yang serius.
"Tumben Papa minta pendapatku. Aku ini masih kuliah baru semester 6. Papa bilang aku tidak perlu mengurusi masalah perusahaan dulu, tapi kok tumben Sekarang malah aku dimintai pendapatnya?" kata Kevin sambil duduk di dekat Lydia.
"Begini, Papa itu sebenarnya ingin sekali berbesanan dengan Om Beni, namun Papa bingung harus mengatakan apa pada Pelita. Papa yang menjodohkan Pelita dengan Reno," kata Jason menjeda perkataannya. Wajah-wajah Kevin langsung berubah, ketika Jason mengatakan dia akan menjodohkan dengan Reno. Sebenarnya Kevin tentu saja tidak ikhlas, karena dia tahu benar Seperti apa Abang itu. Namun dia tidak berkata apa-apa, dia hanya diam dan mendengarkan saja.
"Jadi bagaimana menurutmu? Apakah kau setuju?" tanya Jason sambil menatap wajah Kevin. Kevin kemudian balik menatap ayahnya, melihat kearah Ibunya dan terakhir melihat kearah kakaknya Reno.
"Pendapat seperti apa yang Papah inginkan. Apakah sudah pantas aku memberikan pendapat? kalaupun iya, belum tentu kalian akan menyetujuinya. Keputusan sudah ada di tangan kalian, pion sudah kalian mainkan jadi untuk apalagi pendapatku?" kata Kevin sambil berdiri dari sofa lalu naik keatas tangga dan masuk ke dalam kamarnya.
Wajahnya terlihat sangat kesal, ayahnya seperti tidak tahu bagaimana usahanya dia merebut hati Pelita. Dia sengaja memang belum mengungkapkan perasaannya pada Pelita tentang perasaannya karena pelita sedang sibuk dengan urusan sekolahnya. Kevin tidak ingin Pelita terganggu konsentrasi belajarnya dan malah tidak bisa berkonsentrasi dengan baik mengerjakan ujiannya.
Jason tersenyum melihat perilaku yang ditunjukkan oleh Kevin barusan, dia semakin yakin bahwa sebenarnya Kevin juga menyukai Pelita.
"Sepertinya usaha kita memancing dia berhasil, kita lihat apa yang akan dilakukan Kevin besok-besok. Apakah dia akan mempertahankan rasa cintanya atau menyerah dengan keadaan?" kata Jason sambil menatap ke arah Reno dan Lidya yang membuat Reno tersenyum namun berbeda dengan Lydia yang justru terlihat cemas karena dia tahu Kevin itu seperti apa.