Pancingan Jason membuat Pelita terdiam, namun bukan Pelita namanya kalau tidak bisa mengendalikan suasana.
"Bukan begitu Om, Abang itu baik bsnget sama aku, abang jiga tulus jagain aku, jadi wajar dong kalau aku Khawatir," jawab Pelita yang membuat Jason tersenyum.
"Tapi kalau Kevin suka sama kamu, apa kamu tidak akan menolaknya?" Tanya Jason yang membuat Pelita tersedak, Lydia buru-buru memberikan air mineral yang memang sudah disediakan untuk Pelita.
"Kalau iya juga gak apa-apa, Om seneng kok kalau kamu mau jadi mantu Om sama tante, iya gak Man," katanya sambil meminta persetujuan istrinya yang dijawab dengan senyuman dan anggukkan.
"Ihhh om, nanti kalau abang gak setuju gimana?" Tanya balik Pelita.
"Gampang itu, Om ini kan ayahnya. Om yakin dia juga suka dan sayang sama kamu, buktinya dia dia gak menolak ketika Om perintahkan dia untuk menjagamu," kata Jason meyakinkan Pelita, yang di iyakan oleh Lydia.
"Gimana kamu mau kan jadi menantu tante?" Kata Lydia meyakinkan Pelita.
"Tapi Pelita kan masih sekolah, baru mo lulus SMA, abang juga baru semester 6," kata Pelita sedikit ragu.
"Gampang itu, kan gak harus menikah sekarang juga, yang penting kamu dan Kevin mau," kata Lydia lagi. Pelita menatap kedua orang itu, yang sudah ia anggap seperti orang tuanya sendiri.
Jelas akhirnya ternyata anak temannya itu jug mencintai anak mereka Kevin, dasar saja Levinnya yang tidak peka bukannya mempertahankan cinta ini malah ambek dan sekarang entah kemana Alhasil Josan harus menyuruh anak buahnya untuk mencari si bungsu yang sedang ngambek.
"Jelas ya pa, gak bermanfaat kan usaha menjebak anaknya?" Kata Lydia yang sedang merasa diatas angin dan menang karena fillingnya benar.
"Tapi kan Mama juga gak mau nanyain langsung kaya gini makanya akhirnya Papa membuat drama eh tau-taunya malah si Kevinnya yang mainnya keterusan," kata Josan yang kesal dengan anak bungsunya itu karena tidak peka dengan permainan sandiwaranya itu.
"Maksudnya main drama gimana Tan, sandiwara sendiri, trus siapa yang ngambek, aku tidak mengerti?" Tanya Pelita penasaran menatap kearah Lydia dan Jason.
"Jadi gini, kemarin tante, eh Mama kan udah mo jadi calon mantu," katanya meralat panggilan untuk dirinya.
"Kemarin Papa itu kesal, karena sekian lama dekat dengan kamu, udah kaya perangko sama amplopnya, dimana ada kamu disitu ada Kevin, tapi kok gak pernah ada kabar menggembirakan sepertinya kalian tenang-tenang saja, akhirnya Papa dan Kak Reno sepakat untuk memancing reaksi Kevin," Lydia lalu menceritakan semuanya yang mengakibatkan kevin tidak ingin bertemu dengan Pelita.
"Kan yang menyebabkan permasalah Papa sama Kak Reno, kok aku ikut dimusuhi yang gak tau apa-apa?" Terlihat wajah sedih dari Pelita
"Iya Makanya Papa minta maaf ya, karena sudah membuatmu sedih," Jason merasa sangat menyesal. Kalau saja dia tidak membuat ide konyol mungkin Kevin tidak akan mendiamkan Pelita.
Pelita hanya menganggukan kepalanya.
"Hari ini aku harus ke sekolah, ada pemotretan untuk buku angkatan nanti jam 10, jadi aku akan naik motor saja kesekolah, boleh ya?" Pintanya. Lydia dan Jason hanya bisa saling memandang lalu menganggukan kepalanya.
Pelita bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, dia sudah memanaskan motor lalu masuk ke dalam untuk berpamitan kepada Lidya, karena Jason sudah berangkat ke kantor jadi yang di rumahnya hanya ada Lidya.
"Hati-hati ya sayang. Jangan ngebut," kata Lydia mengingatkan.
"Iya Mam, aku tidak akan ngebut." Pelita mencium punggu tangan Lydia lslu mengecup pipinya seperti biasa kemudian mengacungkan kedua jempol tangannya lalu dia berjalan menuju halaman untuk berangkat ke sekolah menggunakan motor kesayangannya.
Tidak membutuhkan waktu lama Pelita sudah sampai di sekolah, jalanan tidak terlalu macet karena, rata-rata pengguna jalan sudah berangkat ke kantor sedari tadi begitu juga dengan yang sekolah.
"Tumben lu berangkat sendiri?" tanya Darma sambil merangkul pundak sahabatnya itu.
"Abang lagi ngambek sama ayah dan ibunya, tapi aku kena sasarannya juga, dia nggak mau angkat telponku," kata Pelita terlihat sangat sedih. Berbicara dengan Darma, dia memang tidak pernah ada satupun yang disembunyikan pada sahabat dari kecil itu. Darma adalah seorang pendengar yang sangat sangat baik dan bisa menyimpan rahasia oleh karena itu Pelita sangat mempercayai sahabatnya itu.
"Memangnya ngambek kenapa? kok kayak perempuan aja, aku pikir itu bodyguard lu itu nggak bisa ngambek," kata Darma Sambil tertawa.
"Ish lu ya," kata Pelita, sambil memukul bahu sahabatnya itu.
"Memangnya dia ngambek kenapa? kok gue jadi kepo ya?" kata Dharma sambil masuk kedalam kelas, mereka lalu duduk di bangku bercerita sambil menunggu teman-temannya datang untuk mulai foto buku kenangan dan buku angkatan.
"Oalah ah Jadi sebenarnya dia itu suka sama lu? Mangkanya dia ngambek, Ayahnya lagi kurang kerjaan dengan membuat lelucon dengan mengatakan kau akan dijodohkan dengan abangnya. Tapi Seharusnya dia itu berkata jujur kepada orang tuanya kalau dia suka padamu, bukannya ngambek kayak gini. Apalagi memusuhi kamu yang tidak tahu apa-apa," Kata Dharma sambil menertawakan kelakuan Kevin
"Makanya aja sampai bingung, gue yang nggak tau apa-apa, kok ikutan di musuhi?" kata Pelita sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal
"Memangnya lu sendiri suka sama bodyguard lu itu ?" Tanya Dharma penasaran, membuat berita menatap ke arahnya.
"Gue nggak tahu, lu kan kamu tahu sendiri gue tidak pernah jatuh cinta pada pria lain, cinta peryama gue ya ayah gue, dan baru kali ini gue merasa nyaman jika berada di dekat seorang pria, nyaman dalam arti kata lain," jawab Pelita terus terang, yang membuat Dharma sedikit menarik nafas namun tidak terdengar oleh Pelita.
"Ya aku tahu itu. Tapi percayalah, kalau memang dia jodoh lu, dia tidak akan kemana. Lu gak usah khawatir karena lu sahabat yang tidak akan pernah meninggalkan lo dalam keadaan apapun juga." Kata Dharma menepuk pundak sahabatnya.
"Thanks ya bro sudah mau jadi temen gue selama ini," kata Pelita tersenyum pada sahabatnya itu.
"Sama-sama gue juga berterima kasih sama lu, karena selalu percaya sama gue," jawab Dharma sambil tersenyum.
Tak lama teman-teman sekelasnya mulai berdatangan dan terakhir wali kelasnya masuk.
"Anak-anak hari ini kita foto kelas dan angkatan namun untuk foto angkatan kita kebagian jam 11.30 sedangkan foto kelas kita bisa lakukan sekarang gaya bebas ya." wali kelas Pelita memang masih muda dan terbilang santai serta dekat dengan murid-muridnya.
"Siap buu." tanpa dikomando mereka menjawab serempak.
Usai pemotretan Pelita bergegas untuk pulang dia berharap Kevin sudah pulang dan Lydia sudah menjelaskan kejadian sebenarnya, namun baru saja dia hendak keluar kelas seseorang memanggilnya.
"Ta," ia menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Tampak Edo, irfan dan cungkring berjalan ke arah Pelita.
"Kenapa?" Tanyanya sambil menghentikan langkahnya dari belakangnya Darma berjala ke arah mereka.
"Kata Darma lu bawa kemdaraan sendiri gak diantar bodyguard lu?" Tanya Edo mendekat kearah Pelita berdiri.
"Iya hari ini gue pergi sendiri, abang ada kegiatan di kampusnya," kata Pelita memberi alasan walaupun dia tahu sebenarnya, dia tidak menceritakan kepada temannya yang lain kecuali Dharma.
"Udah lama banget kota gak kumpul, kita nongkrong di rumah gue aja. Nyokap gue bikin kue ketimus kedoyanan lu, tadi dia pas buat inget sama lu, makanya lu gue ajak ke rumah." Ajakan Edo membuatnya tergoda namun sebelum berangkat kerumah Edo dia izin terlebih dahulu pada Lydia setelah diizinkan Pelita bersama teman-temannya berangkat ke rumah Edo dengan menggunakan motor masing-masing.