Chereads / Bini Gue Mantan Preman / Chapter 34 - Penyesalan Kevin

Chapter 34 - Penyesalan Kevin

Kevin setuju dengan ajakan Darma, mereka memilih sebuah kafe kecil ya tidak terlalu lama ramai dan tidak jauh dari tempat itu.

"Silahkan sekarang Abang ceritakan kenapa Abang mencari Pelita, bukan kah dia dititipkan oleh orang tuanya pada Abang, pada keluarga Abang juga?" Tanya Darma penasaran dengan sikap Kevin yang seperti orang bingung, padahal selama ini Darma mengenal Kevin sangat tenang dalam menghadapi segala sesuatunya.

"Tadi dia pergi dari rumah, yang aku khawatirkan dia pergi dengan marah," kata Kevin dengan menundukan kepalanya bukan dia takut pada Darma, tapi dia tengah menyesali apa yang diperlakukan olehnya pada Pelita.

"Kok bisa bagaimana ceritanya dia sampai kabur dari rumah, sebentar aku kirim pesan dulu pada teman-teman mungkin ada yang melihatnya," namun Kevin menahannya dia tidak mau Pelita jadi bahan olok-olokkan teman satu sekolahnya.

"Tenang Bang aku hanya minta tolong pada teman-teman dekat," kata Darma, mengerti dengan kecemasan Kevin.

"Jadi bagaimana ceritanya Pelita kabur dari rumah Abang?" Tanyanya,  setelah selesai mengirim pesan pada sahabat-sahabatnya untuk mencari tahu keberadaan Pelita karena Darma menelepon pun tidak bisa Ponselnya Pelita  mati.

Kevin lalu menceritakan duduk persoalan yang membuat diam pergi meninggalkan rumah untuk beberapa hari bahkan menutup akses teleponnya pada Pelita, padahal pelita tidak mengerti dan tidak salah apa-apa.

"Lalu perempuan itu betulan pacar Abang, atau cuma settingan?" Tanya Darma penasaran.

"Dia itu perempuan yang suka dengan abang, sudah cukup lama dia menyukai gue, sampai tadi gue ke kampus dia menghampiri gue dan menyatakan cinta pada gue, awalnya gue memandang tidak suka, namun terlintas dalam otak gue buat ngerjain orang rumah, lalu gue minta dia buat menghadap orang tua gue, kalau mereka suka gue akan menerimanya walaupun gue sudah tau nyokap pasti nolak, dengan modelan perempuan seperti dia sementara gue sengaja membawanya agar kedua orang tua gue kesal." Kevin menarik kembali dia seperti menyesali kebodohannya.

"Abang memang tidak melihat kalau Pelita begitu mencintai Abang, atau Abang tidak peka dengan itu?" Tanya Darma dengan suara yang terdengar sangat kesal dengan apa yang didengar dari mulut Kevin.

"Gue tahu, oleh karena itu sebelum ada kejadian itu gue memperlakukan dia seperti seorang putri, gue berusaha memenuhi janji gue pada orang tuanya akan membuat mereka bangga dengan anaknya, dibawah pengawasan gue." Darma terdiam melihat  Kevin benar-benar menyesal.

"Lalu kenapa Abang gak terus terang pada orang tua Abang bahwa Abang mencintai Pelita, bisa saja orang tua abang melakukan itu karena dia pikir abang hanya menjalankan tugas, sementara orang tua Abang amat menyayangi Pelita, dengan sikap seperti itu makanya orang tua Abang mengambil sikap untuk menjodohkan dengan kakak Abang, ditambah dengan Abang yang tidak pernah ungkapkan isi hati Abang yang sebenarnya," Darma mengungkapkan kesimpulannya atas sikap yang diambil oleh orang tua Kevin.

"Tapi mereka seharusnya kan bertanya dulu, apakah aku mencinta Pelita atau tidak?" Kevin seolah membela diri.

"Orang tua Abang bukan dukun kalau Abang tidak berbicara mama mereka tahi, harusnya Abang menjelaskan, dan aku rasa rencana itu Pelita tidak tahu karena sepanjang hari dia hanya menceritakan tentang Abang, yang jujur saja membuatku hanya bisa mendengarkan karena tidak tahu bisa memberi jawaban ataupun komentar apa," kata Darma lagi menyesali kebodohan Pria yang dipuja oleh sahabatnya sejak kecil.

Kevin menengadahkan kepalanya, dia seperti disambar Petir, ternyata Pelita tidak pernah bercerita tentang perjodohannya dengan Reno melainkan hanya membicarakan tentang dirinya.

"Ya Tuhan betapa bodohnya gue," katanya sambil memukul jidatnya sendiri.

"Harusnya kau ketahui cintanya padamu melebihi apapun, bahkan aku teman sejak kecil tidak  pernah mendapatkan perhatian dan cinta sebesar itu," dengan Nada kesal Darma berkata.

"Ya  gue salah, lalu gue harus bagaimana, ponselnya mati, aku tidak tahu harus bertanya pada siapa lagi karena hanya kalian teman dekatnya yang aku tahu," kata Kevin dengan nada putus asa, yang membuat Darma menarik nafasnya panjang untuk yang kesekian kali.

"Mending Abang pulang aja, temen-temen juga gak ada yang tahu dimana dua sekarang, ponselnya mati tapi gue percaya kalau dia masih menggunakan otak warasnya buat berfikir, gue rasa dia hanya lagi butuh waktu untuk menyendiri," perkataan Darma membuat Kevin menatapnya tidak percaya dengan perkataan Darma.

"Bang, gue kenal Pelita dari masih ingusan, gue hafal sifat dia, dan gue yakin logikanya masih mampu menguasai dirinya daripada mengikuti emosinya," kata Darma meyakinkan lagi.

"Gue gak boleh balik sama nyokap sebelum nemuin dia, gue ke kantor abang gue dulu aja," katanya seperti putus asa.

"Kalau bisa lu nenangin diri aja dulu Bang, coba lu inget-inget mungkin Pelita pernah cerita, kemana Pelita kalau lagi banyak pikiran," saran Darma yang membuat Kevin ingat sesuatu, gue pernah ke Bogor tapi bukan bogor kota, Pelita cerita kalau dulu lagi kesel suka kesitu, aku bilang jauh Amat dia bilang namanya jiga kesel, tapi dia gak pernah cerita lagi sih jangan-jangan doa kesana, ya udah gue kesana deh mumpung belum sore nanti kalau ada kabar, tolong kasih tau gue ya," kata Kevin sambil menyambar jaket lalu meninggalkan Darma yang hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Kevin mencoba mengingat-ingat jalan menuju danau yang pernah dikatakan oleh Pelita ketika secara tidak sengaja mereka melewatinya, awalnya Kevin berpikir kalau Pelita hanya sedang berbohong, mengingat jarak yang lumayan jauh antara tempat tinggalnya dan Danau tersebut, namun entah mengapa fillingnya mengatakan dia harus kesan.

"Semoga saja firasatku benar, maafin Abang De, kesal dengan orang rumah malah kamu yang Abang buat susah," Kevin berkata pada diri sendiri.

"Dari sini ke mana yah, apa aku tanya aja sama orang disini danau terdekat dimana," kevin mencari orang yang sekiranya bisa ia tanyakan setelah hampir satu jam dia menuju tempat yang dumaksud.

"Tapi apa namanya aku aja gak tahu namanya, apa aku coba cek dulu pakai google, danau terdekat siapa tau aku beruntung," Kevin dengan segera mengambil ponselnya lalu mencari danau terdekat namun tidak ditemukan.

"Aku ingat kok lewat sini, gak mungkin aku salah." Kembali Kevin memperhatikan map pada ponselnya.

"Apa sebaiknya aku tanya pada orang sekitar sini?" Kevin lalu memarkir mobilnya di tepi jalan dan mampir ke sebuah warung sambil membeli sebotol minuman dia lalu menghampiri pemilik warung yang sedang merapikan dagangannya.

"Mang maaf kalau di sekitar sinu Danau ada disebelah mana yah saya sedari tadi mencari di Map tidak ketemu?" Tanyanya sambil melihat Map di ponselnya.

"Danau? Di Sekitar sini gak ada danau Den, adanya situ." Pemilik warung tampak bingung dengan apa yang dikatakan oleh Kevin namun Kevin tersenyum sepertinya dia baru sadar di ponselnya memang adanya nama sebuah situ bukan danau.

"Bodohnya aku," katanya dalam hati.

"Yah itu Mang maksud saya," katanya meralat pertanyaannya.

"Oooh kalau itu Aden terus saja kesana nanti belok kekanan gak jauh dari situ sebelah kiri ada situ, cuma ada satu Den," katanya menjelaskan.

"Terima kasih Mang." kemudian setelah pamit Kevin bergegas menuju mobilnya dan berlalu dari tempat itu menuju situ, Kevin berharap Pelita ada disana.

"Dek semoga kamu ada disana," pintanya penuh harap.