Kevin bergegas keluar dari kamarnya menyambar kunci mobil dan jaketnya.
"Kamu mau kemana Vin?" Lydia yang baru selesai merapikan bekas kopi dan kudapan suaminya dan Reno.
"Kampus," katanya singkat.
"Bukannya hari ini kamu libur dan mengapa kau membawa helm satu, bukankah nanti kau harus menjemput Pelita ke sekolah?" Tanya Lydia bingung, karena jika harus menggunakan motor, maka Kevin akan membawa dua helm.
Kevin terdiam sejenak lalu membalikan tubuhnya menatap ibunya.
"Dia harusnya dijemput oleh orang yang kalian anggap pantas untuk di jodohkan dengannya, tugasku sudah berakhir karena kalian sudah mengambil keputusan bukan?" Kevin bergegas keluar mengambil motornya di garasi lalu meninggalkan rumah tanpa memperdulikan panggilan ibunya.
"Ini yang aku takutkan," guman Lydia lalu bergegas masuk ke dalam untuk menelpon suaminya.
Jason:
"Ada apa Mam? Aku masih dijalan. Apakah kau merindukanku? Kalau begitu aku akan meminta pardi untuk pulang kerumah," canda Josan ketika mengangkat telpon dari istrinya.
Lydia:
"Kau ini, aku sedang tidak ingin bercanda. Yang aku takutkan ternyata benar, aku dari awal tidak menyetujui usulan konyol kalian," Lydia langsung mengomel menanggapi lelucon Jason.
Jason:
"Hahahaha, maaf aku tidak bermaksud menggodamu sayang. Jadi ada apa sebenarnya sampai kau terdengar sangat emosi."
Lidya:
"Tadi aku melihat Kevin sangat marah dia keluar dari rumah dengan emosi."
Jason:
"Biarkan saja nanti juga marahnya hilang, kalau sedang begitu diajak bicara dia juga tidak mau dengar."
Lydia:
"Kau ini, bukan seperti itu jason," terdengar Lydia membentak suaminya.
Jason:
"Baik, maafkan aku kalau begitu aku pulang saja,"
Lydia :
"Sebelum kau pulang lebih baik kau jemput dulu Pelita, karena Kevin tidak akan mau menjemputnya lagi,"
Jason:
"Kenapa bisa begitu?" Jason bingung dengan perkataan istrinya.
Lydia:
"Ya pokoknya begitu, itu kan gara-gara ide mu pokoknya aku tidak mau tahu kamu jemput Pelita sekalian."
Lydia lalu menutup panggilan teleponnya tanpa peduli suaminya bingung atau tidak dia sudah terlanjur kesal sepertinya.
Akhir Jason menyuruh Pardi mengarahkan mobilnya seperti permintaan tuannya.
Perjalanan menuju sekolah Pelita yang berlainan arah tentu arah membuat Jason memerlukan waktu untuk sampai ke sekolahan Pelita dan benar saja Pelita sudah berdiri di depan gerbang sekolahan yang sudah mulai sepi, bahkan berkali-kali pelita terlihat sedang menelepon seseorang namun sepertinya tidak mendapatkan jawaban.
"Kau turun Pardi suruh Pelita naik ke mobil," perintah Jason pada supirnya.
"Baik Tuan." Pardi lalu turun dari mobil mewah milik tuannya dan berjalan menuju Pelita sedang berdiri menunggu orang yang akan menjemputnya.
"Siang Non," Pelita menengok ke arah orang yang memanggilnya.
"Lho Bapak, ngapain disini?" Tanya Pelita penuh dengan rasa heran.
"Saya disuruh jemput Non, kebetulan saya bersama Tuan Jason, ayo Non," pinta Pardi Sambil mempersilahkan Pelita ikut dengannya.
"Memangnya Abang kemana, kok tumben bapak yang jemput. Abang gak kenapa-napa kan?" Tanya Pelita terlihat sangat cemas.
"Kurang tahu Non, nanti Non tanyakan saja pada tuan," kata Pardi lagi lalu mempersilahkan Pelita untuk masuk ke dalam mobil.
"Siang Om," Pelita mencium punggung tangan Jason seperti biasa.
"Maaf terlambat jemput soalnya Om baru dikasih tau Tante Lydia kalau Kevin gak bisa jemput, harus ke kampus ada kuliah tambahan dan itu dadakan," kata Jason menjelaskan sebelum Pelita bertanya lebih jauh.
"Oooh pantas aku telepon Abang gak diangkat," kata Pelita namun pikirannya masih penuh tanda tanya, karena jika ada urusan dadakan Kevin tetap akan mengabarinya.
"Gak apa-apa kan kalau Om yang jemput?" Tanya Jason tersenyum.
"Gpp kok Om, terima kasih ya sudah mau jemput aku," kata Pelita dengan nada sopan, namun Jason dapat melihat kalau raut wajah Kevin kecewa.
"Kalau begitu kita ayo kita pulang, Om sudah lapar nih," kata Kason sambil memegang perutnya.
*
"Pah gimana ini, Kevin sepertinya sangat marah dan kecewa." Lydia bertanya ketika Pelita sudah Pamit untuk masuk kedalam kamarnya.
"Dan apa Papa tidak lihat tadi pelita diam saja," kata Lydia yang membuat Jason merasa bersalah dan pusing.
"Apa Mama bilang, Kevin gak bisa digituin lebih baik kamu tanyakan langsung, karena Mama juga kalau nyindir-nyindir dia soal Pelita wajah Kevin terlihat senang bahkan dia dengan bangga bercerita tentang Pelita.
"Habis Papa kesal mereka tidak ada perkembangan," kata Jason berusaha membela diri.
"Tapi nggak gitu caranya Pah," Kata Lidya masih ngotot dengan pendapatnya.
"Aku benar-benar sakit hati, melihat kevin tadi dan ketika Kevin mengatakan bahwasannya dia sudah tidak akan mengurusi Pelita, karena toh harusnya yang mengurus Pelita sekarang ini adalah Reno sebagai calon suaminya dan Kevin juga berkata bahwasanya itu keputusan itu kita yang ambil bukannya dirinya, aku merasa semakin bersalah padanya. Aku merasakan bahwa dia benar sedang sakit hati pada kita saat ini," Kata Lidya sambil berusaha mengusap air matanya yang terjatuh di pipi.
"Lalu kita harus bagaimana?" Tanya Jason malah menjadi bingung. Apalagi ditambah istrinya yang menangis, Jason paling tidak tega jika sudah melihat Lydia menangis.
"Kau katakan padanya nanti kalau dia sudah pulang, kalau itu hanya gurauan kalian saja yang ingin melihat seberapa besar sebenarnya Kevin menyukai Pelita," perintah Lidya sambil menatap suaminya.
"Baiklah aku akan mengikuti saranmu kalau begitu, tapi Pelita sendiri belum tahu kan kejadian sebenarnya, karena tadi Pelita bilang kalau dia sangat sulit untuk menghubungi Kevin dan dia bilang padahal biasanya Kevin jika ada sesuatu yang emergency akan mengabarinya. Aku juga melihat wajah cemas pada Pelita, mereka sebenarnya sepertinya memang saling menyayangi, hanya saja sepertinya Kevin masih menunggu waktu yang pas, aku merasa semakin berdosa. Berusaha untuk membuat dia mengambil keputusan dengan buru-buru," kata Jason menyesali apa yang sudah ia lakukan terhadap anak bungsunya.
*
Susah dua hari Kevin tidak pulang dia hanya mengabarkan ada urusan setelah itu ponselnya mati, sementara Pelita jelas kebingungan walaupun dia tidak ke kampus, dia merasa rindu celotehan Kevin yang terkadang malah sering meledeknya,.
Pelita memutuskan untuk bertanya ketika dia akan sarapan.
"Om, tante Abang kemana? Sudah tiga hari aku tidak bisa menghubunginya," tanya pelita sambil menatap kearah Jason dan Lydia.
Josan tersenyum, namun baru saja dia hendak membuka suara, Lydia memegang tangan suaminya, seolah mengerti yang dimaksud istrinya dia terdiam.
"Kevin sedang ada kuliah praktek jadi dia harus terjun kelapangan secara langsung," kata Lydia.
"Kok mendadak, Abang juga gak pernah cerita sebelumnya?" Tanya pelita heran, Lydia hanya mampu menelan salivanya.
"Sudah jangan khawatir besok juga dia kembali kok," Lydia berusaha meyakinkan Pelita.
"Tapi sampai hari ini telpon Abang tidak bisa dihubungi tante," tampak mata Pelita berkaca-kaca membuat Lydia bergegas duduk di samping Pelita dan merangkulnya.
"Mungkin tempat Praktek Kevin digunung jadi susah dpt sinyal," kata Lydia berusaha menenangkan Perasaan Pelita.
"Kamu begitu khawatir pada Kevin, kamu sayang banget sepertinya pada Kevin?" Jason mulai memancing pembicaraan ke yang lebih menjurus.