Chereads / Bini Gue Mantan Preman / Chapter 28 - Jebakan Batman

Chapter 28 - Jebakan Batman

"Hai Jakarta aku kembali," kata Pelita merentangkan tangannya ketika akan masuk kedalam mobil.

"Aish kau ini memalukan,  cepat masuk mobil," Sorong Kevin pada Pelita.

"Ihhh Abang kasar bangetbsih," Pelita cemberut mendapat perlakuan seperti tadi. Melihat Pelita kesal Kevin hanya tersenyum lalu memeluk bahunya tanpa mengatakan apa-apa. Pelita yang tidak suka langsung melepaskan pelukan Kevin.

"Marah sama abang, Maaf deh," katanya melepaskan pelukan di bahu Pelita.

"Ihhh nyebelin," pelita menendang-nendang tidak jelas kakinya. Sementara supir Jason yang menjemput hanya tersenyum melirik di kaca spion mobil.

"Iya.  Maaf, maaf tadi Abang  gak sengaja kekencengan dorong kamunya, habis kamu juga malah joget-joget kayak gitu, nggak jelas. Kalau dilihat orang gimana coba, belum lagi  mobil dibelakang sudah memencet klakson,"  kata Kevin memberikan alasan kemudian mengacak-acak rambut Pelita.

"Tapi nggak perlu dorong juga kali, untung nggak jatuh," kata Pelita, masih saja dengan wajah yang cemberut karena kesal.

"Tadi kan Abang sudah bilang minta maaf.  Bales deh biar kamu puas karena sudah Abang dorong." Kevin membuat Pelita mencubit lengannya dengan gemas. Kevin menjerit karena cubitan Pelita  lumayan terasa perih di lengannya.

"Benar-benar balas dendam ini sih namanya,  sakit tahu,"  katanya mengusap-usap tangannya kemudian  kembali memeluk leher Pelita seperti memiting namun tubuh Pelita dibawa kedalam pelukannya.

Sepanjang perjalanan mereka hanya bercanda,  sementara sang sopir hanya tertawa dan sekali-kali menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anak majikannya itu, Kevin yang cuek tampak sangat melindungi Pelita. 

Tidak terasa hari terus saja berlalu. Kebersamaan mereka semakin intens, dimana ada Kevin pasti disitu ada Pelita mereka seperti tidak bisa terpisahkan, bahkan hampir setiap malam Kevin dengan setiap menemani Pelita belajar dan tidak jarang dia harus membopong Pelita ketempat tidur, akibat pelita yang ketiduran ketika sedang belajar.

"De, Abang ada pertandingan Futsal besok sabtu, kamu gak mesti ke bengkel kan sabtu ini? Kalau gak dirumah aja ya," pinta Kevin ketika seperti biasa dia menemani Pelita belajar.

"Ikutttt," Pintanya sambil menaruh pulpen yang digunakan untuk menulis.

"Senin kan kamu mau ujian semester De," kata Kevin sambil meletakan buku yang dia baca diatas meja belajar Pelita.

"Ujian kan senin Abang, aku masih bisa belajar hari minggu, bosan belajar terus," katanya mengerucutkan mulutnya.

"Benarnya minggu belajar ya, besok gak usah genit-genit sama teman-teman Abang," katanya sambil mencolek hidung Pelita.

"Ih aku kapan genit-genit sama temen Abang, temen-temen abang aja yang keganjenan," kata Pelita sewot, Kevin malah tertawa.

"Iya deh, Ade Abang yang cantik," katanya sambil berdiri dari kursi lalu mengacak-acak kepalanya.

"Tidur De dah malam," pinta Kevin yang berdiri lalu mendekati Pelita.

"Tanggung Abang komiknya tinggal beberapa lembar lagi," katanya sambil menunjukan komik yang dia baca, setelah tadi selesai mengerjakan PRnya.

"Sudah kalau gitu, Abang tidur duluannya ya," seperti biasa Kevin mengecup ujung kepala Pelita lalu tersenyum dan meninggalkan Pelita yang masih asyik membaca komiknya.

***

Gula itu memang terasa manis semanis teh hangat yang dibuat oleh Lydia untuk suaminya.

"Sayang bagaimana perkembangan Pelita?" Tanya Jason yang sedang menikmati secangkir teh hangat dan Roti isi selai kacang.

" Sepertinya dia makin lancar sekolahnya, terbukti bodyguard nya sudah tidak banyak mengeluh," kata Lydia ketika Kevin dan Pelita baru keluar rumah, karena hari ini Kevin akan bertanding futsal antar Fakultas.

"Jadi bagaimana perkembangan mereka?" Tanya Jason pada Lydia yang yang menemani sarapan pagi itu.

"Mereka kian hari kian dekat, malah seperti sulit dipisahkan. Tapi aku belum berani bertanya Pah, karena mereka juga tidak mengatakan apa-apa bahkan kalau aku sindir-sindir pun sepertinya mereka gak sadar, mau tanya langsung aku takut mereka malah jadi gak nyaman," kata Lydia seperti serba salah.

Mereka sebenarnya merencanakan perjodohan Kevin dan Pelita, agar persahabatan Jason dan Benni menjadi ikatan persaudaraan. Namun mengingat keduanya bukan tipe yang suka diatur, oleh karena mereka sengaja membiarkan satu dengan yang lain saling dekat.

Jason memandang ke depan, sepertinya mereka harus memiliki akal agar keduanya bisa mengakui kalau mereka saling suka.

"Apa harus kita jebak mereka, agar mereka satu dengan yang lainnya mengakui perasaannya?"  Tanya Lidya menyampaikan usulannya, sambil memandang ke arah suaminya.

"Sepertinya boleh juga usulmu," Jason tertarik dengan perkataan dari istrinya.

"Tapi bagaimana caranya?" Jason bertanya pada istrinya.

"Sepertinya kita butuh bantuan Reno. Bagaimana kalau begini, kau katakan pada Kevin tanyakan pendapatnya, bagaimana kalau kita menjodohkan Reno dengan Pelita alasannya agar Reno berhenti menjadi seorang yang tidak jelas Arah tujuannya. Nikah tidak mau, punya pacar kok gonta-ganti terus?"  Kata Lidya sambil memandang suaminya namun Jason justru mengerutkan keningnya.

"Tapi apakah nanti tidak menjadi salah sangka, kalau Kevin tidak memiliki perasaan Mungkin itu tidak jadi masalah. Tapi kalau t memiliki perasaan bagaimana? kemudian dia tidak mau menyatakan  perasaannya tersebut karena tidak enak dengan kita? Wah aku jadi bingung," kata Jason sampai memandang ke arah istrinya kembali.

"Aku setuju tuh Pa, dengan usulannya Mama. Sepertinya Si Kevin itu memang harus diberi pelajaran sekali-kali, agar dia tidak menggantungkan perasaan anak orang," kata Reno yang muncul dari dalam rumah, yang membuat kedua orang tuanya memandang ke arahnya.

"Tapi bagaimana kalau terjadi seperti yang dipikirkan Papa kamu?" Tanya Lydia ragu.

"Tenang nanti aku yang urus semuanya, aku akan jelaskan maksud kalian semuanya, kalau itu sampai terjadi sepertinya dia memang harus diomongin langsung, karena adikku itu tidak peka perasaannya," Reno memberikan solusi kepada kedua orang tuanya.

"Kau juga,  kapan mau membenahi diri menjadi orang yang berguna. Kerjamu hanya keluyuran saja, ya walaupun  kegiatanmu itu tidak mengganggu pekerjaan. Tapi tetap saja itu tidak benar, sudah waktunya kau cari perempuan yang bisa benar-benar menjadi pendampingmu, setia, bukan wanita yang hanya memandangmu dari fisik dan harta saja," Kata Lidya sambil menepuk pundakku Putra keduanya.

"Tenang Mam. Sudah ada yang aku incar, anak buahnya Mas Dion.  Semoga saja Dia belum punya kekasih, anaknya sederhana tapi cerdas  kata," kata Reno memuja perempuan yang sedang diincar  sambil memandang ke arah kedua orang tuanya.

"Semoga kali ini kau serius, tidak memainkan perasaan anak perempuan orang lain, kau harus ingat aku.  Bagaimana kalau Papa mau mempermainkan aku?" Kata Lidya menatap Reno  dengan wajah yang serius

"Ya Mam aku paham it,  kau tidak usah khawatir aku tidak akan mempermainkannya kali ini. Semoga saja Pilihanku tidak salah karena aku juga sudah meminta tolong kepada anak buahnya Dion untuk mengecek latar belakang perempuan itu, semoga saja dia juga menyukaiku,"  kata Reno sambil tersenyum ke arah ibunya

"Syukurlah, semoga saja kau sudah lelah menjadi Don Juan," kata Jason meledek Putra keduanya tersebut.

"Jadi bagaimana nih rencananya? Aku siap bantu," kata Reno dengan semangat, padahal sepertinya dia sedang mengalihkan pembicaraan agar orang tuanya tidak membicarakan tentang dirinya dan keburukannya.

"Begini saja, tapi ini harus dikatakan kalau Pelita tidak ada ditempat, karena aku tidak mau nanti Pelita malam berpikir kita memaksakan kehendak,"  Kata Lidya yang disetujui oleh di Jason.

"Makanya,  kita harus membuat Kevin sadar. Buat dia sebagai laki-laki harus bergerak lebih dahulu bukannya  menunggu Pelita yang memberikan sinyal," kata Jason menanggapi usulan yang rencananya akan mereka jalankan kan

"Jadi apa usulannya, pura-pura kalau aku akan dijodohkan dengan Pelita dan kita bisa melihat reaksi Kevin yang sebenarnya,"  kata Reno kembali menatap kedua orang tuanya.

"Ya seperti begitu, nanti planning-nya akan aku jelaskan lagi kepada kalian, agar anak kita itu menyadari kalau perempuan itu butuh kepastian, bukan digantung terus seperti jemuran,"  kata Jason yang membuat Reno tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan dari ayahnya.