Kevin baru sampai rumah dia memarkirkan mobilnya lalu turun dan berjalan menghampiri Reno yang sedang memperhatikan motor Pelita.
"Ngapain lu kak, perhatiin motor orang, pengen? Jangan deh tar muka lu yang kinclong, kotor berdebu, kasian cewek-cewek yang biasa nempel ama lu," ledek kevin sambil tertawa.
"Rese lu, gue lagi bingung aja cewek kecil kaya dia bisa naik motor kaya gini?" tanya Reno seolah tidak percaya dengan realita dihadapannya.
"Yang penting kakinya nyampe ke bawah dua-duanya. Ama punya nyali, Pelita emang gak semok badannya kaya cewek-cewek lu tapi dia lumayan tinggi buat ukuran cewek indonesia," Kata Kevin memberi penjelasan mengapa Pelita bisa memakai motor besar seperti yang ada di hadapan mereka.
"Tapi gimana di ngerawat motor kaya gini, bengkelnya kan jarang kalau bekel abal-abal ya sayang kali ama motornya," kata Reno memberikan pendapatnya.
"Gue juga nggak tau, tapi pas kemaren gue cobain masukin garasi motornya enak kok mesinnya alus, suara knalpotnya aja bersih enak didengar," kata Kevin menjelaskan kondisi motor Pelita yang memang terlihat selalu bersih.
"Oya penasaran gue," kata Reno sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Lu apa sih yang nggak penasaran kalau liat barang bening Kak," Kata Kevin sambil masuk kedalam rumah yang diikuti Reno dari belakang.
"Percaya sekarang kalau dia gak main motor matic," kata Jason pada Reno.
"Percaya Pah, eh cuma motor jenis begitu gimana merawatnya bengkelnya kan jarang apalagi motor punya kamu bukan buatan jepang?" tanya Reno penasaran
"Kalau ganti Oli sama ganti busi sih sendiri kecuali kalau ada masalah sama onderdil mesin." Perkataan Pelita membuat Kevin nyaris tersedak, bagaimana bisa seorang perempuan melakukan hal tersebut.
'Kamu kenapa Vin?" tanya Lydia melihat putra bungsunya tersedak.
"Dia kaget Mam kebayangkan dia ganti oli mesti ke bengkel ini perempuan ganti oli sendiri hahahahaha, kaget lah dia," kata Jason mentertawakan putra bungsunya.
"Emang kamu bisa?" tanya Kevin pada Pelita.
"Bisa Bang, gampang kok apalagi kalau sudah biasa," kata Pelita yang membuat Kevin tidak percaya dengan jawaban dari Pelita.
"Belajar dari mana?" tanya Kevin penasaran.
"Kursus bengkel motor, aku punya teen Kakaknya lulusan teknik mesin, nah dia buka kaya pelatihan gitu, dapet sertifikat juga kalau sudah lulus dari sana, iya sih yang kursus disana rata-rata anak laki-laki, tapi perempuan juga gak salah donk kalau belajar," Kata Pelita.
Kevin dan Reno hanya bisa saling pandang, mereka baru pertama kali lihat perempuan seusia Pelita yang biasanya tertarik nongkrong di mall dia malah memilih main dengan oli.
"JAdi selain bisa membanting orang, Pelita juga bisa mengganti oli dan busi sendiri," Kata Jason yang membuat Reno menatap ayahnya.
"Maksud Papah membanting Orang bagaimana Pah?" tanya eno penasaran.
"Tanya Saja sama adikmu yang sudah pernah merasakan bantingannya." Jason tertawa terbahak-bahak karena meledek anak bungsunya.
"Beni itu punya anak cewek, tapi rasa anak cowok ya," Kata Jason sambil tersenyum ke arah Pelita.
"Tapi Papi nggak asik, dia nggak suka otomotif dia sukanya pakai doang, terkadang yang bawa mobil untuk di servis saja aku," kata Pelita mengingat ayahnya yang sering menyuruh membawa mobilnya ke bengkel langganannya.
"Hahaha. Untung aja anaknya yang bisa disuruh-suruh, coba kalau anaknya kemayu repot dia, bisa-bisa tiap tahun ganti mobil karena tidak pernah diservis," Kata Jason lagi.
"Pah, tadi Papah bilang kalau Kevin dibanting. Yang banting siapa Pah?" tanya Reno penasaran.
"Dasar kepo, pengen tahu segala," kata Kevin berjalan naik ke lantai dua menuju kamarnya.
"Kemarin waktu malam hari, Pelita ingin minum. Dia tidak tahu kalau Kevin masih terbangun, Kevin penasaran karena melihat Pelita Jalan mengendap-endap dia lalu bertanya pada Pelita dengan menyentuh bahunya, karena Pelita terkejut akhirnya Kevin malah dibanting sama Pelita, kebayang dong seperti nangka busuk jatuh bunyinya. Gedebuk," kata Jason sambil tertawa-tawa mengingat kejadian tersebut.
"Terus aja Pak bully anaknya, bully," kata Kevin dari atas kamarnya, yang membuat semua tertawa kecuali Pelita yang masih merasa bersalah pada Kevin.
"Tapi beneran Om aku tidak sengaja waktu membantingnya, karena aku pikir semua sudah tidur dan ada maling yang masuk kedalam rumah, makanya aku langsung main banting karena reflek, dan Abang waktu itu juga tidak ada suaranya langsung pegang pundakku, makanya aku banting ," kata Pelita menjelaskan kejadiannya.
Tidak apa-apa, tidak usah merasa bersalah. Dia itu emang begitu, jahil. Biar tahu rasa dia," kata Reno masih tertawa membayangkan kejadian yang menimpa Kevin. Bagaimanapun juga tinggi dan berat Kevin jauh lebih berat daripada dirinya, Reno tidak bisa membayangkan, bagaimana kalau dirinya yang dibanting bisa remuk semua badannya.
*
Jadi kamu yakin mau membantu bekerja di perusahaan papa ? Apa niatmu untuk menjadi seorang PNS sudah tidak ada lag?" tanya Jason pada Reno. Malam itu Reno sengaja menginap di rumah orang tuanya karena dia ingin membicarakan masalah pekerjaan.
"Iya Pah, rencananya begitu. Aku rasa lebih baik kalau jadi pengusaha sajalah, dari pada jadi pegawai negeri. Pegawai negeri itu tanggung jawabnya besar, bukan masalah soal gaji tapi mengingat orang tua temanku yang tertangkap karena korupsi. Membuatku menjadi merinding," kata Reno memberitahukan alasannya mengapa dia enggan untuk menjadi pegawai PNS seperti yang pernah dia cita-citakan. Bekerja di sebuah instansi pemerinta, pulang tidak terlalu larut, gaji tiap bulan yang penting rajin, pendidikan jalan terus, maka pangkat akan naik jika sudah naik dia hanya akan tinggal menunjuk bawahannya untuk membantu pekerjaannya. Tapi itu dulu ketika dia masih zaman SMA zaman sekarang pandangannya tentang pns, apalagi seorang pejabat sepertinya menjadi bahan pertimbangan sendiri Untuk Reno
"Oh ya memang Bapaknya siapa yang tertangkap tangan karena korupsi,' Tanya Jason penasaran
"Bapaknya Aini, Papa tahu Aini kan? anaknya pendiam tidak terlalu banyak tingkah sayang bapaknya juga mencoreng nama baik keluarganya sendiri," jawab Reno sambil menghembuskan nafasnya.
"Aini mana, anak fakultas kedokteran? yang sama kakak dikejar-kejar itu?" kata Kevin pada Reno dengan nada mengejek.
"Siapa yang dikejar-kejar Kak?kok cewek dikejar-kejar, kaya maling aja di kejar-kejar?" tanya Pelita ikut nimbrung kontan saja perkataannya membuat Jason malah tersedak ketika dia sedang menyesap kopi yang disediakan oleh istrinya.
"Kamu ituTa, kalau ngomong bikin Om pengen ketawa," Kata Jason sambil melap bekas kopi di pinggir mulutnya.
"Kan memang benar Om, yang biasa dikejar-kejar itu maling kalau gak musuh kita saat tawuran," Kata Pelita kelepasan.
"Jadi kamu suka tawuran?" tanya kevin menatap kearah Pelita.
"Ih ngapain tawuran kurang kerjaan, aku gak akan berantem kalau gak ditantangin," Kata Pelita membela diri.
"Ohhh jadi kalau ada yang nantangin terima, terus diajak berantem?" tanya Kevin menyelidik.
"Yang maling bukan dia Ta, tapi bapaknya maling uang negara," kata Reno yang tau situasi tidak menguntungkan untuk Pelita, karena Kevin mendesak dan dia tidak akan berhenti sampai mendapatkan jawaban yang Kevin inginkan.
"Kak Reno baik banget mau nyelamatin gue dari si kutu kupret, kayanya kalau ada dia gak boleh salah ngomong deh," Kata pelita sambil mengaduk susu coklatnya.
"Percuma kalau cakep juga, turunan maling," kata Kevin ketus.
"Maksud Abang aku?" Tanya pelita tak terima.
"Idih GR kita lagi ngomongin Aini, perempuan sombong gebetan Kak Reno tuh," kata Kevin Sewot.
"Gak boleh julit Bang, kok Abang kaya perempuan yang bibirnya dua, kalau ngomongin orang lemes dan lancar kayak jalan Tol yang gak ada accidentnya." Kata Pellita yang membuat Jason, Lydia dan Reno tertawa
"Dih Enak aja siapa yang ngomongin orang, realita lagi." Kevin sebenarnya juga mengenal Aini karena Aini adalah teman satu sekolahnya dulu ketika SMA namun anaknya sombong walaupun Kevin mengakui kalau Aini memang pintar.
Hari ini hari sabtu dimana jadwal Pelita hanya nanti sore untuk latihan Taekwondo, dia sengaja tidak kemana-mana pagi ini karena ingin tahu rutinitas keluarga Jason jika weekend