Pelita bersiap untuk keluar rumah, dia tadi sudah pamit pada Lidya dan dia juga sudah izin untuk latihan taekwondo sore ini.
"Pelita berangkat dulu Tan, Om pulangnya saya mampir dulu ke rumah teman karena ada yang mau saya tanyakan untuk tugas kelompok hari senin," Pamit Pelita pada Jason dan Lydia yang sedang berada dihalaman belakang rumahnya.
"Tapi sudah mendung Ta, apa gak sebaiknya pakai mobil saja. Sekalian panaskan mobil Papimu, sayang kan kalau tidak dipakai-pakai." Kata Jason yang melihat Pelita sudah bersiap-siap akan menggunakan motor karena dia sudah menjinjing helm kesayangannya.
"Tapi Om kalau malam minggu seperti ini jalanan macet kalau harus menggunakan motor," Kata Pelita berusaha agar tetap diizinkan naik mobil karena jujur saja membawa mobil adalah hal yang paling malas untuk pelita lakukan, selain harus menghadapi macet, jalan sendirian didalam mobil bukan lah hal yang menyenangkan walaupun terkadang dia harus menyalakan musik kencang-kencang untuk menghilangkan kebosanan. sedangkan jika menggunakan motor dia senang jika bisa beriringan dengan sesama pengendara motor juga.
"Iya Ta, lihat tuh awan sudah pekat," kata Lydia menunjuk keatas langit.
"Kalau kamu malas dan takut macet bagaimana kalau Tante suruh Kevin buat antar kamu?" tanya Lydia lagi. Dan benar saja hujan turun dengan derasnya. Mereka lalu masuk kedalam rumah.
"Kevin kamu antar Pelita ke tempat latihan taekwondonya, baru nanti kamu ke tempat latihan futsal, kamu mau latihan futsal kan?" pinta Jason begitu melihat anak nya turun dengan membawa tas olah raga dan menggunakan celana pendek.
"Iya?" katanya sambil melihat ke arah Pelita yang juga sudah menggunakan celana taekwondonya.
"Ya sudah sana sekalian antar, hujan kasihan kalau dia harus naik motor dan kalau bawa mobil nanti dia kena macet," kata Joson dengan nada memerintah bukan meminta tolong, yang artinya dia tidak bisa menolak.
Tanpa bicara banyak dan malas untuk berdebat dengan ayahnya, Kevin memilih untuk berjalan ke arah garasi dimana mobilnya terparkir disana.
"Pasang seat belt nya," perintah Kevin pada Pelita tanpa menoleh ke arah Pelita. Sepanjang perjalan Pelita bingung harus apa, dia juga malas untuk memainkan ponselnya.
"Bang," Panggil Pelit mulai membuka percakapan, Pelita bukanlah orang yang pendiam, mulutnya akan gatal kalau 5 menit saja tidak berbicaraan dia akan diam kalau sedang tidur atau membaca buku komik jepang seperti Naruto dan Conan.
"Ehm," jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan raya.
"Aku minta Maaf ya, beneran aku gak ada niatan banting Abang. Aku cuma reflek," kata Pelita sambil memandang ke arah Kevin pria, pria berhidung mancung dan berahang tegas itu masih fokus dengan kendaraanya yang dia bawa.
"Abang!." panggilan Pelita membuat Kevin memalingkan wajahnya sesaat.
"Kenapa?" tanya sedikit berteriak karena Pelita memanggilnya juga dengan berteriak.
"Kok gak dijawab sih Bang permintaan maaf aku?" tanya Pelita dengan nada yang lebih pelan.
"Udah dimaafin dari kemarin, kalau gak dimaafin ngapain juga aku mau nganterin kamu." namun nada bicara Kevin tetap sama, datar.
"Alhamdulillah mau dimaafkan." Pelita tersenyum sambil mengelus dadanya.
"Kamu hutang jawaban pertanyaanku kemarin." Pelita langsung terdiam. Kevin melirik ke arah Pelita.
"Yang mana ya? Lupa, eh itu aku dah sampai, itu gedungnya gak usah masuk Bang disini aja." Pelita bergegas hendak turun namun tangan ditahan oleh Kevin.
"Seat belt nya dibuka dulu, kamu mau ke cekik seat belt memangnya?" Kevin membukakan Seat belt yang terpasang pada Pelita.
"Terma kasih ya Bang sudah mau antar," Pelita bergegas turun.
"Kamu hutang jawaban sama aku," teriak Kevin dari dalam mobil. Tugas ayahnya mengawasi Pelita yang membuatnya harus tahu banyak tentang kegiatan Pelita sehari-hari membuatnya seperti terlihat kepo jadinya.
"Ish malesin banget, tuh kutu kupret kirain udah lupa, Tuhan tolong hambamu ini jauhkan aku dari mahluk yang bernama Kevin itu," Pelita menggerundel sambil masuk ke dalam sasana olah raga bela dirinya.
Sementara itu sepanjang perjalanan menuju tempat latihan Futsal, Kevin masih saja penasaran dengan Pelita.
"Sepertinya dia menghindar dari pertanyaanku deh? Tapi kenapa. Aaaah tugas dari Papa bikin gue jadi kepo gak jelas sama orang. Bodo Ah." Kevin lalu memarkirkan mobilnya kemudian masuk kedalam lapangan Futsal dimana teman-temannya sudah menunggu.
"Tumbe lu telat Vin?" Arman bertanya ketika melihat kevin masuk kelapangan dan menaruh tas olahraganya , Kevin kemudian mengganti sendal jepitnya dengan sepatu futsal yang ditaruh di dalam tasnya.
"Sorry gue ada tugas negara, tau kan kalau bokap gue udah memerintah gue kagak bisa bilang nggak, bisa-bisa dia nyabut dana sponsor kita," kata Kevin sambil melakukan gerakan pemanasan.
"Wah bener juga kata lu, kalau sampai dicabut repot kita,males lah kalau harus cari sponsor yang lain. Ya udah Lo turutin aja apa kata Big boss," kata Yohan ambil menendang-nendang bola yang ada di depannya.
"Wah kalian sudah ngumpul. Sorry telat gua tadi harus nganterin Bidadari gua dulu, eh kenalin nih sepupunya Siska," kata Iqbal yang baru saja masuk ke lapangan futsal memperkenalkan seorang gadis cantik berwajah blasteran. Mereka lalu bersalaman dengan perempuan cantik bernama Diva.
"Wah cocok dengan namanya sesuai," celetuk Ridwan ketika dia bersalaman dengan Diva. sementara Kevin seperti biasa acuh tak acuh jika diperkenalkan dengan perempuan.
"Vin kayanya tuh cewek seneng ama lu deh, ngeliatin mulu. Udah sikat sana, sama-sama blasteran ini. Bedanya dia blasteran orang ama orang, lu blasteran anak monyet," Kata Joe sambil menjauh karena dia pasti akan di kemplang kepalanya oleh Kevin.
"Rese lu anak Onta," teriak Kevin pada Joe yang memang masih keturunan Arab.
"Vin gue Gue bisa minta tolong nggak? Iqbal menghampiri Kevin yang sedang mengganti kaosnya yang basah karena keringat dengan kaos yang bersih.
"Minta tolong apaan?" Tanya Kevin sambil memasukkan pakaian dan sepatu ke dalam tas olahraganya.
"Minta tolong anterin sepupunya cewek gua, soalnya gua mau ada perlu dulu. Arahnya berlawanan sama gue dan searah sama lupulang, jadi gua nggak bisa nganterin dia. Bisa tolong ya?" kata Iqbal pada Kevin.
"Sorry Bal , gua disuruh jemput orang soalnya sama nyokap, takutnya gua nanti telat kalau harus nganterin sepupu cewek lu dulu," kata Kevin beralasan
"Ya ilah, Tolonglah. Gua beneran deh kalau nggak perlu banget juga gue nggak bakalan minta tolong lu," kata Iqbal memohon.
"Lagian elu, udah tau ada ada keperluan masih aja ngajakin sepupunya cewek lu, kan jadi ngerepotin orang," Kevin memang kalau berkata tidak pernah berbasa-basi. Dia jika tidak suka maka dia akan bilang tidak suka, begitu juga sebaliknya.
"Iya tapi tadi cewek gue yang ngajak bukan gue, Please lah Vin tolongin gue," kembali iqbal memohon.
"Minta tolong yang lain aja, gue beneran gak bisa," kevin melihat ke arah jam tangannya, waktu sudah menunjukan setengah lima sore.
Yang lain pake motor Vin cuma lo doang yang bawa mobil sama gue, gak mungkin gue nyuruh cewek secakep dia pake motor Vin," Kata Iqbal beralasan.
"Memangnya kenapa kalau naik motor? Yang pentingkan ada yang nganterin. Lu tau gue kan kalau gak bisa, ya gak bisa. Duluan Bro, tar gue diomeli ibu ratu lagi gara-gara telat jemput anak orang," Kevin lalu meninggalkan Iqbal yang hanya bisa menatap kepergian Kevin dari hadapannya.