*****
Bunyi yang betasal dari elektrokardiogram menggema disebuah ruang. Rafael terbaring di sana, tidak berbicara, tidak bergerak, hanya terlelap.
"Ayah," panggil Tara sambil menatap Rafael.
Jemari Ayahnya disentuh olehnya. Senyuman Tara terukir setengah, dia mengusap buku tangan Rafael sambil mengamati wajahnya yang pucat.
"Maaf kalau Tara jadi penyebab Ayah terbaring di sini," ucap Tara lirih, "Seharusnya aku datang memeluk Ayah. Bukan membawa kabar yang membuat kondisimu memburuk."
Tara berjanji kepada dirinya sendiri dan Tuhan, di depan tubuh Ayahnya. Dia akan mengubur semua kenangan itu, kenangan yang paling menyakitkan selama dirinya hidup. Masa lalu tidak lebih baik dari pada masa depannya.
"Ayah." Tara menatap Rafael lagi.
