Bryan tak mengerti dengan jalan pikirannya sendiri saat ini, semenjak Kalea bekerja dengannya Bryan tak suka jika ada yang mendekati Kalea meskipun itu hanya sekedar menyapa.
Bryan tak mempermasalahkan jika staff wanita yang menyapa Kalea tetapi Bryan akan tak suka jika staff laki-laki mulai bersikap ramah kepada Kalea.
Maka dari itu Bryan sering membuat Kalea sibuk dengan pekerjaannya kadang-kadang Bryan tak memperbolehkan Kalea keluar dari ruangannya selangkah pun.
"Bry, sudah waktunya makan siang," kata Kalea.
"Saya udah pesan kamu duduk aja di sana kita makan di sini," ujar Bryan.
Kalea hanya menganggukan kepalanya lantas tersenyum kecil sementara Bryan kembali menatap layar laptopnya meskipun sudut bibirnya terlihat tertarik.
Kalea tak akan bisa melihatnya karena Bryan bisa menyembunyikan semua hal itu, sementara Richard menghubungi Kalea melalui pesan singkatnya.
[Richard: Lunch bareng, yuka?]
[Kalea: Maaf aku masih banyak pekerjaan, next time ya.]
Richard kemudian tersenyum lantas memasukan ponselnya ke dalam saku. "Tav, makan bareng yuk?" ajak Richard kemudian.
Gustav mengerutkan keningnya seumur-umur bekerja dengan Richard baru kali ini Gustav di ajak makan siang bersama.
"Tumben nih, ada angin apa?" tanya Gustav balik.
"Saya cuman nggak mau makan sendirian," sahut Richard.
Gustav menganggukan kepalanya tetapi ia sangat penasaran dengan raut wajah Richard yang terlihat sumringah akhir-akhir ini.
Sementara Bryan terlihat menata semua makanan di atas meja siang ini Bryan sengaja tak makan di kantin atau cafetaria seperti biasanya.
"Ayo makan," ajak Bryan.
Kalea mengangguk kemudian menghampiri Bryan yang sudah siap dengan makan siangnya.
"Harusnya saya yang melakukan ini Bry, kenapa malah jadi kamu."
"Nggak masalah Kalea sesekali," sahut Bryan.
Kalea kemudian duduk di hadapan Bryan keduanya terpisahkan oleh meja. "By the way kamu sama Richard masih harus meeting, kan?"
Bryan menganggukan kepalanya. "Nggak, Richard sudah menghubungi saya ternyata hasil vote kemarin banyak yang tak setuju soal rencana dia."
"Kamu smart banget Bry saya jadi minder jadi PA kamu," kata Kalea.
Bryan terkekeh membuat Kalea terpaku sesaat jarang sekali melihat Bryan yang terkekeh seperti itu.
"Kamu juga asisten saya yang paling baik selama ini saya jarang banget dapet PA seperti kamu bukan jarang tapi nggak pernah sama sekali, kamu mungkin sudah tau gosip di luaran sana seperti apa tentang saya. Banyak orang yang mengira jika saya selalu melakukan hal yang tidak-tidak kepada PA saya padahal itu kebalikannya," ujar Bryan.
"Kenapa kamu nggak mencoba untuk meluruskannya?"
"Saya nggak punya waktu," sahut Bryan.
Keduanya kemudian kembali makan Kalea bingung harus bertanya apalagi karena hatinya terus dipenuhi oleh bunga-bunga.
Sesekali keduanya melirik satu sama lain dan tersenyum detik itu ada sesuatu hal yang saling mendekat satu sama lain tanpa keduanya sadari.
Bryan adalah orang yang paling terakhir keluar dari Sunrise Corp jarang sekali ada yang pulang larut malam seperti Bryan terkecuali mereka ada lembur atau pekerjaan deadline yang harus diselesaikan malam ini karena besok akan meeting contohnya.
Namun itu pun jarang sekali dan bisa dihitung, Kalea dan Bryan keluar dari ruangan dan segera menuju lift untuk turun ke lantai dasar.
"Kalea," panggil Richard membuat Bryan dan Kalea langsung menoleh secara kompak.
Bryan mengerutkan keningnya melihat Richard yang masih berada di kantor di jam seperti ini.
"Oh Pak Richard," kata Kalea sambil tersenyum.
"Ini udah di luar jam kantor Kalea panggin nama saja," ujar Richard.
"Baru pulang?" sambung Richard kemudian.
Kalea hanya menganggukan kepalanya Bryan yang berada di sisi Kalea sejak tadi seperti tak di anggap dan ini kali keduanya Bryan tak menyukai hal seperti ini.
Ketiganya masuk ke dalam lift Bryan tak banyak bicara begitu pun dengan Kalea hanya Richard saja yang sesekali melirik Kalea dengan bibir yang tersenyum.
Ketika lift sudah sampai di lantai dasar Richard membuka mulutnya kembali. "Mau saya antar Kalea?" tawarnya.
"Oh saya bawa mobil," sahut Kalea menolak halus tawaran Richard.
Bryan yang hari ini lupa karena mobilnya masuk bengkel pun terdiam Kalea yang melihat raut wajah Bryan yang bingung pun langsung bertanya.
"Why? Ada masalah?"
"No," sahut Bryan singkat suaranya terdengar sangat dingin membuat kening Kalea berkerut.
"Saya duluan ya Kal," Richard berpamitan.
Lantas menoleh ke arah Bryan sambil menepuk bahunya membuat Bryan sedikit bergeser.
"Duluan."
Bryan sama sekali tak menjawab ucapan Richard hanya menganggukan kepalanya dan itu sudah menjadi hal yang biasa.
"Lho, mobil kamu kok nggak ada?" tanya Kalea.
"Mobil saya di bengkel," sahut Bryan.
Kalea kemudian berdeham sebentar. "Saya anterin aja ya."
Bryan kemudian menatap Kalea kemudian menganggukan kepalanya. "Saya yang nyetir."
Kalea lantas memberikan kunci mobilnya ia sama sekali tak membantah keinginan Bryan karena laki-laki itu memang tak suka jika ada yang membantahnya.
Keduanya kemudian masuk ke dalam mobil tiba-tiba hujan menguyur tanpa permisi membuat Bryan langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Perlu waktu dua puluh menit untuk tiba di rumah Bryan karena jalanan juga tak macet mungkin hujan dan hari sudah malam.
Melihat hujan yang semakin deras Bryan melirik ke arah Kalea. "Kamu bisa menginap di rumah saya, hujannya makin besar bahaya kalau kamu nyetir sendirian."
Kalea terdiam cukup lama. "Saya nggak bakalan ngapa-ngapain kamu, lagian ini juga bukan pertama kalinya kamu nginep di rumah saya, kan?"
Sebenarnya bukan itu masalah Kalea tapi jika ia terus menerus menginap di rumah Bryan takutnya hati Kalea sulit untuk dikendalikan.
Kalea selalu menahan dirinya untuk tak menjerit seharian jika ia menghabiskan waktunya bersama Bryan meskipun dalam konteksnya bekerja.
Namun untuk hari ini rasanya berbeda sekali, Kalea makan bersama dengan Bryan di dalam ruangan kemudian mengantarkannya pulang dan malam ini Kalea harus menginap di rumahnya.
Hal itu membuat Kalea kesulitan karena tak bisa mencurhakannya lewat lembaran buku yang selalu Kalea tulis setiap harinya.
"Kenapa? Kalau kamu pulang berati saya harus mengantar kamu," kata Bryan.
Keduanya masih berada di dalam mobil karena hujan sangat deras sekali bahkan petir terdengar saling bersahutan.
"Saya bisa pulang kalau hujannya reda Bry," ujar Kalea.
Bryan melirik jam yang melingkar di pegelangan tangannya. "Ini udah jam sebelas malam Kalea, jangan keras kepala kalau kamu pulang biar saya yang antar kamu."
Kalea menatap Bryan pun sebaliknya keduanya saling menatap bola mata masing-masing desiran hangat menyentuh hati Bryan tiba-tiba ada rasa yang sulit untuk Bryan ungkapkan ke dalam kata-kata kenapa menatap Kalea malam ini terasa sangat berbeda Kalea terlalu cantik di mata Bryan.
***
Bersambung