Bryan dan Ling Shie berbicara dengan bahasa mandarin, Kalea yang memang tak paham hanya bisa mendengarkannya saja.
"Dia sangat cantik Bryan, dan sepertinya dia menyukaimu," kata Ling Shie.
Bryan hanya terkekeh saja, ia memang mengetahui jika Kalea menyukainya pun sebaliknya.
Namun Bryan rasa lebih baik seperti ini saja hubungannya, Bryan memiliki sebuah rahasia besar dan Bryan takut jika Kalea mengetahuinya jarak antara ia dan Kalea malah semakin jauh.
Bryan tak mau jika hal seperti itu terjadi, lebih baik seperti ini saja saling berdekatan tanpa harus menyentuh hati masing-masing.
"Aku masih ingin sendiri Ling Shie," kata Bryan.
Pada akhirnya hanya kata itu yang Bryan ucapkan menutupi seluruh isi hatinya yang terdalam.
Satu sisi Bryan ingin maju tetapi di sisi lain ketakutan akan sebuah rahasia Bryan terungkap.
Bagaimana jika Kalea tau, mungkin saja Kalea akan menjauhinya bagaimana ppun itu sebuah aib yang harus Bryan tutup rapat.
Tiga jam lamanya berdiskusi dengan Ling Shie, keduanya menyetujui kontrak tersebut.
Bryan dan Ling Shie akan meninjau projeknya besok, sekarang sudah cukup karena Kalea dan Bryan pun harus beristirahat.
"Oke, Ling Shie, thank you," kata Bryan tulus.
"Sama-sama, besok kita akan berjumpa lagi."
Bryan mengangguk kemudian menatap ke arah Kalea sebentar yang masih sibuk mencatat point-point penting.
"Thank you Kalea," ucap Ling Shie.
Kalea hanya mengangguk sambil menjabat tangan Ling Shie, Bryan dan Kalea kemudian pamit.
Tiga jam membahas soal pekerjaan membuat Kalea benar-benar lelah, apalagi tadi setelah landing dari pesawat harus langsung bekerja.
Kalea ingin sekali berendam ketika sampai di hotel, tetapi Kalea harus ingat bahwa ia satu kamar dengan Bryan.
Sesampainya di hotel Bryan langsung merebahkan tubuhnya di sofa, kepalanya berdenyut sakit entah karena ia kurang tidur atau bagaimana.
"Bryan, are you oke?" tanya Kalea khawatir.
"I'm oke, Kalea. Kalau kamu mau mandi atau berendam, pergilah," ujar Bryan.
Kalea hanya menganggukan kepalanya, kemudian pergi menuju kamar mandi tak lupa Kalea juga membawa perlengkapan miliknya.
Semua itu harus Kalea bawa karena jika tidak ia yang akan kerepotan sendiri nantinya.
Berendam adalah cara untuk menghilangkan penat, sambil menatap ke arah jendela kedua mata Kalea kemudian terpejam.
Wangi dari lilin aromatherapy tercium begitu sangat menenangkan kepala Kalea, senyumannya kemudian tertarik Kalea benar-benar menikmatinya.
Di dalam pikiran Kalea sekelebat bayangan Bryan muncul, seharusnya tadi Bryan yang lebih dulu berendam agar kepalanya tak sakit.
Kalea kemudian membuka kedua matanya dan keluar dari bathub untuk segera membilas tubuhnya.
Setelah tubuhnya bersih dari busa-busa sabun, Kalea menarik bathrobe kemudian melilitkan ketubuhnya.
Kalea harus segera memakai baju dan meminta Bryan untuk berendam, sebelum itu Kalea juga membersihkan bathub yang ia pakai karena nanti Bryan akan memakainya.
Setengah jam kemudian Kalea keluar dari dalam kamar mandi, Bryan masih tertidur di sofa.
"Bry?" panggil Kalea.
Langkah kakinya menghampiri Bryan yang tengah tertidur satu tangannya menutupi mata, Kalea mengerutkan keningnya kemudian mengusap pelipisnya.
Bryan terbangun kemudian menatap Kalea pandangan kedua matanya bertemu. "Maaf, aku pikir kamu demam," cicit Kalea.
Bryan menghembuskan napasnya, melihat rambut Kalea yang setengah basah dan wangi aroma mawar yang menyeruak membuat kepala Bryan yang tadinya pusing kini membaik.
"Kamu udah selesai?"
"Iya, aku udah siapin air hangat, kamu harus mandi Bryan agar kepala kamu rileks," kata Kalea.
Bryan kemudian menganggukan kepalanya Kalea segera pergi untuk menyisir, mata Bryan menatap punggung Kalea yang sudah melangkahkan kakinya menjauh.
Bryan bangun dan segera menuju kamar mandi setelah ini ia akan mengajak Kalea untuk makan sebelum benar-benar beristirahat.
Bryan tak mau berlama-lama untuk membersihkan tubuhnya lelaki itu berendam hanya lima belas menit, ia sebetulnya tak ingin berendam tapi karena Kalea sudah menyediakannya Bryan pun hanya bisa menghormati usaha yang sudah Kalea berikan kepadanya.
"Lho, kamu udah selesai?"
"Iya, mau makan di luar nggak?"
Kalea terkekeh pelan. "Boleh, kamu laper?" Bryan mengangguk.
Keduanya tak canggung sama sekali meskipun Bryan menggunakan sisir yang sama dengan Kalea bahkan tangan mereka saling bersentuhan satu sama lain.
Bryan memakai pakaian casual kali ini Kalea sudah melihatnya untuk kesekian kali, tak ingin salah kostum Kalea pun mengenakan sebuah dress selutut penampilannya terlihat semakin cantik.
Kalea tak perlu menggunakan make up berlebihan toh wajahnya yang baby face membuatnya selalu seperti anak remaja.
Memang, karena Kalea masih berusia dua puluhan. Bryan menarik sudut bibirnya melihat penampilan Kalea.
Mulutnya ingin sekali memuji tapi lidahnya terasa sangat kelu sekali, jika saja Bryan memiliki keberanian yang lebih mungkin ia ingin mengatakan bahwa Kalea adalah wanita yang paling cantik yang pernah ia temui dan Kalea adalah wanita yang paling baik.
Hanya bersama dengan Kalea, Bryan tak perlu cemas karena Kalea tak pernah menggodanya sedikit pun.
Justru saat ini ia yang merasa ingin menggoda Kalea dan memujinya berulang-ulang namun sayang Bryan tak bisa.
"Udah siap?" tanya Bryan.
Kalea menganggukan kepalanya. "Ayo," ajak Bryan kemudian.
Keduanya keluar dari kamar hotel, kali ini tak ada yang berbicara karena topik pembahasan pun tak ada.
Masalah pekerjaan memang sudah selesai hanya ada sedikit yang belum selesai mereka kerjakan.
Jantung Kalea berdegub kencang bersisian dengan Bryan seperti ini membuat hatinya kalang kabut.
Sementara Bryan sedari tadi hanya terdiam mulutnya pun terkunci rapat bukan hanya itu saja wajahnya sangat datar.
Kalea sudah menduganya jika lelaki itu tak akan memuji atau mengatakan kata-kata manis, namun Kalea menyukai lelaki yang menurutnya langka ini.
"Besok kita ketemu Ling Shie bukan diperusahaannya Kalea, aku lupa ngomong sama kamu," kata Bryan ketika lift terbuka.
Akhirnya setelah hening sekian lama ada juga sebuah obrolan yang bisa mereka bahas.
"Jam berapa besok?" tanya Kalea.
"Sembilan, kita nggak boleh kesiangan," sahut Bryan.
Kalea langsung memasang alarm di ponselnya karena besok adalah pekerjaan penentuan.
Bryan kali ini menyetir sendiri ia menyewa sebuah mobil untuk ia kenakan karena jika memakai taksi Bryan tak akan bebas.
Kalea masuk di samping kemudi sementara Bryan sudah bersiap untuk menyetir.
Tujuan saat ini hanya Bryan yang tau Kalea hanya duduk manis saja sambil menikmati negara Macau saat ini.
"Kamu pernah jalan-jalan di sini?" tanya Bryan.
"Belum, ini pertama kalinya aku ke Macau," sahut Kalea jujur.
Bryan menganggukan kepalanya. "Kamu nggak bisa bahasa mandarin?"
Kalea juga menganggukan kepalanya. "Aku sepertinya harus mengambil kursus bahasa," ringisnya.
Bryan tertawa kecil, "Nggak usah terburu-buru Kalea masih banyak waktu."
Sebenarnya Kalea merasa heran dengan gosip-gosip Bryan sebelumnya banyak sekali yang mengatakan jika Bryan itu memiliki skandal.
Namun kenyataan yang Kalea dapatkan Bryan justru kebalikannya, Bryan adalah laki-laki yang baik dan hatinya tak salah memuja laki-laki itu.
TBC