Chereads / Lelaki Idaman. / Chapter 24 - Menjeratnya.

Chapter 24 - Menjeratnya.

Kursi pesawat Tya dan Bryan memang berdekatan semua penerbangan memang sudah Nicko yang mengatur dan sesuai keinginan Tya tentunya.

Bryan langsung memejamkan kedua matanya ketika pesawat mulai take off, lebih baik beristirahat di banding menonton seperti yang Tya lakukan.

Dua jam lamanya Tya membiarkan Bryan tidur dengan pulas kemudian Tya membangunkan Bryan karena Pramugari datang membawakan makan malam.

Sebetulnya Bryan enggan sekali untuk makan karena lelaki itu tak biasa mengisi perutnya di jam-jam seperti ini.

"Coffe?" tawar Tya.

Bryan menganggukan kepalanya, lantas Tya langsung memberikan segelas kopi miliknya.

"Perjalanan masih jauh Bryan, kita harus sabar," ucap Tya kemudian.

Bryan lagi-lagi menganggukan kepalanya tanpa harus repot-repot mengeluarkan suara.

Segelas kopi sudah Bryan habiskan makan malam pun sudah selesai, Bryan menghela napasnya ia melirik jam tangan yang melingkar di pegelangan tangan.

"Kalea mungkin udah tidur," guman Bryan di dalam hati.

Biasanya di jam seperti ini ia dan Kalea baru saja pulang, Bryan kadang meminta Kalea tidur di kediaman miliknya meskipun tak sekasur tetapi Bryan merasa sangat tenang jika ada Kalea berada disampingnya.

"Are you okay, Bryan?" tanya Tya tiba-tiba.

Bryan lantas mengerutkan keningnya melirik ke arah Tya yang menatapnya dengan penuh kekhawatiran.

"Why?" tanya Bryan singkat.

Tya berdecak kemudian menatap Bryan. "Aku dari tadi manggil-manggil kamu Bryan," ucapnya.

Wanita itu kembali melanjutkan ucapannya yang sempat terhenti. "Aku pikir kamu kesambet, dari tadi aku panggilin kamu eh malah diem terus," sambungnya kemudian.

Bryan sama sekali tak mendengar apa yang Tya katakan mungkin karena ia terlalu fokus memikirkan Kalea dan kebersamaan yang sudah dilewati dengan wanita yang periang itu.

"Ada apa? Ada hal penting?" kali ini Bryan mencoba untuk bertanya kepada Tya.

"Aku bahas soal pekerjaan nanti, kita akan seminggu disana dan selama itu kita akan terjun ke lapangan apa kamu nggak keberatan?"

Bryan menatap Tya kemudian menaikan satu alisnya. "Bukannya kedatangan kita kesana sudah jelas tujuannya? Kenapa kamu masih bertanya?" Tya hampir saja mengumpat ketika Bryan mengatakan hal seperti itu.

Tya pikir Bryan akan menjadi lelaki yang super manis ketika berdua memikirkan Tya yang mungkin akan kelelahan karena harus meninjau lapangan.

Namun sialnya Bryan hanya berkata seperti itu, Tya lantas membuang wajahnya ke arah lain menatap langit yang gelap daripada emosinya harus terkikis karena Bryan.

Sulit sekali menjerat lelaki itu, anehnya Tya malah semakin menyukainya seolah tak ada jalan untuk Tya kembali.

Bryan membuka ipad miliknya lelaki itu kini menyibukan diri dengan segala macam pekerjaan, jam tidurnya sudah cukup dan Bryan tak mau membuang waktunya.

Di dalam kepala Bryan ia ingin menyelesaikan semua pekerjaan dengan sangat cepat tak perlu waktu satu minggu kalau memang bisa ia kerjakan dalam tiga hari maka Bryan akan melakukannya.

***

Semua rencana Cyntia gagal total, bekerja dengan Bryan sungguh menguras tenaga dan otaknya.

Harus cepat, gesit, teliti dan cekatan. Bagi Cyntia yang pertama kali harus melihat sistem kerja di lapangan itu sangat lah kewalahan.

Beberapa kali Tya mengirimkan pesan Nicko dan hanya di balas dengan gambar yang mengejeknya membuat kepala Tya hampir saja meledak.

Belum lagi Tya dan Bryan sempat berdebat karena tak sependapat, Tya yang memang suka dengan pekerjaan santai tapi pasti sementara Bryan ingin pekerjaan cepat serta tepat.

"Oh god!" Tya berkali-kali mengumpat di dalam hatinya.

"Kamu keterlalun Bryan, mereka juga manusia bukan hewan," kesal Tya.

Bryan langsung melirik ke arah Tya dan menatap dingin. "Itu cara kerjaku Tya, jadi berhenti mengeluh."

Tya hanya tersenyum sinis, bagaimana mungkin seorang Kalea bisa bertahan dengan Bryan yang bekerja seperti itu.

Tak ada libur jam istirahat juga sangat terbatas dan Tya benar-benar tak percaya. "Aku hanya ingin semua pekerja merasa nyaman, mereka mempunyai waktu luang untuk keluarga mereka."

Bryan terdiam, ia tak peduli untuk urusan hal itu bagi Bryan jika ingin bekerja di bawahnya berati harus mematuhi semua peraturan yang ada.

Bryan tak memberikan bonus yang sedikit mereka juga masih memiliki hari libur dalam dua kali selama sebulan.

"Aku akan istirahat," ujar Tya.

"Tidak bisa, kita masih harus meninjau semuanya sampai selesai," kata Bryan.

Jika saja bukan ide dirinya sendiri mungkin Tya sudah berteriak dan mengamuk akan tetapi ini idenya dan Bryan hanya pendamping jadi ketika laki-laki itu mengatakan hari ini harus clear berati harus clear tidak ada bantahan.

"Sial," desisi Tya.

Bryan mendengar Tya mengumpat tapi lelaki itu tak peduli bahkan Bryan ingin sekali membuat Tya kapok, jika menyukainya berati Tya harus tau sisi buruk Bryan yang gila seperti ini.

Di tempat lain Kalea fokus bekerja, ia bekerja di ruangan Bryan dan menghandle semua pekerjaan lelaki itu.

Pintu ruangan terdengar ada yang mengetuk. "Masuk," titah Kalea.

Suara dehaman seseorang membuat Kalea mengangkat kepalanya, kening Kalea langsung berkerut saking tak menyangka jika seorang Richard akan datang ke ruangan Bryan.

"Kaget?" tanya Bryan sambil tersenyum.

"Tentu, aku mana mungkin nggak kaget liat kamu dateng ke sini biasanya juga paling males kalau ke ruangan Bryan," papar Kalea.

Richard langsung tertawa kencang mendengar penuturan Kalea yang jujur itu. "Aku dateng emang mau ketemu kamu."

Dua gelas kopi yang dingin Richard letakan di atas meja, siang ini udara memang cukup terik sekali dan kopi dingin cocok untuk Kalea.

"Ada masalah? Aku bisa bantu," kata Richard menawarkan diri.

Kalea menggelengkan kepalanya kemudian mengambil satu gelas cup kopi dingin yang Richard berikan kepadanya.

"Nggak ada, pekerjaanku lumayan cukup ringan kok."

"Good, itu akan lebih baik daripada harus kerepotan."

Kalea hanya bisa tersenyum geli, siang ini wajah Richard terlihat sangat segar sekali laki-laki itu memotong rambutnya.

"Potongan rambutnya cocok banget," puji Kalea.

"Oh, ya?" Richard sangat senang ketika Kalea memujinya.

"Hm-mh." Kepala Kalea mengangguk itu memang jujur Richard memang sangat tampan dengan potongan rambut baru.

"Jadi aku harus potong rambut seperti ini terus dong? Biar kamu suka," ucapnya.

Satu mata Richard terlihat mengedip Kalea hampirsaja tersedak oleh kopi dingin.

"Oh my god, sejak kapan kamu jadi narsis kayak gini?"

Lagi-lagi suara tawa Richard terdengar memenuhi seluruh ruangan, tampaknya Richard sangat senang sekali bisa mengobrol dengan Kalea.

Tak ada Bryan membuat lelaki itu bebas keluar masuk ruangan itu. "Aku lagi usaha deketin kamu, biar kamu peka dan bisa sadar kalau aku suka terpaksa aku gombalin kamu tiap hari."

Semburat merah terlihat dari wajah Kalea, bagaimana pun Kalea juga wanita biasa dan jika di goda oleh lelaki setampan Richard hatinya bisa saja berdebar.