Chereads / Lelaki Idaman. / Chapter 14 - Ajakan Cyntia.

Chapter 14 - Ajakan Cyntia.

Maria menyiapkan sarapan untuk Kalea dan Bryan, pagi ini Kalea sudah sibuk dengan ipadnya.

Begitu pun dengan Bryan yang melihat ponsel miliknya selang beberapa detik Kalea dan Bryan menghela napasnya sambil meletakan benda pipih tersebut di atas meja.

"Lebih baik kita sarapan dulu, setelah itu kita langsung berangkat kerja," ujar Bryan.

Kalea langsung menganggukan kepalanya kemudian segera mengambil toast yang Maria buatkan dan segelas susu.

Sarapan Bryan memang selalu simpel dan tak harus repot jika Bryan ingin makan sesuatu Maria sudah pasti sigap membuatkannya.

Lima belas menit kemudian Bryan dan Kalea sudah selesai sarapan keduanya langsung menuju mobil.

Hari ini Bryan menggunakan mobilnya karena tadi pagi-pagi buta orang bengkel sudah mengirimkan mobilnya itu ke rumah.

Meskipun Bryan memiliki sejumlah kekayaan yang fantastis tapi Bryan hanya memiliki satu mobil dan satu unit motor.

Banyak yang terpercaya jika ada orang kantor melihat garasi Bryan tapi Kalea malah lebih semakin menyukai lelaki itu.

Jarang-jarang ada lelaki yang seperti Bryan tak mengoleksi kendaraan sampai memenuhi garasi mobilnya.

"Saya bawa mobil sendiri Kal," kata Bryan.

Kalea menganggukan kepalanya kemudian segera memasuki mobil dan menjalankan mobilnya keluar dari halaman rumah Bryan tak lama kemudian mobil yang dikendarai oleh Bryan mengikuti mobil Kalea.

Jalanan digenani oleh air dan itu cukup membuat beberapa kendaraan padat merayap.

Namun Kalea dan Bryan beruntung tak terjebak oleh macet keduanya tiba di parikiran Sunrise Corp dan memarkirkan mobilnya bersebelahan.

Kalea tersenyum dan langsung di balas oleh Bryan kemudian beberapa orang yang melihatnya pun langsung berbisik-bisik tapi Kalea dan Bryan tak peduli.

Banyak sekali yang membicarakan kedekatan Kalea dan Bryan padahal mereka hanya sebatas PA dan atasan saja, Kalea cukup tau diri untuk tak melakukan apapun meskipun di dalam hatinya ia sangat menyukai Bryan sebagai lelaki idamannya.

Kalea langsung meja kerja miliknya yang berada di depan ruangan Bryan, ia hanya meletakan tas kemudian segera menuju pantry membuatkan kopi untuk Bryan.

Seperti biasa di pantry sudah ada Fay yang sedang membuat kopi untuk dirinya sendiri.

"Buat kopi?" tanya Fay.

"Hmm-mh."

"Kirain beli di lantai bawah."

"Lagi irit."

Keduanya kemudian tertawa Bryan memang sering membeli kopi di lantai bawah tapi kadang-kadanf Bryan juga selalu meminta Kalea untuk membuatkan kopi untuknya.

Sehari Bryan bisa menghabiskan kopi 3-4 gelas karena pekerjaan yang banyak dan membuat dirinya harus tetap terjaga.

"Aneh nggak sih sama Bryan, dia robot apa manusia nggak pernah ada capeknya perasaan," ucap Fay.

Kalea terdiam sejenak ia memang bekerja dengan Bryan melihat atasannya yang bekerja segiat itu otomatis Kalea juga terbawa tapi anehnya Kalea tak merasa lelah juga.

"Gimana ya karena dia pekerja keras aku juga nggak ngerasa lelah sih," sahut Kalea.

Fay langsung berdecak sebal. "Kayaknya udah beda nih sekarang dulu lembur dua jam aja ngeluh sekarang suruh lembur seharian aja kayaknya ikhlas banget."

Kalea tertawa sambil menggoyangkan sendok yang berada di dalam gelasnya mungkin semua ini karena Bryan.

"Udah ya aku mau ke ruangan dulu," pamit Kalea.

Fay yang sedang menikmati secangkir kopinya pun hanya mengangguk setelah kepergian Kalea barusan pintu kembali terbuka menampilkan Gustav yang akan membuat kopi juga.

"Hai Fay," sapa Gustav.

"Hai," balas Fay.

Gustav langsung mengambil gelas yang kosong kemudian mengambil gula dan kopi yang berada di dalam toples.

"Semalem lembur Fay?"

"Nggak, kenapa emang?"

Gustav menggelengkan kepalanya. "Mumet juga nih kerja jadi PA enakan jadi staff biasa," ujarnya.

Fay tertawa di Sunrise Corp semua staff bisa di mutasi entah itu jadi PA atau di tendang keluar dari perusahaan.

Semua yang menilai itu tentu saja presdir Sunrise Corp yang sampai saat ini menjadi penasaran banyak orang.

Siapa sebenarnya presdir Sunrise Corp itu mereka tak pernah melihatnya hanya Bryan yang selalu turun tangan.

"Nggak mau nyusul kayak Kalea?"

"Big no, kalau bisa aku jadi staff biasa aja ya Gus, capek."

Gustav tertawa pelan, jadi PA memang memiliki jadwal yang cukup padat selain harus membuat list pekerjaan dan pertemuan untuk atasannya mereka juga harus sedia setiap saat karena sewaktu-waktu bisa saja ada pekerjaan mendadak.

***

Sementara itu di ruangan Bryan kening lelaki itu berkerut ketika melihat beberapa pesan yang masuk ke dalam ponselnya.

Bryan langsung menatap Kalea yang sedang fokus dengan ipadnya. "Kal, Cyntia hubungin kamu, nggak?"

Kalea langsung mengambil ponselnya melihat apakah ada pesan atau panggilan masuk dari Cyntia.

"Nggak ada Bry, kenapa?" tanya Kalea tapi kedua matanya masih fokus melihat layar ponsel memastikan jika Cyntia menghubunginya atau tidak.

"Dia kirim pesan sama saya, saya pikir ada pekerjaan yang harus di bahas," ujar Bryan.

Kalea langsung mengangkat kepalanya. "Mungkin ada pekerjaan jadi dia langsung chat kamu Bry."

Bryan terdiam sejenak. "Saya punya PA kenapa kalau ada pekerjaan harus ngehubungi saya," ujarnya.

Kalea terdiam, mana tau jika Cyntia menghubungi Bryan langsung kini lelaki itu bangun dan bergeras mengambil jas miliknya.

"Saya keluar sebentar Kalea, kalau ada apa-apa hubungi saya," pinta Bryan.

Kalea menganggukan kepalanya kemudian melihat Bryan yang keluar dari dalam ruangan kerjanya.

Langkah Bryan begitu sangat cepat sekali ia tak ingin membuang waktunya yang berhrga untuk bekerja.

Cyntia mengirimkan pesan seolah ada sesuatu yang penting yang harus di bahas olehnya dan ini hanya berdua.

Bryan tak cukup pintar ketika Cyntia mengajaknya untuk bertemu lelaki itu memang tak mempunyai pengalaman yang banyak untuk memahami lawan jenisnya.

Ketika sampai di sebuah caffe Bryan langsung menuju ke arah meja dimana Cyntia sedang duduk di sana seorang diri tanpa Nicko asistennya.

"Hai Bry," sapa Cyintia sambil memasang senyuman manisnya.

Bryan langsung duduk dan menatap Cyntia kemudian membuka suaranya. "Ada apa Cyn, bukan kah pekerjaan kita sudah beres ya?" tanyanya.

Cyntia menganggukan kepalanya. "Beres dong, aku chat kamu karena ada sesuatu yang mau aku omongin."

Bryan mengerutkan dahinya karena cukup penasaran. "Why? Soal pekerjaan?"

"No," kata Cyntia.

"So?" Bryan menunggu Cyntia yang terlihat gugup.

"Aku suka sama kamu Bry," ucapnya tiba-tiba.

Tentu saja Bryan langsung terkekeh dan baru paham jika Cyntia mengajaknya untuk bertemu karena tentang perasaannya.

Seharusnya Bryan menolaknya tadi beberapa pesan dari Cyntia yang mengatakan hal penting itu ternyata tentang perasaannya.

Raut wajah Bryan berubah seketika. "Sorry, saya harus kembali bekerja," ucapnya.

Cyntia tentu langsung menahan kepergian Bryan. "Bry, aku belum selesai bicara."

Cyntia ikut bangun beberapa orang yang datang mengunjungi caffe pun langsung melihat ke arah Bryan dan Cyntia mungkin mereka menganggap sepasang kekasih itu sedang terlibat pertengkaran.

***

Bersambung