Mungkin kebiasaan-kebiasaan kecil yang selalu Kalea dan Bryan lakukan membuat keduanya mulai terbuka satu sama lain.
Bryan tak pernah sungkan jika meminta sesuatu kepada Kalea, seperti saat ini contohnya.
Ketika ia mencomot kentang goreng milik Kalea, pun dengan Kalea sendiri yang tak keberatan berbagi makanan dengan atasannya itu.
Keduanya kini tengah duduk di pesawat sambil menikmati makannya tak ada yang membuka suaranya karena Kalea dan Bryan sedang fokus dengan pekerjaannya.
Hanya tangan dan mulut mereka yang bergerak. "Hotelnya udah kamu booking, Kal?" tanya Bryan sambil meletakan ipad miliknya.
Jari-jari milik Bryan yang panjang itu kemudian mengambil tisue mengusap mulutnya yang terkena lelehan minyak dari kentang goreng.
"Sudah," sahut Kalea.
Bryan kemudian menganggukan kepalanya. "Kamu nggak masalah makan yang goreng-gorengan kayak gitu, Bryan?"
Lelaki itu melirik ke arah Kalea kemudian tersenyum, mungkin banyak yang mengira jika Bryan adalah lelaki yang pemilih jika menyangkut soal makanan.
"Aku nggak masalah, kenapa? Kamu mikir aku pasti makanannya milih-milih, kan?"
Kini giliran Kalea yang menganggukan kepalanya. Bryan hanya terkekeh karena hal itu.
"Kok malah ketawa?" Kalea heran sekali.
Meskipun begitu hatinya senang sekali karena Bryan dan dirinya menjadi semakin dekat.
"Lupakan, kalau aku jelasin juga kamu pasti bakalan nganggap aku aneh."
Kalea tak mau memaksa jika memang tak mau bercerita, kini Kalea memilih untuk menyelesaikan makannya kemudian beristirahat.
Karena pekerjaan di Macau nanti pasti akan membuat seluruh energi Kalea akan dikuras habis-habisan.
Maka selagi ada waktu untuk beristirahat Kalea akan menggunakan waktunya sebaik mungkin.
Begitu pula dengan Bryan yang langsung tertidur, keduanya tertidur bersampingan dengan senyuman yang membingkai.
Tak akan ada mimpi buruk yang menghantui Bryan jika ada Kalea di sampingnya, Kalea seperti sebuah jimat untuk Bryan.
Selama perjalanan Bryan dan Kalea tertidur cukup maka ketika mereka tiba pesawat landing keduanya terlihat sangat segar.
Sepertinya Kalea dan Bryan siap untuk bekerja keras untuk membuat sebuah proyek dengan perusahaan yang berada di Macau.
"Kita langsung ke hote," kata Bryan.
"Hmmh," sahut Kalea.
Keduanya pun menaiki taksi dan segera menuju hotel yang sudah Kalea booking sebelumnya.
Namun ada masalah yang membuat Kalea sedikit pusing, hotel yang Kalea booking itu tidak sesuai dengan apa yang Kalea inginkan.
Tentu saja Kalea langsung protes dengan kesal sementara saat ini waktu sudah semakin mepet.
"Sudahlah Kalea, kita gunakan satu kamar itu bersama," putus Bryan.
Kalea terdiam sejenak, Bryan yang melihat Kalea terlihat ragu dan kebingungan pun langsung saja menyakinkan wanita itu.
"Saya nggak mungkin melakukan hal yang tidak-tidak Kalea, kamu cukup percaya saya padaku."
Kalea menatap Bryan sejenak, andai saja Bryan tau bahwa Kalea menyukainya dan sesuatu hal terjadi pun Kalea tentu tak akan mungkin menyesal karena bagi Kalea ia ingin merasakan hangatnya pelukan seorang Bryan.
"Oke, waktu kita juga nggak banyak, kan?"
Akhirnya Bryan dan Kalea langsung memasuki kamar hotel keduanya menggunakan kamar mandi secara bergiliran.
Semua kebutuhan Bryan sudah Kalea persiapkan, jika satu kamar seperti ini Kalea dan Bryan mirip seperti pengantin baru.
Bryan orang yang pertama memakai kamar mandi, ia sengaja tak menggunakan dasinya karena menunggu Kalea.
Sementara saat ini Kalea tengah membersihkan tubuhnya dan langsung memakai make up.
Rambutnya di biarkan tergerai begitu saja, untungnya rambut Kalea itu mudah di atur jadi Kalea tak perlu menggunakan peralatan lainnya.
Setelah selesai Kalea langsung keluar kamar mandi, ia cukup terkejut melihat Bryan yang belum memakai dasinya.
"Lho, nggak pake dasi?"
"Nungguin kamu, saya nggak bisa pasang dasinya."
Bryan hanya beralasan dan Kalea juga tau, dengan cepat Kalea langsung mendekat dan memakaikan dasi Bryan.
Aroma tubuh Kalea yang wangi menusuk penciuman hidung Bryan membuat lelaki itu merasa sangat rileks sekali.
"Nanti kamu langsung meeting, kan? Saya hanya membawa catatan saja," kata Kalea.
"Kamu nggak perlu bawa laptop, cukup catat saja beberapa hal yang penting nanti."
Kalea kemudian menganggukan kepalanya, lantas kini Kalea segera bergerak mundur setelah dasi Bryan rapih.
Bryan melihat jam tangan miliknya yang melingkar di tangan kirinya kemudian ia langsung melirik ke arah Kalea.
Tanpa harus bersuara Kalea pun paham jika saat ini keduanya harus bersiap-siap untuk bertemu dengan direktur yang berada di Macau.
Kalea dan Bryan terus saja berbincang sampai lift yang mereka gunakan turun di lobi, sebuah mobil sudah menunggunya.
Perjalanan dinas Bryan kali ini terasa sangat berbeda karena adanya Kalea, biasanya kepala Bryan akan berdenyut sakit karena pusing dengan asistennya yang lelet atau ada kendala.
Namun dengan Kalea semuanya tampak berbeda, segalanya terasa sangat mudah sekali.
Sesekali Bryan tersenyum smabil menatap ke arah jendela begitu pun dengan Kalea yang tampak menikmati negara Macau.
Mobil yang Bryan dan Kalea tumpangi itu tiba di salah satu gedung perusahaan yang besar.
Bryan melirik ke arah Kalea sebentar yang terlihat tengan menatap gedung perusahaan dari dalam mobil.
Kali ini Bryan memang tak tanggung-tanggung bekerja sama dengan perusahaan raksasa yang berada di Macau.
Kalea merasa sangat bangga kepada kerja keras Bryan yang memang sangat totalitas pantas saja jika sampai detik ini Bryan tak pernah terlihat dengan wanita mana pun.
Pasangan Bryan pasti akan protes habis-habisan dengan jadwal pekerjaan Bryan yang sangat gila itu.
"Kamu nggak gugup, kan?" bisik Bryan.
Kalea tertawa kecil. "Nggak lah, masa harus gugup."
Bryan langsung tersenyum mendengarnya, Kalea setiap harinya selalu menarik perhatian Bryan.
Kalea selalu saja bisa membuat Bryan yang selalu murung menjadi tersenyum, apakah Bryan bisa mendekati Kalea dan bisa menyandarkan bahunya yang rapuh? Bryan menggelengkan kepalanya sejenak.
Apa yang ia pikirkan barusan itu adalah sebuah hal yang sangat konyol, Kalea mungkin bisa saja pergi jika mengetahui rahasia besarnya.
"Ayo Bryan turun, kok malah bengong," panggil Kalea.
Bryan melamun sejenak sampai ia tak sadar jika Kalea sudah turun dari dalam mobil.
Lelaki itu kemudian turun dan segera merapihkan jas yang dikenakan olehnya.
Kini, Bryan langsung melangkahkan kakinya di susul oleh Kalea dari belakangnya dan segera masuk ke dalam perusahaan tersebut.
Keduanya di sambut baik oleh Direktur yang bernama Ling Shie, Bryan langsung menjabat tangannya pun dengan Kalea yang langsung turut bersalaman.
"Wellcome to Macau Bryan," sambutnya.
Bryan langsung tersenyum sambil menatap ke arah Ling Shie, keduanya memang sudah mengenal cukup lama.
Baik Bryan dan Ling Shie sudah membicarakan masalah kerja samanya dari dua tahun yang lalu.
Namun mereka tak mau gegabah apalagi ini bisnis antar negara Bryan harus memikirkannya secara matang-matang pun dengan Ling Shie sendiri.