Ada dua gosip tentang Bryan di perusahaan, satu Bryan suka melakukan affair dengan personal assistennya dan satu lagi Bryan juga menyukai sesama jenis.
Namun semua itu tak masuk akal di kepala Kalea, Bryan sangat sulit ditebak dan mampu menutupi segala sesuatunya dengan baik.
Dan hal itu sukses membuat Kalea penasaran setengah mati. "Kamu bisa ikut saya ke Macau besok, kan?" tanya Bryan membuyarkan semua lamunan Kalea.
"Besok?" tanya Kalea.
Bryan mengangguk sambil menatapnya. "Ada kerjaan yang harus kita urus di sana, sementara waktunya sangat mepet."
"Penerbangannya jam berapa? Saya masih ada beberapa laporan yang belum selesai," kata Kalea.
Bryan kembali melihat ponselnya lantas menatap Kalea kemudian. "Jam delapan malam, malam ini kita lembur besok pagi kamu bisa pulang dan bersiap-siap."
Kalea mengangguk, jadi malam ini ia dan Bryan akan satu ruangan. Tentu saja Kalea tak akan menolak meskipun konteksnya hanya pekerjaan tapi tak apa yang terpenting Kalea bisa semakin dekat dengan Bryan.
Meskipun sudah sering bersama dengan Bryan bahkan Kalea sudah pernah menginap di rumah lelaki itu, rasa debar-debar di dadanya tak pernah hilang.
Kalea bahkan sering mencuri-curi pandang ke arah Bryan jika lelaki itu tengah sibuk dengan pekerjaannya, bahkan ketika Bryan mengerutkan keningnya Kalea selalu memandangnya dengan lama.
Terlihat sangat tampan dan menarik perhatian Kalea membuat kedua matanya enggan sekali berpaling ke arah yang lain.
Waktu terus berlalu sampai jam dinding menunjukan pukul lima pagi, Bryan memijit pelipisnya sambil memejamkan matanya.
Sementara Kalea terus menguap berkali-kali, lelah dan mengantuk menyerangnya. "Saya antar kamu pulang," kata Bryan.
Ngantuk yang menyerang Kalea mendadak hilang mendengar Bryan mengatakan hal seperti itu.
Apa katanya? Bryan akan mengantarkan Kalea pulang ke unit apartemennya? Kalea bahkan tergagap karena ucapan Bryan itu.
"Nanti kamu capek Bry? Kita harus berangkat ke Macau, kan?" kata Kalea, tetapi di dalam hatinya Kalea merutuki apa yang ia ucapkan barusan.
"Nggak masalah Kalea, saya juga sekalian pulang ini masih pagi dan akan sulit mencari taksi di jam seperti ini."
Andai saja Bryan bisa melihat isi hati Kalea mungkin lelaki itu akan menilai Kalea sebagai perempuan aneh, beruntungnya Bryan cuek dan hanya diam saja setelah mengatakan hal seperti itu sementara Kalea langsung melipat bibirnya menyembunyikan senyumannya sebaik mungkin.
Kini baik Kalea dan Bryan merapihkan peralatannya masing-masing agar bisa segera pulang nanti malam mereka harus bertemu di bandara karena akan melakukan perjalanan bisnis ke Macau.
Ini adalah perjalanan bisnis pertama Kalea dan Bryan, sudah tentu hati Kalea tak menentu mengingat mereka akan bertemu setiap hari selama satu minggu kedepan.
"Nanti sore saya akan ke rumah kamu Bry, mungkin sekitar jam empat sore," kata Kalea ketika keduanya sudah duduk di dalam mobil.
Kalea masih memiliki tugas untuk merapihkan semua baju-baju Bryan, jika dipikir-pikir Kalea seperti seorang istri yang mengurusi kebutuhan suaminya minus di atas ranjang.
"Oke, saya akan keluar sore nanti kamu tinggal datang saja," sahut Bryan sambil mengemudikan mobilnya.
Kalea melirik sekilas ke arah Bryan setiap ucapan yang keluar dari mulut lelaki itu membuat Kalea selalu kepikiran.
Termasuk sore nanti, Bryan akan keluar akan pergi kemana lelaki itu? Jika sudah seperti ini Kalea jadi tak mau pulang ke apartemennya dan memilih untuk tidur di rumah Bryan.
Namun, kepala Kalea langsung saja menggeleng cepat. "Gila, bisa-bisa Bryan langsung memecatnya," guman Kalea dalam hati.
"Kamu kenapa geleng-geleng kepala terus dari tadi? Sakit?" tanya Bryan.
"Nggak!" sahut Kalea dengan cepat, Bryan langsung menarik sudut bibirnya dan itu sukses membuat Kalea terpana untuk beberapa detik.
Ini senyuman Bryan ke tiga kalinya Kalea masih tak percaya jika lelaki itu dengan mudahnya mengumbar senyuman seperti ini, mungkin Bryan tidak tau jika sedikit senyumannya itu sangat berefek kepada Kalea.
Kaki Kalea seperti terkena thremor karena terlalu senang jika Kalea tak segera menyadarkan dirinya bisa saja Kalea kencing di rok span miliknya.
"Kamu asisten saya yang paling aneh, biasanya asisten saya akan menggoda saya tapi kamu malah aneh," tukas Bryan.
Kalea melongo tak percaya, demi apa ia yang berusaha untuk bekerja profesional dengan Bryan malah dianggap aneh oleh lelaki itu.
"Saya aneh? Disebelah mananya?" tanya Kalea.
Bryan membelokan kemudinya terlebih dahulu jalanan cukup lenggang karena hari masih pagi.
"Kamu tuh aneh, selain nggak pernah menggoda saya kamu suka banyak bengong sambil geleng-geleng kepala." Bryan menjelaskannya panjang lebar.
"Bukannya itu lebih baik ya, saya kan bekerja sebagai asisten dan nggak mungkin juga saya menggoda kamu Bryan, kan kamu sendiri yang bilang kalau kerja itu harus profesional," kata Kalea membela dirinya.
Satu hal yang Kalea tak terima ketika Bryan mengatainya aneh, jujur saja Kalea merasa sangat tersinggung dengan kata-kata Bryan itu.
Bryan tertawa kembali suara tawanya terdengar renyah mmebuat hati Kalea menghangat, rasa kesal Kalea tadi pun mendadak sirna tergantikan suara tawa Bryan yang renyah.
"Saya boleh jujur?" ujarnya.
Kalea tentu saja mengangguk. "Saya lebih suka bekerja bareng kamu Kalea, kamu adalah orang yang saya cari selama ini jadi kamu nggak akan saya biarkan resign selama saya masih bekerja di Sunrise Corp."
Kini giliran Kalea yang tertawa kecil, "Kalau begitu saya boleh minta bayaran saya naik tiap enam bulan sekali. Karena saya sangat dibutuhkan jadi saya bisa bernego."
Keduanya kembali tertawa sampai sebentar lagi mobil yang Bryan kemudikan akan sampai di gedung apartemen Kalea.
"Mau makan bubur ayam dulu?" tawar Kalea.
"Boleh deh, kebetulan saya lapar," sahut Bryan tanpa pikir panjang.
Kalea kemudian menunjukan pedagang bubur ayam kebetulan di dekat apartemennya ada padagang bubur ayam yang enak sekali.
"Biar saya aja yang pesan, kamu tunggu di sini Bry," ujar Kalea.
"Oke," sahutnya.
Kalea kemudian turun dan segera memesan dua mangkuk bubur ayam Kalea juga mengambil beberapa jeroan untuk topingnya.
Bryan hanya melihat gerak gerik Kalea dari dalam mobil hati Bryan menghangat melihat senyuman Kalea yang terlihat dari kejauhan tanpa disadari bibir Bryan berguman kecil.
Entah apa yang keluar dari mulutnya itu hanya Bryan yang tau, tak lama kemudian Kalea membawa dua mangkuk bubur ayam beserta satu piring kecil jeroan.
sepertinya bubur yang Kalea rekomendasikan itu enak karena banyak sekali pembeli yang antri.
Bryan membuka pintu mobilnya kemudian melihat kedua tangan Kalea yang memegang nampan pasti akan kesulitan untuk membuka pintu.
"Antri banget, tapi nggak sampe lama, kan?"
"Sepertinya enak banget buburnya, saya jadi nggak sabar buat makannya."
Kalea langsung meletakan nampan tersebut di atas pahanya kemudian memberikan satu porsi bubur ayam untuk Bryan.
***
Bersambung