Chereads / SEKALA SENJA / Chapter 16 - E N A M B E L A S

Chapter 16 - E N A M B E L A S

"cantik banget sih dia lagi hamil heran gue"

"Sal...."

"Asli otak lo... Gue masih normal"

"Kan ngeri aja sis"

"Bodo lah"

"Jangan marah-marah sayang nanti keriput kamu nambah"

"Bacot Tik, mending lo bantuin naikin Jennie ke punggung gua, kita bawa ke uks aja"

"Nah gitu dong..."

Banyak hal yang tak bisa mereka jelaskan, pertemanan bukan sekedar aku ngertiin kamu dan kamu juga harus ngerti aku, tapi perihal saling percaya dan menjaga kepercayaan, memaafkan dan meminta maaf, walaupun semua itu sudah sangat dilanggar oleh mereka.

"Berat banget sih Jen"

"Gue curiga ni benih si Bani gede banget ntr kalo lahir"

"Kek punya bapaknya"

"Et et Salsa porno..."

"Apasih Tik... Lama-lama snewen gue, udah ah buru"

Jennie mengeratkan pegangan di leher Salsa, dia benar-benar tidak tau siapa yang mengendongnya sekarang, seakan lelah mengambil alih sadarnya.

"Perut gue sakit..."

"Kerumah sakit ya Jen.."

"Gue mau mun.... Uweekkk"

"Yaaaakkk Jennie..."

"Ahahahaha bonus ye Sal..."

"Pale lu pitak bonus..."

"Yaudah sih kita pulang aja yuk, kasian dia"

"Pak Hamid..."

"Cabut ae elah... Segala Hamid dipikirin, segitu cintanya lo sam..."

"BODO TIK GUE LAMA-LAMA MENINGGAL KALO LADENIN LO"

HAHAHAHA

"Ke apart gue aja Sal"

"Ogah ah ke kos gue aja, males gue ketemu kakak tercinta lo yang nyebelin itu"

"Yaaaakk...."

"lo bawa mobil kan?"

"Bawa Sal"

"Buruan oneng"

"Makasi tuhan setidaknya Jennie sekarang tidak lagi sendirian" - batinnya.

Siang yang terik jalanan yang sudah mulai sedikit lengang karena belum waktunya jam istirahat membuat mereka tidak memerlukan waktu lama untuk sampai ke kosan Salsa.

Salsa tak hentinya memandangi wajah Jennie yang jauh lebih berseri saat dia hamil dibanding biasanya, mengelus puncak kepalanya, merutuki kesalahannya yang meninggalkan sahabatnya ini padahal Jennie benar-benar membutuhkannya. Namun benar kecewanya masih lebih besar dibandingkan rasa pertemanannya, siapa yang tidak akan marah jika merasa dibohongi seperti ini.

"Maafin gue Jen, tapi gue cuman pengen lo sadar aja"

Tiba-tiba Jennie menggenggam erat tangan sahabatnya ini, bahkan sangat kuat, peluh yang mulai membasahi dahinya lagi, bibir yang sangat pucat dan bergetar menandakan kesakitan yang luar biasa.

"Siapapun elo.. perut gue sa...kit" bisiknya pelan.

Jennie menggigit bibir bawahnya, meremas ujung baju Salsa, benar saja sakit yang tak bisa ditahannya, membuat konsentrasi dan kesadarannya menghilang begitu saja.

"Rumah sakit Tik"

"Loh kenapa?"

"Rumah sakit Tika buruan"

"Iya iya..."

Dengan panik tika melaju mobilnya dengan sangat kencang, yang ada difikirannya hanya cepat sampai ke rumah sakit.

"Loh Tika lo kok berenti sih"

"Sal sorry"

"Apaan lagi?'

"Minyak gue abis..."

"Sialan... Itu rumah sakit dikit lagi"

"Sorry gue beneran lupa ngisi"

"Yaudah gue gendong Jennie aja"

"Lo kuat?"

"Buat sahabat-sahabat gue, gue kuat2in"

"Uwuu banget Salsa"

"Bacot"

"Kasar gaksuka"

Salsa benar-benar sedang tidak ingin meladenin sahabat otak setengahnya itu, yang ada difikirannya dia harus menggendong Jennie-nya agar segera mendapatkan penanganan, otaknya sudah tidak mampu berfikir dengan jernih sekarang.

"Awwwhh... Sa..kit"

"Duh Jen sorry ya gue harus gendong lo dibelakang, gue gak kuat kalo gendong lo di depan"

"Siapa?"

"Gue Salsa Jen, jangan pingsan dulu ya"

"Sal?..."

"Iya Salsa... Kuat ya Jen... Gue bakal gendong lo ke rumah sakit, lo sabar ya"

Saking paniknya Salsa melupakan kalau dia bisa pesan ojek online.

"Gue jalan aja ya.."

"Gak Jen.. gue harus gendong lo"

"Awwwhhh..."

"Sabar ya..."

"Pelan Sal.. perut gue kegencet"

"Maaf ya Sen..."

"Sal...

"Sabar ya...

"Gue mau bakso..."

"Jen lo sekarat gini masih ae mikirin bakso"

"Gue mau banget..."

"Ntr ya kerumah sakit dulu"

"Sal...

"Apa?"

"Mau rujak cingur juga"

"Allahuakbar Jen.. ntr ya"

"Sal...

"Iya iya jen iya"

"Mau eskrim pelangi"

"Yaudah iya gue beliin semua"

"Sal...."

"Apa lagi sih Jen..."

"Jangan tinggalin gue lagi"

Deg !!!

Semuanya seperti berputar berulang ulang diotaknya, dia benar-benar ingin pergi namun hatinya meminta untuk bertahan sedikit lagi, bukan Jennie, bukan hanya kesalahanya, Salsa harusnya tidak berhak menghakiminya.

"Sa...kit Sal... Gue berjuang sendi..rian tan..pa ka..lian" ucapnya terbata.

Air matanya sukses menetes begitu saja, hatinya hancur mendengar sahabatnya tersakiti begitu dalamnya, mungkin memang egonya membuat dirinya jauh tanpa diminta.

"Jennie..."

"Lo omelin gue aja Sal, tapi jangan tinggalin gue, Sum...pah gue bu..tuh e...

"Jen.. jennie... Sadar Jen... Jennieeeeeeee

Seketika menggelap, panikpun mulai menghantui, takut Jennie akan seperti waktu itu lagi.

"Jen.... Bangun...."

... TOLOOOONG!!!!...

... jen please.... Gue gak akan ninggalin lo lagi

... Gue.... Lo temen terbaik gue, gue mohon bertahan Jen buat gue.. buat anak lo"

Dengan sekuat tenaga salsa berlari menuju rumah sakit yang sudah di depan mata, seakan mempunyai kekuatan, dia harus menyelamatkan Jennie, sahabatnya.

"Tolong Sus...."

"Baik Mba..."

Dia merutuki kebodohannya selama ini, harusnya dia selalu ada bukan pergi begitu saja, apa yang harus dilakukannya sekarang, jika porosnya sudah berhenti berputar.

"Keluarga pasien?"

"Iya buk saya kakaknya"

"Kondisi pasien dan anaknya sangat lemah, pasien demam tinggi sepertinya sudah dari semalam, dan juga magh, tolong jaga pola makan pasien ya bu, jangan sampai telat makan, dan jangan bikin pasien stress, jaga perasaannya, dan pasien harus bedrest minimal sampai bulan depan"

"Baik dok"

"Ibu bisa keruangan saya, nanti akan saya kasih resep obatnya"

"Baik dok"

Hari ini ada yang benar-benar dia sesali, keputusan untuk pergi bukan hal yang tepat, namun kembalipun rasanya berat.

Langkah gontai dengan fikiran yang tidak karuan sukses membuatnya seperti orang kehilangan arah, ini bahkan lebih menyakitkan dari kehilangan sosok orang tuanya, Jennie sudah menguatkannya saat masa sulit itu, rasanya tidak adil jika dia menghilang begitu saja.

Tubuh lemas dan senyuman seadanya menyambutnya di dalam ruangan yang sudah dia hafal akhir akhir ini.

"Masih sakit?"

"Udah gak...

"Mau apa?"

"Rujak.

"Oke gue bel...

"Nasi goreng, ketoprak, cilok, cakwe, itu pangsit depan eskade, trus...

"Lo masih ae gak tau diri...

"Dedek laper onty..."

"Aissshhh udah deh gue lemah kalo lo pasang muka begitu, ya bentar gue beliin"

"Maaciw onty caca"

"Semua untuk bumil"

Salsa berlalu begitu saja, ada perasaan lega yang benar-benar tidak bisa dia jelaskan, mungkin benar yang tulus tidak akan pernah pergi dengan tenang.

"Gue benci sama diri gue sendiri Jen, kenapa gue harus sesayang ini sama lo, yang bikin gue egois, nyakitin lo, ninggalin lo, maafin gue, gue janji bakal jagain lo, gak ada yang bisa nyakitin lo lagi"

"Bg rujaknya 2 gak pakek nanas"

"Sal....

DEG !!!