Chereads / SEKALA SENJA / Chapter 13 - T I G A B E L A S

Chapter 13 - T I G A B E L A S

"mau minum?"

"Mau.."

"Cepet sembuh ya"

"Salsa pukul kamu berapa kali?"

"Di muka 5 kali, di perut 3 kali"

"Sakit ya Ban? Maaf ya?"

"Gak apa-apa aku tau dia kecewa sama aku"

"Sama aku juga"

Usapan demi usapan menenangkan yang hanya bisa dilakukan untuk wanitanya, berat pastinya, merekapun mulai membencinya lalu apa yang bisa mereka lakukan sekarang?.

"Aku gak bakal pergi lagi Jen..."

🔺🔻🔺

Sebelumnya di sekolah.

Bani memutari lapangan volly, namun tetap tidak menemukan sosok yang dicarinya, dia hafal sekali jadwal latihan dari kekasihnya itu, ah maksudnya mantan.

"Sindi"

"Iya Ban, napa?"

"Gak latihan?"

"Kan udahan, Jennie sakit gimana latihan kalau toser gak ada"

"Sakit? Trus dia dimana?"

"Gak tau... Tu Salsa lu tanyain aja tadi dia yang bawa jennie"

"Oiya makasi ya"

.....

"Sal..."

Langkah itu terhenti, menoleh dengan muka kecewanya, entahlah berat hatinya kalau laki-laki ini yang melakukannya.

"Jennie mana?"

"Di rumah sakit"

"Jennie kenapa? Kok bisa masuk rumah sakit?"

PLAK !

"Sal lo kenapa nampar gue?"

"Lo apain Jennie?"

"Mak...sud lo?"

"Ikut gue..."

Dengan pasrah bani ditarik menuju gudang belakang sekolah, dia tau kemana arah pembicaraan salsa, dia siap dengan semuanya.

"Lo apain jennie?"

"Sal..."

"JAWAB !!!"

"Jennie hamil anak gue Sal"

BUGHH !

"BRENGSEK!.."

"Maafin gue.."

BUGHH !

"LO COWO BAJINGAN YANG PERNAH GUE KENAL BAN"

"Lo berhak marah Sal.. gue minta maaf"

BUGHH !

"Gue jaga dia dari orang yang mau jahatin dia, sementara bajingan kayak lo ngerusak dia dengan berkedok sebagai pacar, licik banget lo brengsek"

"Sal... Gue"

BUGHH !

"itu buat bajingan kayak lo"

BUGHH !

"Itu buat lo yang udah ngerusak sahabat gue"

BUGHH !

"Itu buat rasa kecewa gue"

"Sal maafin gue"

"Lo urus pacar lo, karena gue gak mau lagi urus dia, pakaian Jennie semuanya ada di mobil gue, lo bawa pergi pacar lo, gue gak mau nampung dia lagi"

"Sal... Jangan marah sama Jennie"

"Menurut lo gue bisa gak marah sama temen yang udah ngerusak kepercayaan gue?"

"Sal..."

"Gue perlu waktu, permisi"

"SALSAAAA...."

🔺🔻🔺

18.00 PM.

"gitu ceritanya"

Huuuhh....

"Aku harus tinggal dimana ya Ban"

"Hanin?"

"Hanin juga kesel sama aku, lagian kan dia sama tantenya gak mungkin aku ikutan numpang"

"Tika?"

"Dia kan tinggal sama kakaknya, aku takut dia kena masalah, kamu tau sendiri kan kakaknya gimana?"

"Salsa?"

"Dia udah gak mau terima aku"

"Kamu tenang aja ya, kamu bisa tinggal sama aku dan eyang"

"Nanti eyang marah sama kamu gimana?"

"Udah konsekuensi aku Jen"

"Aku pulang aja Ban, anterin aku pulang ya"

"Tapi kata Salsa aku gak boleh anterin kamu ke rumah itu lagi"

"Gak papa Ban, kita kesana aja"

"Kamu sama aku dulu aja ya, nanti aku pasti nemenin kamu ke rumah kamu"

"Eyang"

"Aku yang urus"

"Makasi ya Ban"

"Aku sayang banget sama kamu Jen, maafin aku, gak adil banget kamu yang nanggung ini sendirian"

"Gak apa-apa kok, aku ikhlas"

Bahkan lebih dari ini, dia mampu bertahan jika takdirnya dengan dirimu, lelakinya.

Sekarang apa yang bisa dia lakukan?, Semua orang mulai membencinya, bahkan sahabatnya sendiri yang sudah sangat dia kecewakan.

Kreek...

"Ibu Jennie bagaimana keadaannya?"

"Alhamdulillah baik dok"

"Diperiksa dulu ya, kalau kondisi ibu baik, ibu dan dedek bisa pulang"

"Silahkan dok"

Bolehkan dia berharap?, Untuk hidup lebih lama di rumah sakit ini?, Kemana dia akan pulang? Rumahpun seperti neraka bukan lagi tujuannya.

"Kondisi ibu dan bayinya sudah baik, ibu jennie boleh pulang"

"Baik dok makasih"

"Sama-sama, tapi ingat harus bedrest dulu gak boleh kerja berat apalagi main volly"

"Tapi dok saya ada turnament vol.."

"Jen..."

"Ingetin ya pak, ibunya rada bandel takut dedeknya kenapa-napa, saya permisi dulu"

"Makasi dok"

Hari yang cukup mendung untuk jiwa yang sendu menemani sepasang anak manusia menempuh lorong lorong rumah kumuh di kota jakarta yang sesak, mungkin tidak pernah terbayangkan untuk berada disini, tapi ini pilihan untuk tetap bertahan.

"Yok Jen"

"Aku takut"

"Kamu kan udah biasa ke rumah aku, ayok"

"Bani...

"Assalamualaikum eyang"

"Walaikumsalam Lim.. masuk"

"Eyang...

"Eh jennie mau main ya.. duduk dulu eyang mau bikinin bubur ayam kesukaan kamu..."

"Makasi eyang aku juga lagi ngidam bub.. eh maksudnya lagi BM.. hehe"

"Yaudah sebentar ya"

"Jen kamu mau mandi dulu apa gimana?"

"Ntr aja... Kamu mandi duluan aja"

"Yaudah bentar ya"

Rumah yang sederhana namun hangat ini sedikit membuat ketakutannya berkurang, eyang yang super ramah dan baik selalu menjadi sosok nenek yang luar biasa untuknya, namun jika semuanya kebohongan ini terbongkar apa dia akan tetap sama?.

"Eyaaang....

"Kamu anter minun dulu sana buat Jennie..."

"Aku mau ngomong dulu sama eyaang..."

"Ngomong apa?"

"Aku....

"Apa Lim?"

"Aku mau minta ijin buat Jennie tinggal sama kita eyaang"

"Loh orang tuanya dimana? Diakan punya rumah"

"Keluarga dia jual dia buat uang, mamanya gak ada kabar, mamanya gak bolehin dia balik kerumah sebelum semuanya selesai"

"Yaallah nak.. Jennie dijual, apa sih yang mereka fikirkan anak sendiri sampe dijadiin alat buat dapetin uang"

"Aku takut eyang"

"Yaudah buat sementara Jennie tempatin kamar Mbak Tin dulu, nanti eyang bilang kan Mba Tin masih di Jogja, dari pada gak ditempatin"

"Makasi eyang.."

"Sama-sama"

"Eyaang...

"Kenapa lagi?"

"Aku mau ni...kahin Jennie"

"Loh kok? Kenapa? Kamu tu masih kecil toh le' jangan ngada ngada deh"

"Jennie.....

...

"Jennie hamil anak aku eyaang"

Dentingan keras sendok ke atas meja membuat suasana hangat berubah menjadi menegangkan, ini kali pertama anak laki-laki di depannya membuat hatinya begitu kecewa, bahkan dia tidak pernah mengajarkan hal bejat itu kepadanya.

"Apa?"

"Jennie hamil eyang..."

PLAK !!!

Tamparan yang mengisyaratkan sebuah kekecewaan itu mendarat untuk yang pertama kali di pipinya, sumpah demi tuhan ini terlalu menyakitkan, dia merasa gagal mendidik cucunya, merasa tidak berguna sebagai orang tua.

Albani bersujud meminta ampun kepada wanita surganya ini, bahkan air mata yang sedari tadi ia tahan jatuh begitu saja, bukan hanya eyangnya yang tersakiti, hatinya juga jauh lebih luka, namun semuanya sudah terjadi, ini salahnya, ini dosa besar yang harus ditanggungnya.

"Demi tuhan Lim... Eyang benar-benar kecewa"

"Eyaaang aku minta maaf... Hiks..."

"Eyaang gagal ngedidik kamu nak.."

"Eyaang... Eyaang gak gagal eyang berhasil hanya aku saja yang tidak tau diri... Eyaang aku minta maaf...."

Hanya isakan dan air mata yang menjawab semuanya, dia sudah tidak sanggup lagi berkata-kata, cucu kebanggannya sudah tidak dikenalnya, dia telah jauh pergi meninggalkannya, semuanya sudah tidak seperti biasa.

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang memperhatikan semuanya, meremas ujung bajunya, menggigit bibir bawahnya dan menangis tanpa suara, lagi ! Dia sudah merusak kepercayaan orang lain, dia layak dibenci, ini bahkan bukan hanya salah lelakinya saja, dia juga punya peran penting untuk kekhilafan satu malam itu, dia terlalu hina.

"Eyaaang... Bani gak salah cuma aku aja yang murahan"