Menyelami banyak kejadian dalam hidup ini, namun hanya satu hal yang belum aku mengerti, cara untuk mengobati kecewa dihati, bagaimana mungkin aku bertahan dengan kesalahan yang bahkan aku sendiri masih belum terlampau memahami kenapa bisa terjadi.
Aku kembali duduk dikursi itu, menatap sendu jutaan air hujan yang turun membasahi bumi, membawa nikmat tersendiri dibalik luka yang sedang aku nikmati.
"Makan dulu nak mumpung masih anget"
"Eyaaang...."
Air mataku, lemah sekali bukan? Melihatnya begitu tenang malah menambah rasa sesal dihatiku, menangis hanya itu yang aku mampu, demi tuhan eyang maafkan aku.
"Cicit eyaang pasti laper"
"Maafin aku dan Lim Eyaang"
"Makan dulu ya nanti kita bicarain"
"Aku..."
"Sini Eyang suapin"
Aku tau eyaang pasti sangat kecewa akan semuanya ini, meski hati dan prilaku bisa saja bertolak belakang, aku hanya ingin dia mengerti aku akan melakukan apapun untuk menebus kesalahan ini.
"Eyaang gak marah, semua udah terjadi, sekarang yang harus kita lakuin cari cara agar kalian bisa halal secepatnya, Allah sangat membenci zina Jen"
"Eyaang aku minta maaf"
"Ini bukan salah kamu sepenuhnya, Eyang bakal urus di RT dan RW ya nak, kamu jangan fikirin ini lagi, jagain cicit Eyang"
"Maaf..."
"Sini nak, peluk Eyang"
Demi Allah, aku merasa makhluk paling hina di muka bumi, aku benar-benar kecil, aku merasa tuhan salah berbuat baik kepada aku hambanya.
"Eyang gak mau, anak kamu kayak Lim nantinya"
"Maksud Eyang?"
"Eyang gak terima Mama Lim hamil diluar nikah, Eyang misahin mereka, hingga akhirnya mereka menikah sirih tanpa sepengetahuan Eyang, dan buang lim di panti asuhan, untung Eyang bisa nemuin Lim"
"Jadi Lim"
"Eyang gak mau Jen, nasipnya sama dengan ayahnya, eyang memang kecewa tapi Eyang sayang sama kalian, bahkan kehilangan kalian bukan pilihan untuk Eyang"
"Maaf Eyang"
"Udah ya, Eyang udah maafin, kalian harus nikah secepatnya, biar tidak menimbulkan fitnah"
"Iya Eyang"
"Eyang tau keluarga kamu gimana, nanti kita pakai wali penghulu aja ya"
"Makasi Eyang"
"Sama-sama, jaga ya makanannya, gak boleh capek juga"
"Aku sayang Eyang"
"Eyang juga"
Walau benar hatinya begitu hancur saat ini, namun dia tidak akan tega menolak cabang bayi yang bahkan belum lahir itu, dia bukan anak haram, dia bukan anak yang tidak mereka inginkan, hanya saja cara yang tuhan berikan berbeda, lebih menyakitkan dari takdirnya.
🔺🔻🔺
CETAR !!!!
Sepertinya hujan tidak selembut tadi siang, sore ini mereka sangat menakutkan, petir dan kilat menyambar membuat nyali seorang jennie menciut, sedari dulu petir sudah menjadi musuhnya dikala hujan dan ayahnya selalu menjadi hiro untuk menenangkannya, namun berbeda sekarang semuanya berubah.
"Suka banget diketek aku"
"Takut..."
"Sini peyuuuk dulu calon istri akuuuh"
"Dih..."
"Gak sabar ya Jen aku bisa miliki kamu seutuhnya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya"
"Teks proklamasi kali ah"
"Yee orang lagi seneng"
"Kamu yakin nikah sama aku? Kamu aja belum minta balikan loh sama aku"
"Kan udah mau jadi istri, kata Allah pacaran itu dosa"
"Menurut ngana ena ena diluar nikah itu gak dosa juga?"
"Gak..."
"Kok bisa?"
"Kan nikmat"
"LIIIIMMM...."
"AWWW AWW SAKIT SAYANG"
"Tapi ya, kamu emang bisa ngehidupin aku?"
"Bisa... Kalo sarapan roti ama selai doang sih aku sanggup"
"Ngana pikir aku bisa disumpel ama roti isi selai doang begitu?"
"Gak juga sayang, ya aku kerja lah, aku cari uang, kita hidup berdua"
"Eyaang?"
"Eyang kan punya anak kos yang banyak,jadi Eyang gak kesepian, ya kita cari kontrakan deket sini aja ntar, biar gak jauh dari Eyang"
"Lim... Turun le' belum muhrim"
"Yaaahhh...."
"Mesum banget... Sana turun"
"Nanti kalo kamu mau sesuatu, kamu turun ya, ketuk kamar aku"
"Iya.. selamat tidur calon istri"
"Kamu juga calon suami"
"Cium jarak jauh dulu belum muhrim"
"Apaan sih receh"
"Dahhh..."
Paling tidak, dia masih punya manoban, lelaki yang mampu menghilangkan sedikit rasa sakit di hatinya.
Album foto yang entah berapa banyak di handphonenya ini mengingatkan dia kembali akan kisah indah zaman pertama mereka bersekolah, dia begitu merindukan banyak hal dari teman-temannya yang mungkin tidak akan pernah dia dapatkan lagi nanti.
Ting.
Pop up dari handphonenya yang menandakan salah satu dari temannya mengunggah foto baru, maklum masing masing dari mereka mengaktifkan turn on post notifications.
Ajisoocantika

Liked by jeon.salsa8, rosieanehanin5 and 2.306 others.
You're a strong gurl, i stan you @jenlisa23
Trun off commenting.
1 hour ago. See translation
Hari ini dia sadar akan ada banyak hal yang mungkin mematahkan hatinya dikemudian hari, namun akan ada seseorang yang benar-benar berdiri menyambut kedatangannya kembali.
"I love you Tika, and i'm so sorry"
Entah untuk keberapa kali air matanya jatuh kembali, dia kehilangan dirinya, semua kebahagiaannya seakan pergi meninggalkannya, ketakutan akan kehilangan bahkan sudah menyeruak dalam fikirannya, yang harus dia tau hari ini, kemanapun ia pergi, dia akan tetap sendiri.
Sementara di tempat lain.
Salsa menggenggam erat boneka alien pemberian Jennie beberapa bulan yang lalu sebagai hadiah ulang tahunnya, postingan Tika menamparnya begitu keras, namun apa yang bisa dia lakukan, dia harus menghindar, untuk memperbaiki semuanya, jika dia bertahan dia takut emosinya akan memperburuk segalanya.
"Jen... I stan you too... Hikss"
Tak berbeda jauh dari para sahabatnya, Hanin terdiam menatap kosong kepada layar handphonenya yang memperlihatkan postingan sahabatnya Tika malam ini, hatinya berdenyut nyeri, berfikir apakah ini jalan terbaik untuk persahabatanya? Namun bagaimana dengan kecewa yang sudah terlanjur mengambil alih perasaannya.
"I stan you too cantiknya Hanin.. i love you... Mianhae Jennie"
Di tempat yang berbeda, namun dalam fikiran yang sama, mereka saling memeluk kenangan yang pernah ada, menyalurkan rasa rindu yang bahkan belum beberapa hari ini mereka nikmati, namun sayang ego yang tinggi membuat mereka harus mementingkan harga diri dibandingkan persahabatan mereka sendiri.
Lelah menangis, bersedihpun dia akan tetap begini, rasa kantuk yang mulai menyapa matanya, membuat tubuh yang tidak sendiri lagi itu meronta, remuk mungkin itu bisa menggambarkan keadaannya.
"Dedek capek ya? Tidur yuk, jangan guling-guling mulu diperut Bunda, sakit loh dek"
Ah berbicara sendiri seperti sudah menjadi candu untuknya, sebentar lagi mungkin dia bisa menjadikan bayinya sebagai bahan eksperimennya, sungguh dia tidak sabar akan itu.
Elusan demi elusan bahkan tidak menimbulkan rasa kantuk, benar saja gerakan bayinya semakin membuat perutnya kencang, nyeri sampai ke ulu hati.
"Duh nak sakit, udahan ya, kamu lagi ngapain sih rame banget kayaknya, lagi demo apa ya, ssshhhhh"
Sesekali dia meringis menahan nyeri, benar saja anaknya tidak mau berhenti, kontraksi semakin terasa, membuat ngilu sekujur tubuhnya.
"Ban..sshhhhhh..."
"Udah dong nak Bunda ngantuk"
"Shhhhhhssshh"
"Ke ayah yuk, tapi Bunda mau jalan dulu kamunya diem dulu ya"
Seakan mengerti, nyeri itu sedikit demi sedikit berhenti, ah anak ayah sekali kamu nak.
Tok tok tok....
"Ban...."
Tok tok tok...
"Lim.... Bukain dong"
Tok tok tok...
Kreeekkk....
"Apa?"
"Yaampun dia muka bantal gini kok ganteng banget sih"- batinnya bergejolak.
"Sayang kenapa?"
...
"Sayang...hey kok bengong"
"Aku....
"Kenapa? Laper apa gmn?"
"Aku....
"Kenapa sayang? Bilang aku"
"Aduh aku malu bilangnya"
"Kenapa kenapa?"
"Akuu mau tidur dipeluk kamu trus perutnya diusap usap gitu"
"Mau banget?"
"Ini anak kamu yang mau loh ya"
"Anaknya apa ibunya?"
"Anaknya"
"Anaknya apa ibunya?"
"Anaknya"
"Anaknya apa ibunya?"
"Anaknya"
"Ibunya apa anaknya?"
"Ibunya"
"Got it hahahahaha....."