Chereads / Akhir Deritaku / Chapter 55 - 55. Jebakan Jenni

Chapter 55 - 55. Jebakan Jenni

Di kediaman Rudi, terlihat Jenni yang antusias bercerita tentang sang kakek yang telah membuat Mila alergi.

"Kalau saja Ayah liat wajah Mila, aku pastikan kalian akan tertawa, terlebih saat aku menceritakan tentang Mila kecil bagaimana aku yang suka membuatnya alergi"

"Apa kamu ceritakan semua pada Tuan besar?"

"Iya Ayah, bahkan kakek hanya tersenyum. saat aku ceritakan semuanya"

"Sinta apa dia benar-benar putriku?"

"Apa maksudmu? kamu meragukan putrimu??

"Aku, maaf tapi kenapa kamu melahirkan anak seperti dia Sinta kenapa otak encer ku tidak menurun padanya"

"Apa maksudmu?"

"Apa kamu tidak dengar apa yang dia katakan?"

"Sayang sudah, kita perbaiki ya"

"Apa yang harus di perbaiki?"

"Sayang selama Tuan besar tidak tau, maka ini semua masih dalam kendali kita"

"Itukah menurutmu Sinta!!!?"

"Iya sayang.."

"Dari ucapanmu, saja membuktikan ada keraguan. kamu pikir Tuan besar diam saja, sedangkan putrimu yang bodoh ini dengan bodohnya mengatakan jika Mila alergi kacang sejak kecil, dan dirinya tidak sama sekali. apa kamu pikir alergi yang di alami Mila hal biasa, tidak. alergi yang di alami Mila murni dari ayah dan Tuan besar karena mereka alergi kacang. apa

Sekarang kamu paham sinta!!!?"

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?"

"Jenni minta pada kakekmu, agar mempercepat tunangan kalian kalau bisa minggu ini"

"Tapi Ayah apa alasannya?"

"Bodoh buat alasan agar kakekmu mau menuruti keinginanmu jika perlu, kamu tidur dengan Devan. kamu mengandung anaknya"

"Bagaimana dengan Mila bukankah dia istri Devan?"

"Aku tidak peduli, kita harus singkirkan dia"

"Bagaimana caranya?"

"Ini tugasmu Jenni buat Mila keluar dari rumah"

"Baik Ayah"

"APAKAH kamu yakin akan membunuh Mila?"

"Sangat yakin"

"Kembalilah pada kakekmu, katakan padanya jika menginginkan pertunangan di percepat"

"Baik ayah"

Usai mereka merencanakan sesuatu pada Mila, Rudi kembali ke kantor, meski kini kantornya telah kembali padanya namun semua urusan kantor, di ambil alih oleh Tuan besar.

Di kediaman Devan, Mila tertidur di kamar utama Devan yang duduk di pinggir tempat tidur, sesekali mencium kening sang istri.

"Terima kasih sayang masih bertahan di sampingku, ini tidak lama lagi sayang aku janji padamu"

"Aku menunggu hari itu tiba Dev"

"Aku berjanji pada kalian berdua tinggal selangkah lagi"

"Lakukan secepatnya Dev, aku tidak ingin masalah ini cepat selesai"

"Iya sayang" Devan memeluk tubuh Mila sesekali mengelus perut Mila"

"Aku merindukanmu sayang"

"Aku juga merindukanmu"

mereka kembali berpelukan, rasanya lama mereka tidak saling berpelukan rasanya mereka enggan melepaskan.

"Sayang tidurlah aku akan menjagamu"

"Apa kamu tidak ikut tidur Dev?"

"Tidak aku hanya ingin menjagamu hingga terbangun nanti"

Belaian lembut Devan membuat Mila tertidur.

Suara ketukan pintu membuat Devan berlahan menggeser tubuhnya dari Mila yang tertidur memeluk pinggangnya.

"Ada apa?"

"Maaf tuan di bawah ada tamu"

"Siapa?"

"Nona Jenni"

"Suruh dia pergi"

"Sudah Tuan tapi, non Jenni memaksa"

"Suruh bodyguard untuk menyeretnya keluar dari sini"

"Baik Tuan" baru berapa saat Dewi turun terdengar suara Jenni berteriak memangilnya.

"Devan keluar, kamu harus bertanggung jawab atas bayi yang aku kandung"Devan yang geram akan kelakuan Jenni menuruni tangga dengan pandangan tajam. dirinya tidak ingin teriakan Jenni membuat Mila terbangun.

Mila yang tertidur mendengar teriakan Jenni bergegas turun dari tempat tidur, saat akan menuruni tangga terlihat Devan berdiri tepat di depan Jenni.

"Devan aku mengandung anakmu"

"Omong kosong. aku tidak pernah menyentuhmu"

"Apa kamu lupa tiga Minggu yang lalu, kamu telah tidur denganku, saat kamu mabok. kamu membawaku ke salah satu Apartemen milikmu yang kamu belikan untukku Devan apa kamu lupa,aku tidak berbohong padamu"Jenni yang melihat Mila berdiri di lantai dua, dengan sengaja menangis dan memeluk Devan.

"Kamu harus menikahi Jenni secepatnya Dev"Devan yang mendengar suara Mila dengan cepat mendorong Jenni hingga tubuhnya terjatuh mengenai ujung meja yang membuatnya pingsan.

"Dev apa yang kamu lakukan?"Teriak Mila pada Devan.

"Mila kamu harus percaya denganku"

"Dev cepat angkat Jenni bawa dia kerumah sakit sekarang"

Devan mengikuti apa yang di katakan Mila, dengan cepat mengangkat tubuh Jenni dan membawanya kerumah sakit.

"Kalian antarkan aku kerumah sakit sekarang"

"Nyonya Anda tidak boleh pergi"

"Jenni adikku, kalian tetap tunggu dirumah"

"Cepat antarkan aku ke rumah sakit sekarang"Tanpa membantah lagi Dewi membiarkan Mila pergi dengan sopir dirinya bersiap mengikuti dari belakang, di tengah jalan tiba-tiba mobil yang di kendarai Dewi pecah Ban, sedangkan Mila yang berada di mobil depannya terus melaju mengikuti mobil Devan, namun di persimpangan jalan tiba-tiba mobilnya di hadang oleh mobil lain.

"Nyonya tetap didalam kunci semua pintu, apapun yang terjadi jangan keluar Nyonya"

"Iya baiklah akan aku kunci pintu dan jendela, kamu berhati-hatilah" Mila melihat sopirnya melawan sepuluh orang berpakaian hitam, awalnya terlihat bisa mengimbangi namun karena kalah jumlah membuat bodyguard sekaligus sopirnya tersungkur ke aspal. tubuh Mila menggigil ketakutan wajahnya yang putih berubah pucat pasi. saat mereka memecah kaca mobil

PRANG!!!!! PRANG!!!!

Suara pecahan kaca membuat Mila ketakutan. dengan keberanian yang tersisa Mila berusaha melawan mereka, namun salah satu dari mereka memukul belakang lehernya yang membuatnya pingsan.

Di lain tempat Dewi berusaha menghubungi nomer ponsel Mila namun yang mengangkatnya adalah pelayan dirumah, dengan cepat Dewi menghubungi Devan.

"Tuan apa nyonya sudah sampai rumah sakit, tadi nyonya menyusul Anda saya mengikutinya dari belakang tapi tiba-tiba ban mobil saya pecah"

"Aapaaa!! nyonya menyusul kesini?"

"Benar Tuan"

"Kamu cepat cari ojek, kejar nyonya"

"Baik Tuan"

Devan dengan cepat menghubungi orang-orangnya untuk mengikuti kemana Mila.

"Andy suruh orangmu mengikuti Mila, dan pastikan Mila selamat sampai kesini"

"Tuan maaf, saya melihat mobil yang di tumpangi nyonya rusak dan sopir pribadi nyonya terluka di jalan, pengawal sedang mengejar Nyonya. Maaf Tuan, seseorang telah mengecoh kita"

"Apa maksudmu?"

"Maafkan saya Tuan, dua jam yang lalu seseorang telah mengacau di markas, sepertinya mereka bukan orang sembarangan dan mereka tidak bekerja sendiri terbukti mereka berhasil memasang peledak di berapa titik, tapi sayangnya mereka tidak melihat jika tempat yang mereka pijak terdapat alat pelacak dan berapa titik telah kita pasang peledak. maaf Tuan saya tidak memberi Taukan Anda karena saya tidak ingin menganggu Anda,saya rasa ini masalah sepele. tapi nyatanya ini hanya jebakan agar kita berpencar"

"Bangsattt siapa mereka, ini pasti sudah di rencanakan, kamu

periksa CCTV disekitar mobil Mila"

"Baik Tuan"Sambungan terputus Devan dengan cepat melacak keberadaan Mila, dengan alat yang dia pasang di kalung milik Mila. setelah menemukan titik keberadaan Mila Devan dengan cepat pergi. saat berada di area parkir Herman datang dengan wajah memerah. tanpa ampun memukul wajah Devan.

Bugg...Bugg

"Apa yang kamu lakukan pada cucuku hah!!!?"

"Seharusnya aku melakukan ini sejak awal, sehingga istriku tidak menjadi korban kalian. ingat!! Tuan Herman jika Anda di balik kejadian ini saya pastikan Anda dan cucu Anda mendapatkan balasan yang lebih menyakitkan dari ini ingat itu!!"

"Kurang ajar, beraninya kamu menuduhku Devan?"

Tanpa menjawab perkataan Herman, Devan pergi dengan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. dirinya tidak ingin sesuatu terjadi pada Mila.

Di ruang perawatan Jenni tersenyum puas, rencananya telah berhasil. "Hahaha akhirnya aku berhasil menyingkirkanmu Mila, sebentar lagi aku akan menjadi Nyonya Devan dan menjadi cucu orang terkaya hhaa, sungguh ini indah. aku bahagia hahhaaa selamat tinggal Mila sayang selamat jalan menuju surga hahaa" Jenni mengambil ponselnya yang berada di dalam tas, dengan cepat menghubungi Rudi.

"Ayah aku berhasil bukan hahaaa"

"Hahaaa kamu hebat sayang, jika begini kamu benar putriku sekarang kamu tetap di rumah sakit dan minta agar pertunanganmu dengan Devan segera di laksanakan jika perlu menikah tanpa pertunangan dulu"

"Beres Ayah hahaaaa"Jenni mematikan sambungan telponnya.

"Sayang bagaimana Mila apa kita akan membunuhnya, seperti kita membunuh orang tuanya?"

"Kamu benar sayang kita akan membunuhnya seperti kita membunuh orang tuannya, aku lelah menjadi bayang-bayang keturunan Hartanto. aku ingin semua milik Hartanto menjadi milikku, bukankah selama ini Tuan besar menjadikanku sebagai putranya"

"Kamu benar sayang, kita akan menjadi orang terkaya disini apakah kita akan membunuhnya sekarang?"

"Iya kita akan membunuhnya hahaaa"Tawa mereka seketika berhenti saat sebuah benda terjatuh dengan suara yang nyaring.

PRANG!!!!

Mereka menoleh ke arah suara, terlihat pelayan yang bekerja dengan mereka selama bertahun-tahun. dengan mengunakan bahasa isyarat pelayan menjelaskan jika tangan nya licin usai mencuci piring dengan menangkupkan tangannya meminta maaf pada mereka.

"Sudahlah sayang diakan bisu dan tuli bagaimana dia akan mendengarkan kita berbicara?"

"Kamu benar sayang"