Di tempat yang berbeda, Devan yang terus mengecek posisi Mila, semakin gelisah saat arah sinyal menuju kearah jurang terjal. anak buah yang telah di tugaskan untuk mengikuti Mila dari awal telah memberikan arah jalan yang berbeda.
"Tuan posisi Nyonya tidak memungkinkan kita untuk mendekat"
"Tugas kalian alihkan perhatian mereka, buat mereka sedikit sibuk"
"Baik Tuan"
Devan keluar dari mobil mengendap-endap kearah berlawanan dengan posisi Mila. anak buahnya terus bernegosiasi agar pergerakan Devan yang semakin dekat dengan Mila. namun pergerakan Devan terhenti karena posisi Mila yang tidak memungkinkan untuk di selamatkan.tanpa mereka sadari antara Andy dan Devan terus berkomunikasi meski dengan suara yang sangat pelan,bahkan seperti berbisik.
"Berhenti disana!!?"Teriakan dari salah satu penculik.
"Untuk apa saya berhenti?"
"Berhenti atau Nyonyamu mati!" ancam mereka.
"Apa kalian berani membunuh Nyonya kami??"Jawab Andy.
"Aku tau kamu orang kepercayaan Tuan Devan, jadi aku minta mundur atau Nyonya akan aku dorong ke jurang?"
"Lakukan jika kau punya nyali!!"Tantang Andy.
"Jangan coba-coba menguji kesabaranku!!!"Bentak salah satu dari mereka.
"Aku tidak suka penguji kesabaran orang, tapi dalam hal ini aku
sedikit memberimu peringatan terakhir lepaskan Nyonya, dan aku pastikan keselamatanmu"
"Hahaaa.. aku lebih baik mati daripada harus menyerahkan Nyonya pada kalian"
"Bahkan dirimu sangat menghormati Nyonya kami itu artinya
kalian masih memiliki rasa takut?"
"Aku lebih takut dengan Tuan kami"
"Katakan siapa Tuan kalian?"
"Itu bukan urusanmu!!?"
"Bebaskan Nyonya kami, hidupmu akan terjamin oleh Tuan Devan"
"Tidak akan, sekarang pergi dari hadapanku!!" saat bernegosiasi, suara tembakan terdengar dari arah belakang Andy. ' Sial ' geram Andy.
DOR! DOR!
Suara tembakan beruntun terdengar memenuhi bukit terjal beruntung, tempat tembakan jauh dari permukiman warga sehingga di pastikan jika warga tidak ada yang mendengar. Devan dengan cepat keluar dari balik batu besar yang berada tidak jauh dari jurang dimana Mila berdiri.
"Sayang kamu tidak apa-apa"Mila terlonjak saat tangan besar mendekapnya. Mila hanya menganggukkan kepalanya
Devan membuka ikatan di tangan Mila dan membawanya pergi. para pengawal Devan yang datang membuat pagar untuk melindungi sang Tuannya. agar bisa pergi dari lokasi. namun saat memasuki mobil dari jarak yang jauh sebuah peluru melesat dengan cepat kearah Mila, Devan yang menyadari dengan cepat melindungi tubuh Mila, namun kali ini kecepatan peluru lebih cepat dari gerakan Devan sehingga peluru mengenai perut Mila. tubuh Mila ambruk tepat di pelukan Devan
"Milaaaaa"Devan mengangkat tubuh Mila, darah segar mengalir deras dari perut Mila.
"Tuan, Aditya datang membawa Helikopter, posisi berada di bawah bukit ini"
"Cepat bawa mobilnya"
"Baik Tuan"Andy tanpa pikir lagi menginjak pedal gas. tanpa peduli jalanan yang berbelok-belok dan terjal. tanpa menunggu waktu lama mereka telah sampai di lapangan yang tidak terlalu luas namun pas untuk mendaratkan sebuah Helikopter
Terlihat Aditya telah bersiap dengan seorang pilot.
"Apa yang terjadi dengan Mila" Tanya Aditya.
"Berikan pertolongan pertama pada istriku dan jangan banyak bertanya Aditya"
"Baiklah Dev"
Andy kembali dimana anak buahnya telah berhasil melumpuhkan para penculik
"Bagaimana apa di antara mereka ada yang masih hidup?"
"Ada Tuan dia masih terikat disana"
"Baik bawa dia ke mobil" baik Tuan.
Di rumah sakit Mila yang mendapatkan perawatan intensif akhirnya selamat. seorang dokter keluar dari ruang operasi.
"Dok bagaimana dengan istri dan anakku?"
"Tuan Devan bersyukur Nyonya Mila dan anak dalam kandungannya selamat peluru hanya mengenai kulit luarnya saja untuk saat ini biarkan pasien beristirahat, kami akan memindahkan pasien ke ruang perawatan sehingga Anda bisa menjenguknya, saran saya lebih baik Anda konsultasi dengan dokter kandungan mengingat istri Anda sedang hamil"
"Baiklah Dok terima kasih" Devan mengikuti Brankar menuju ruang perawatan VIP. fasilitas di ruang perawatan Mila di desainer sangat minimalis namun tidak mengurangi kesan mewah.
Devan duduk di samping tempat tidur pasien. tangannya tidak lepas menggenggam tangan Mila.
"Sayang kesekian kalinya aku membuatmu terluka, maafkan aku, dan untuk kesekian kalinya aku berjanji ini untuk terakhir kamu terluka karenaku" getar ponsel di kantong celana membuat perhatian Devan teralihkan.
"Dimana kamu Dev!!?"Terdengar suara Herman penuh emosi.
"Dimana aku saat ini tidak ada urusannya denganmu?"Devan menjawab setelah menjauh dari Mila.
"Beraninya kamu pergi saat cucuku terbaring di rumah sakit. sekarang cepat kesini!"
"Bahkan jika wanita itu matipun aku tidak akan kesana!"
"Lancang kamu Devan!!!"
"Saya peringatkan ini yang pertama dan terakhir, jika kejadian hari ini ada campur tanganmu maka aku pastikan hidup wanita yang kamu anggap sebagai cucu akan mati di tanganku"
"Aku tidak takut dengan ancamanmu Devan sekarang cepatlah kesini"
"Aku tidak akan pergi kemanapun"Devan mematikan sambungan telponnya. mendekati tempat tidur Devan.