Chereads / Mencintai Bosku Sendiri / Chapter 22 - Akting Song Ci Benar-benar Hebat!

Chapter 22 - Akting Song Ci Benar-benar Hebat!

Song Ci melakukan perjalanan bisnis ke Kota Shunchen dan ia benar-benar menikmatinya. Dua hari yang lalu ia mengantre untuk membeli teh susu boba, kemarin memakan tahu busuk, dan semalam ia pergi ke bar untuk bersenang-senang.

Siapa pun menduga bahwa semalam Song Ci bersenang-senang di bar hingga larut malam dan ia sekarang baru saja tidur. Selain itu, Song Ci biasanya mensenyapkan ponselnya sebelum tidur. Oleh karena itu, kemungkinan besar ia tidak mendengar panggilan telepon yang masuk.

"Aku akan meneleponnya lagi besok pagi. Saat Song Ci tidur, ponselnya selalu diatur ke mode senyap." Setelah berkata demikian, Du Tingting memandang Mu Mian dan menyadari bahwa ada yang tidak beres.

Kedua mata Mu Mian terlihat berat, alisnya saling bertaut, dan ia sangat bingung dan gelisah.

Du Tingting menduga bahwa suaminya ini sangat mengkhawatirkan kondisi Song Fei, jadi ia mulai menasihatinya, "Sekarang Song Fei sudah sadar. Ini adalah hal yang menggembirakan dari Tuhan. Selama dia hidup, kita pasti bisa menemukannya. Suamiku, kau jangan terlalu khawatir."

Mu Mian punya rencana besar yang sudah dipikirkannya dalam hati, tapi ia tidak berani membiarkan Du Tingting tahu.

"Mendengar kata-kata pencerahan dari istrinya, Mu Mian hanya bisa tersenyum enggan, "Ya."

 ...

Pukul sembilan pagi, Song Ci memarkirkan mobilnya di area servis. Ia membeli sarapan dan masuk ke dalam mobil.

Area layanan menjual kentang Tianchan. Song Ci membeli semangkuk kentang seharga delapan yuan, membeli sepotong jagung, dan mencampur secangkir yogurt di supermarket sebelum ia kembali ke mobil.

Song Ci memakan beberapa gigitan kentang untuk mengenyangkan perutnya yang lapar, lalu menarik alisnya yang kelelahan. Lalu ia mengambil ponselnya dan menelepon Du Tingting.

Setelah panggilan telepon terhubung, Du Tingting segera menjawabnya. "Song Song, akhirnya kau bangun!" Suara Du Tingting terdengar tergesa-gesa.

Song Ci berpura-pura bahwa ia baru saja bangun. Suaranya terdengar lembut, lirih, dan malas, "Aku pergi ke bar semalam dan kembali ke hotel sekitar pukul dua belas tengah malam. Aku baru bangun dan menyadari bahwa Ibu tadi meneleponku."

Song Ci meletakkan ponselnya di kemudi mobil. Ia memegang setengah biji jagung di tangannya, mengupasnya, dan pura-pura bertanya kepada Du Tingting, "Ibu, mengapa Ibu meneleponku begitu malam?"

Du Tingting berkata dengan samar-samar, "Song Song, semalam terjadi sesuatu … "

Song Ci terpikirkan oleh sesuatu yang buruk dan mendadak bertanya dengan nada cemas, "Apakah terjadi sesuatu pada Qiutian?"

Mengetahui bahwa Song Ci selalu memprioritaskan keselamatan Mu Qiu, Du Tingting merasa hatinya hangat dan tenang. "Bukan Mu Qiu, tapi kakakmu. Dia sudah bangun!"

Senyuman dingin langsung terukir di kedua sudut Song Ci begitu mendengarnya.

Tentu saja dia sudah tahu bahwa Song Fei sudah bangun.

Suara Song Ci terdengar naik beberapa oktaf di telepon, "Kakak sudah bangun?"

Song Ci begitu bersemangat hingga ingin menangis mendengarnya. Suaranya menjadi tercekat, "Apa kakak benar-benar sudah bangun? Kapan?" Song Ci melontarkan kalimat yang sudah dipersiapkan sejak awal, sebelum ia mengangkat kepalanya dan menatap cermin di tengah mobil.

Orang yang ada di dalam cermin punya rongga mata yang dalam, matanya tampak merah, tapi di wajahnya terukir senyuman mengejek, gila dan jahat.

Song Ci, Song Ci, dengan bakatmu yang seperti itu, pesawat seperti apa yang akan kau terbangkan? Pergi saja langsung ke industri hiburan dan berakting!

Bagi Du Tingting, reaksi Song Ci adalah normal. Kakaknya telah tertidur selama delapan tahun dan mendadak terbangun, maka wajar saja jika Song Ci menjadi terkejut dan bingung. Namun, saat ini, jauh di dalam lubuk hatinya, ia tentu berharap kakaknya benar-benar bangun, tapi ia tidak bisa mempercayai hal ini dan khawatir dirinya sedang berhalusinasi saja.

"Dia benar-benar bangun, tapi … " Kalimat Du Tingting terhenti, seolah ia ragu dan tidak tahu harus bagaimana memberi tahu Song Ci mengenai hilangnya Song Fei.

Song Ci ragu-ragu terhadap perkataan Du Tingting. Hatinya mencelos dan bertanya dengan nada gelisah, "Tapi apa? Apakah terjadi sesuatu padanya?"

"Apa dia amnesia? Ataukah ada bagian tubuhnya yang rusak?" Banyak orang mati otak dan menimbulkan gejala sisa pada tubuh mereka saat mereka sadar. Song Ci menduga bahwa ada yang salah pada tubuh Song Fei.

Song Ci berakting secara alami dan memberikan perhatian kepada kondisi kakaknya dan semua itu dilakukannya dengan sempurna.

Du Tingting menggelengkan kepalanya di telepon dan menjawab pertanyaan Song Ci, "Itu tidak benar. Kakakmu menghilang saat dia bangun."

Song Ci tercengang mendengarnya, "Dia hilang?"

Setelah beberapa saat merasa keheranan, Song Ci akhirnya tersadar. Ia begitu emosi dan dengan nada tinggi dan berapi-api bertanya terus, "Bagaimana dia bisa menghilang? Apakah ada orang yang menculiknya? Apa yang dilakukan orang-orang di sanatorium, bahkan tidak bisa menjaga pasien?" 

"Tidak, bukan begitu. Song Fei mendadak terbangun saat tengah malam. Setelah terbangun, ia langsung meninggalkan sanatorium begitu saja. Saat ini … keberadaannya belum diketahui." Du Tingting berusaha menenangkan Song Ci. Inilah yang memang terjadi pada Song Fei dan Du Tingting menjelaskan kejadiannya kepada Song Ci.

"Saat kami tiba di sanatorium, kami memeriksa rekaman video CCTV. Aku melihat kakakmu berjalan menuruni tangga dan meninggalkan sanatorium saat tengah malam. Petugas sanatorium memang mengakui kesalahan mereka dan mereka sekarang sedang mencari keberadaan Song Fei."

Du Tingting mengira bahwa ini adalah konspirasi kepala sanatorium jika ia tidak melihat rekaman CCTV itu dengan mata kepalanya sendiri.

Setelah mendengar penuturan Du Tingting, Song Ci mulai tenang dan bertanya lagi, "Apa kalian benar-benar melihat langsung bahwa kakakku meninggalkan sanatorium?"

"Benar."

Song Ci mengatupkan bibirnya dan tak bisa menahan tangisnya lagi kali ini.

Mendengar suara tangisan Song Ci yang memilukan, Du Tingting merasa tidak enak hati.

"Song Song, jangan khawatir. Kami semua bahagia saat mengetahui dia sudah sadarkan diri. Lagipula, dia sudah dewasa dan dia bukanlah anak kecil yang tidak punya pengalaman. Dia pasti tidak akan tersesat. Aku juga tidak tahu. Dia besok akan pulang dan kita semua pasti berusaha keras menemukannya."

Song Ci membatin. Kalian tidak akan pernah menemukan dia.

Namun, Song Ci masih tergagap dan menangis sedih, "Itu mudah saja dikatakan. Tapi kakakku baru saja sadar. Tubuhnya juga belum sepenuhnya pulih. Sekarang kakak hilang. Bagaimana aku tidak cemas?"

Semakin Song Ci memikirkannya, ia menangis makin keras.

"Ia mendadak bangun dan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia pasti ketakutan! Di mana dia bisa bersembunyi?"

"Apakah dia pulang ke rumah kami yang dulu? Tapi rumah kami sudah lama hancur! Bagaimana Song Fei bisa bertahan hidup jika mengetahui orang tuanya sudah tidak di sana lagi!"

"Ke mana dia bisa pergi? Huhuhu … "

Du Tingting membiarkan Song Ci yang sedang menangis hingga gadis itu tenang. Barulah kemudian ia memberi tahu Song Ci, "Jangan khawatir, Song Song. Song Fei akan pulang dengan selamat."

"Ya!" Song Ci menghapus air matanya dan memberitahu ibu angkatnya, "Aku akan membeli tiket pesawat dan pulang ke Kota Wangdong!"

Du Tingting tahu bahwa pekerjaan Song Ci tidak mudah didapatkan. Ia juga tahu bahwa kontrak Song Ci dengan Zeus Airlines agak berlebihan. Song Ci meminta izin cuti pada penerbangan pertamanya dan atasannya akan langsung memecatnya jika ia tidak suka.

Namun, menjadi pilot adalah impian Song Ci.

Setelah menimbang beberapa kali, Du Tingting berkata kepada Song Ci, "Sekarang masih belum terlambat bagimu untuk kembali setelah bekerja. Jika hari ini kami masih belum menemukan Song Fei, kami akan minta bantuan polisi. Percayalah kepada kami, kami pasti akan menemukan Song Fei. Kau bisa bertemu dengannya saat kau pulang."

"Lagipula, apa gunanya kau pulang? Kami akan mencari Song Fei ke tempat yang harus kami cari. Saat kau pulang, kau juga belum tentu bisa menemukannya."

Song Ci tahu bahwa kata-kata Du Tingting ada benarnya.

Song Ci mendengus, saat akan bicara lagi, nada suaranya kini menjadi tenang. "Ibu, aku akan pulang lusa nanti. Dalam dua hari ini, kuharap kalian bisa menemukan Song Fei. Maaf kalau permintaanku merepotkan Ibu dan Ayah."

"Kita semua adalah satu keluarga, untuk apa kau berkata seperti itu."

Setelah menutup sambungan telepon, Du Tingting tak bisa menahan napas.

Ada apa ini semua!