"Aku pergi."
Li Li tercengang mendengar jawaban Han Zhan.
"Kau pergi?" Mungkin karena terkejut, kali ini Li Li mengulang pertanyaannya, tapi dengan nada lebih tinggi.
Han Zhan menjawab lagi, "Aku pergi."
Li Li benar-benar tidak bisa paham apa yang ada di pikiran Han Zhan.
"Tuan Han." Li Li bertanya dengan nada ragu, "Apa Anda punya rencana lain dengan Nona Song?"
Han Zhan menjawab dengan tegas, "Dia adalah pilotku, seorang yang bisa kupercaya untuk menyerahkan nyawaku kepadanya. Karena dia memberi undangannya secara pribadi, menurutku tidak pantas jika tidak hadir."
Li Li masih saja ragu. "Apakah hanya alasan itu saja?" Li Li menatap Han Zhan dengan penuh curiga.
Apakah pohon besi tua yang sudah berkarat ini sudah memekarkan bunganya dan punya perasaan khusus terhadap Song Ci?
Han Zhan tidak bicara lagi.
Saat melihat wajah Han Zhan yang datar dan tanpa ekspresi, ia curiga bahwa dirinya terlalu banyak berpikir.
--
Tanggal 10 Agustus adalah hari ulang tahun Song Ci. Taman keluarga Mu tidak terlalu besar, sehingga tidak cocok untuk menyelenggarakan pesta. Song Ci akhirnya memutuskan untuk menyelenggarakan acara makan malam amal di ruang perjamuan di lantai lima Longxing World Hotel.
Song Ci, yang tercantik di Kota Wangdong, adalah seperti bunga mawar yang mekar di hati setiap pria. Ia begitu menawan dan indah. Dan semua pria yang menerima undangannya pun pasti tidak akan melewatkan acara ulang tahunnya.
Sedangkan Song Ci sangat cantik dan kecantikannya tidak ada bandingannya dengan semua wanita muda di kota ini. Dia punya banyak teman dan banyak anak-anak orang kaya yang hadir di pesta ulang tahunnya.
Saat makan malam, sebagian besar pria dan wanita lajang dari keluarga kaya di Kota Wangdong berkumpul untuk menikmati jamuan dan memberikan penghormatan kepada Song Ci.
Keluarga Mu mempunyai dua orang putri. Song Ci adalah putri angkat yang tampak cantik dan menawan. Sedangkan Mu Qiu, anak kandung keluarga Mu tampak suci dan polos. Keduanya punya perasaan yang begitu mendalam dan mereka biasa bertemu satu sama lain di pesta ulang tahun mereka.
Song Ci adalah bintang utama malam ini dan tentu saja dia yang akan menjadi pusat perhatian. Namun, Mu Qiu tidak hadir di acara itu, yang tentu saja menimbulkan tanda tanya besar bagi siapa saja yang hadir.
Seseorang yang tidak tahu kebenaran dari kasus Mu Qiu bertanya, "Kenapa aku tidak melihat Mu Qiu?"
"Mu Qiu sakit, sekarang ia sedang dirawat di rumah sakit. Song Ci menggunakan malam amal ini untuk mengumpulkan kebahagiaan untuk Mu Qiu."
"Oh, ternyata begitu."
Li Li, yang berdiri di sudut ruangan, tidak sengaja mendengarkan percakapan para tamu yang hadir. Ia memiringkan kepalanya dan memberi tahu Han Zhan, "Ternyata Nona Song adalah anak yang diadopsi oleh keluarga Mu delapan tahun lalu. Kudengar ia dibawa dari Kota Bijiang setelah kejadian gempa bumi. Kedua orang tuanya meninggal dalam musibah gempa itu."
"Sedangkan Mu Qiu adalah anak kandung keluarga Mu. Usianya dua tahun lebih muda dari Nona Song."
Han Zhan hanya mengetahui bahwa Song Ci adalah anak angkat keluarga Mu. Namun, ia tidak tahu bahwa Song Ci pernah menjadi korban gempa dan ia merasa terganggu oleh fakta itu.
Entah apa yang ada di pikiran Li Li, ia berkata kepada Han Zhan, "Oh, ya. Tuan Han seharusnya tidak mengundurkan diri saat itu. Aku ingat, Tuan sedang bertugas di barat daya saat itu. Apakah Tuan ikut serta dalam penyelamatan korban gempa di Bijiang saat itu?"
Banyak hal yang membuat Han Zhan terpesona saat acara itu, dan sepertinya ia tidak mendengarkan pertanyaan Li Li.
Saat Li Li hendak membalikkan badan untuk mengambil anggur, ia mendengar suara Han Zhan berkata, "Aku pergi ke Bijiang." Nada suara Han Zhan cukup berat
"Rupanya Tuan benar-benar pernah pergi ke Bijiang." Meski delapan tahun telah berlalu, Li Li masih terkejut saat mengingat kembali kejadian pasca bencana yang ia lihat di televisi saat itu.
Li Li memandang Han Zhan dengan prihatin, "Adegan itu pasti jauh lebih tragis daripada syuting di televisi."
Han Zhan menunduk dan memandang tangan kanannya. Ia berdehem ringan, membenarkan kata-kata Li Li.
"Ya, semua yang kau lihat di depan matamu hancur. Apa yang kita lihat di televisi tidak akan pernah sama dengan apa yang kita lihat di tempat kejadian." Peristiwa gempa bumi di Bijiang adalah kejadian paling tragis dan menakutkan yang pernah dilihat Han Zhan seumur hidupnya.
Hanya dalam beberapa detik saja, sebuah kota megah dan makmur tiba-tiba terbalik. Tembok-tembok retak dan hancur, masuk ke dalam tanah. Korban berjatuhan di mana-mana dan mungkin saja ada yang terkubur hidup-hidup.
Pemandangan itu begitu menyedihkan. Saat melihatnya, siapa pun tak akan pernah melupakannya seumur hidup.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, Han Zhan terkadang bermimpi tentang gempa bumi. Setelah ia terbangun, hatinya menjadi tidak tenang.
Saat itu Li Li masih bersekolah, ia berkata, "Saat itu, aku juga menyumbangkan banyak uang. Saat membaca beritanya di koran, mataku memerah dan aku beberapa kali menangis."
Han Zhan berkata dengan suara yang dalam, "Bisa menangis adalah hal yang baik." Mereka saat itu berada di lokasi penyelamatan dan telah melihat banyak korban yang bergelimpangan. Mereka hampir mati rasa hingga tak bisa menangis.
Saat ini, entah apa yang dilihat Li Li, mendadak ia menyenggol lengan Han Zhan dengan sikunya dan mengingatkannya, "Nona Song datang."
Ingatan Han Zhan terhenti dan ia memandang ke arah pintu masuk. Di hadapannya, ia melihat warna merah cerah.
Song Ci mengecat rambutnya yang merah anggur dan membuat pipinya lebih putih dan lebih cantik. Rambutnya yang panjang menutupi bahunya yang harum. Tubuhnya yang tinggi, seksi, dan anggun dibalut dengan atasan berwarna burgundi yang sebatas pinggang. Gadis itu mengenakan rok polkadot berwarna putih transparan, yang memberi kesan lincah.
Song Ci punya pinggang dan kaki yang ramping dan proporsional. Payudaranya montok, bulat, dan menawan.
Dialah wanita cantik yang sebenarnya.
Song Ci pernah mengikuti kursus kepribadian, mengenakan pakaian yang cantik, dan bisa berjalan dengan elegan dan cantik.
Song Ci mengenakan sepatu hak tinggi setinggi delapan sentimeter, lebih tinggi dari sepatu hak tinggi yang biasa dikenakan wanita pada umumnya. Ia berjalan memasuki aula dengan langkah anggun. Ada banyak pria anak orang kaya yang hadir di tempat itu, tapi Song Ci sama sekali tidak melemparkan pandangannya pada satu pun dari mereka.
Ia menyeberangi lautan manusia dan akhirnya berhenti di hadapan Han Zhan, lalu tersenyum kepadanya.
Song Ci tersenyum manis. Awan gelap yang menggantung di langit menghilang dan semua bintang yang awalnya bersembunyi di balik awan keluar dan memancarkan sinarnya.
Dalam sekejap mata, Galaksi Bimasakti berada dalam jangkauan.
Han Zhan memandang senyuman manis Song Ci dan sebuah pikiran aneh berkelebat dalam benaknya.
Ia ingin meletakkan langit berbintang di dalam botol kaca dan memasukkannya ke dalam sakunya dan tidak ada yang boleh mengintip.
Seorang pelayan wanita menghampiri Song Ci dan memberikannya segelas anggur merah. Song Ci mengambilnya dan memberikannya ke tangan kiri Han Zhan seraya berkata, "Tuan Han, selamat datang."
Han Zhan menatap anggur merah itu dalam-dalam.
Sedangkan mata Li Li menatap Song Ci dan mendadak ia menjadi lebih waspada.
Pada dasarnya, seseorang biasanya akan memberikan anggur ke tangan kanan orang tersebut tanpa sadar. Song Ci dan Han Zhan tidak pernah makan bersama, dan Song Ci tentunya tidak tahu bahwa Han Zhan makan dan menulis menggunakan tangan kiri.
Namun, Song Ci memberikan gelas anggur tersebut ke tangan kiri Han Zhan, seolah ia tahu kebiasaan kidal Han Zhan.
Bagaimana dia bisa tahu?
Han Zhan menyembunyikan pikiran yang menggelayut di benaknya. Ia mengambil anggur dengan tangan kirinya, mengangkatnya, dan memberikan ucapan selamat kepada Song Ci, "Karena kau, bintang-bintang di langit menjadi lebih cemerlang. Selamat ulang tahun, Nona Song."
Song Ci menjawab singkat, "Terima kasih."
Song Ci memegang roknya dan membalikkan badan dengan gemulai lalu meninggalkan Han Zhan. Ia berjalan di antara bayang-bayang yang indah.
Sepuluh menit kemudian, acara tersebut resmi dimulai. Song Ci mengambil biolanya dan berjalan ke atas panggung.
Song Ci memainkan biolanya dengan sangat indah. Kemampuannya memainkan biola berada di luar dugaan Han Zhan. Bahkan, orang yang tidak punya selera musik pun terpukau dengan permainan biola Song Ci.
Song Ci memainkan lagu Theme From Schindler's List, dari film Schindler. Han Zhan telah menonton film itu dan merasa sedih ketika mendengar lagu tersebut.
Lagu sedih seperti itu sama sekali tidak cocok dimainkan di pesta ulang tahun.
Sudut mata Song Ci mengeluarkan air mata, tapi ia berhasil mengendalikan emosinya dengan sangat baik dan tidak benar-benar menangis. Namun, setelah menarik nada dan mengangkat busur biola, setetes air mata jatuh pada senar tersebut.
Hanya saja lampu sorot yang menyorot sosok Song Ci terlalu terang, sehingga tak ada yang menyadarinya.
Para hadirin memberikan tepuk tangan meriah atas penampilan Song Ci. Han Zhan mendengar Li Li berkata di telinganya, "Sayang sekali Nona Song tidak menjadi bintang."
Han Zhan memandang Song Ci yang jauh lebih bersinar dari bintang-bintang lain di atas panggung. Dengan suara rendah, ia berkata, "Sungguh sayang menjadi bintang yang sebenarnya."