Li Li menduga bahwa ia salah dengar.
Ia mengangkat kepalanya dan melirik Han Zhan. Pria itu sedang minum anggur di tangannya dan bersikap seolah ia tidak mengucapkan kalimat barusan.
Li Li menyipitkan matanya.
Ada sesuatu yang terjadi.
"Para hadirin sekalian, saya mengucapkan banyak terima kasih karena Anda sudah meluangkan waktu datang ke pesta ulang tahun saya. Semua donasi yang saya terima hari ini akan saya sumbangkan ke organisasi anti KDRT." Setelah mengucapkannya, sebuah layar lebar di belakang Song Ci muncul banyak gambar dan foto tentang KDRT dan para korbannya. Ada wanita yang mengalami patah tulang hidung, anak-anak dengan bekas luka di sekujur tubuhnya, dan pria yang dihajar oleh sang istri.
Song Ci membalikkan tubuhnya, menghadap ke layar lebar. Ia mengangkat lengan kanannya dan mengepalkan jari-jarinya yang lentik.
Dalam sekejap, senyuman Song Ci yang cantik dan menawan berganti menjadi paras wajah yang tegas dan dominan. "Saya harap siapa saja yang menderita KDRT bisa mengepalkan tanganmu, temukan waktu yang tepat, dan lawanlah kehidupan yang jahat ini!"
Begitu kata-kata itu terlontar dari bibir Song Ci si cantik, semua orang yang hadir tercengang mendengarnya. Bahkan ada yang bersiul liar.
Han Zhan terkejut dengan sosok wanita yang sombong dan arogan yang kini berdiri di atas panggung, dengan senyuman di matanya.
Dengan penampilan Song Ci saat ini, keanggunannya telah sirna, tidak terlihat munafik dan jauh lebih nyata.
Song Ci masih mengucapkan beberapa patah kata lagi dan turun dari panggung dengan disambut tepuk tangan yang meriah.
Setelah ia turun dari panggung, ia melihat Yan Jiang yang datang terlambat.
Yan Jiang mengenakan pakaian seputih bulan, kacamata berbingkai perak yang mahal, dan rambut yang diwarnai abu-abu keperakan. Ia berdiri di sana dengan segelas anggur di tangannya dan menarik perhatian sekelompok gadis di sekitarnya.
"Kukira kau tidak datang," kata Song Ci sambil mengambil ponselnya dan menggoda pemuda itu, "Sang bintang Yan Jiang telah hadir di antara kita, kita harus berfoto bersama."
"Hari ini kan hari ulang tahunmu. Mana mungkin aku tidak datang?" Yan Jiang mendekati Song Ci dan berfoto bersama gadis itu.
Han Zhan memandang Song Ci dan Yan Jiang dari kejauhan sambil tersenyum. Sayangnya, senyuman Han Zhan tidak sampai ke tangkapan mata Song Ci. Li Li bisa melihat bahwa Han Zhan tertarik kepada Song Ci. Saat melihat Nona Song sedang dekat dengan pria lain, Han Zhan pastilah sangat cemburu.
Li Li yang berdiri di samping Han Zhan tak sengaja kelepasan bicara, "Kelihatannya Nona Song punya hubungan baik dengan Tuan Yan."
Han Zhan memicingkan mata, mencoba melihat Yan Jiang dengan lebih jelas, lalu bertanya kepada Li Li, "Bukankah dia adalah juru bicara perusahaan kita?"
Li Li menjawab, "Benar. Dia adalah pria paling cantik di industri hiburan dan bintang film top. Namanya Yan Jiang."
Han Zhan menimpali, "Lebih baik kita mencari wanita sebagai juru bicara perusahaan kita."
Setelah meletakkan gelas anggur, Han Zhan berkata, "Aku bosan. Aku mau pulang lebih dulu." Ia meninggalkan acara lelang amal dan meninggalkan tempat itu.
Li Li menggelengkan kepalanya tepat di belakang Han Zhan.
"Cuih. Pohon besi tua sedang mekar."
Di bawah panggung, sesi foto Yan Jiang dan Song Ci telah berakhir. Yan Jiang menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya, yang ternyata adalah topi ulang tahun.
Tanpa meminta izin Song Ci terlebih dulu, Yan Jiang langsung mengenakan topi itu di atas kepala Song Ci. "Selamat ulang tahun, Song Song."
Song Ci menjentikkan topinya dengan jarinya. Kedua sudut bibirnya melengkung. "Terima kasih."
Sambil menyerahkan sampanye kepada Yan Jiang, Song Ci bertanya, "Bukankah kau memelihara seekor kucing? Bagaimana? Apakah kucingmu itu baik dan penurut?"
Yan Jiang mengelus ujung cangkir sampanye itu dengan jarinya dan menjawab, "Dia sangat penurut dan tenang. Aku menyediakan kamar khusus untuknya dan aku sendiri yang merawatnya."
Mendengarkan penuturan Yan Jiang, mata Song Ci berkaca-kaca. Ia buru-buru mengangkat kepalanya untuk minum, tapi saat ia menundukkan kepalanya, tak ada apa-apa di dalam matanya. "Karena kau sudah merawatnya, kau harus menjaganya baik-baik."
"Tentu saja."
Mereka bersulang, tapi tidak ada satu pun dari mereka yang bicara.
Tiba-tiba ponsel di dalam tas Song Ci berdering dan ia berkata kepada Yan Jiang, "Bersenang-senanglah. Aku akan menerima panggilan telepon dulu."
"Baiklah."
Begitu Song Ci pergi, Yan Jiang langsung dikerumuni oleh wanita lain.
Setelah melihat bahwa Du Tingting yang meneleponnya, Song Ci segera berlari meninggalkan aula pesta dan pergi ke toilet di ujung koridor aula. "Ibu, mengapa kalian tidak datang malam ini? Pesta amalnya sudah dimulai."
"Song Song." Suara Du Tingting terdengar sangat lelah.
Nada suara Du Tingting yang berat membuat Song Ci mengerutkan alisnya dan bertanya-tanya. "Ibu, apa yang terjadi?"
Du Tingting yang kelelahan baik secara fisik dan mental, berkata dengan suara lemah, "Sore ini Mu Qiu memotong urat nadi di pergelangan tangannya. Jika bukan karena perawat yang menemukannya, mungkin dia sudah … " Du Tingting tidak berani mengatakan kata 'mati'.
Mulut Song Ci menganga lebar., ia tak tahu harus berkata apa.
Song Ci ingat bahwa hal yang sama pernah terjadi sebelumnya. Namun, Song Ci tak menduga bahwa Mu Qiu akan melakukan hal yang sama seperti kehidupan sebelumnya.
Du Tingting melanjutkan kalimatnya, "Kami mendapat kabar dari bank organ pagi ini. Kabarnya ada donor jantung dengan rhesus negatif. Gen antibodi Qiutian dan pasien lain juga sama dengan yang dimiliki donor. Tapi, akhirnya, jantung tersebut diberikan kepada pasien yang sebelum Qiutian."
"Aku takut Qiutian akan makin sedih setelah ia tahu hal ini. Aku dan ayahmu tidak berani memberitahunya. Tapi, entah bagaimana Qiutian tahu hal itu dan melakukan tindakan bodoh seperti itu … "
Sambil bersembunyi di tangga darurat rumah sakit, Du Tingting duduk di tangga tanpa ekspresi dan berbicara dengan Song Ci di telepon. Setelah berbicara dengan putri angkatnya, Du Tingting menggigit jarinya dan tidak berani menangis.
Setelah Song Ci mendengar cerita Du Tingting, ia mengangkat matanya dan melihat pantulan wajahnya di cermin. Ekspresi wajahnya terlihat dingin.
Song Ci sekarang merasa sangat beruntung karena ia telah menculik Song Fei sebelumnya. Di kehidupan sebelumnya, karena Mu Qiu berusaha bunuh diri dengan memotong pergelangan tangannya, hal ini membuat Mu Mian mengambil tindakan kejam kepada Song Fei.
"Ibu, aku segera pergi ke rumah sakit."
Song Ci menutup telepon. Ia kembali ke aula, menyapa dan berpamitan kepada teman-temannya dan pergi meninggalkan tempat itu.
Melihat ada yang salah dengan ekspresi Song Ci, Yan Jiang memutuskan mengikutinya. Song Ci pergi ke kamar di lantai atas untuk berganti pakaian. Yan Jiang mengikutinya hingga ke lift dan bertanya dengan suara rendah, "Song Song, apa yang terjadi?"
Song Ci menatap Yan Jiang dengan mata merah seperti darah, "Mu Qiu berusaha bunuh diri dengan memotong pergelangan tangannya."
Wajah Yan Jiang pucat pasi mendengarnya. Kejadian Mu Qiu memotong pergelangan tangannya sama persis dengan adegan yang dikatakan Song Ci di kehidupan gadis itu sebelumnya.
Keduanya saling berpandangan. Masing-masing dari mereka bisa melihat warna kedalaman mata di lawan bicara masing-masing.
Lift pun berhenti dan Song Ci menghentikan Yan Jiang yang ingin menemaninya pergi ke rumah sakit. "Kau tak perlu menemaniku. Pulanglah lebih awal untuk beristirahat. Kucingmu di rumah sudah menunggumu untuk kau beri makan. Aku sudah ganti baju dan pergi ke rumah sakit sendirian."
Yan Jiang menghentikan langkahnya saat mendengar Song Ci mengatakan bahwa kucingnya harus diberi makan.
--
Song Ci mengganti pakaiannya dengan rok pendek untuk memudahkannya berjalan lebih gesit. Ia langsung pergi ke tempat parkir bawah tanah dan langsung meluncur ke rumah sakit.
Saat ia tiba di rumah sakit, Mu Qiu sudah diselamatkan.
Bibir Mu Qiu terlihat pucat. Ia berbaring di tempat tidur dengan tenang. Meskipun ia terlihat lemah, tapi ia sudah pulih. Mu Mian duduk di sebuah bangku panjang dan mengusap alisnya, wajahnya terlihat kelelahan. Sedangkan Du Tingting menangis tersedu-sedu dan matanya bengkak.
Melihat Song Ci datang, Du Tingting segera memeluknya.
Ketika memeluk Song Ci, tangisan Du Tingting pecah lagi. Song Ci menepuk punggung Du Tingting dengan lembut. Saat ini, kata-kata penghiburan sama sekali tak ada gunanya. Setelah Du Tingting sudah tenang, Song Ci melepaskan pelukannya.
Tangisan Du Tingting membangunkan Mu Qiu.
Saat membuka mata dan melihat ada tiga orang di samping tempat tidurnya, Mu Qiu dipenuhi dengan rasa putus asa, "Ayah!" Mu Qiu berteriak sambil menangis keras.
Melihat putri kandungnya menderita, Mu Mian yang bertubuh besar menjadi lembut hatinya.
Mata Song Ci juga memerah.
Keluarga itu saling berpelukan dan menangis bersama, tak terkecuali Song Ci.