Aisyah tampak ingin mengatakan sesuatu kepada Ganjar, bola matanya terus terarah kepada pemuda tampan itu. "Kenapa, Ay?" tanya Ganjar penuh rasa penasaran balas menatap wajah gadis cantik yang berdiri di hadapannya itu.
Aisyah kembali duduk di samping Ganjar, menghela napas dalam kemudian berkata dengan lirihnya. "Ada hal penting yang ingin aku katakan kepada kamu." Aisyah tampak gugup suaranya terdengar sedikit bergetar.
Ganjar memandang bias wajah Aisyah sembari tersenyum-senyum menyimak ucapan gadis manis berkerudung biru itu. "Sebenarnya aku ini sedari dulu, menyimpan perasaan sayang kepada kamu, Jar," sambung Aisyah berusaha memberanikan diri mengatakan hal yang ia rasakan saat itu.
Ganjar terus mengarahkan pandangannya ke wajah Aisyah. "Tidak ada yang bisa kamu harapkan dariku, Ay. Aku hanya seorang pemuda desa putra dari seorang petani?" jawab Ganjar penuh kerendahan, tak hentinya memandang kecantikan wajah Aisyah.
"Aku tidak memperdulikan keadaan kamu seperti apa. Yang aku harapkan hanya ketulusan cinta, kasih sayang dan yang terpenting aqidahmu baik," ucap Aisyah terus meyakinkan pemuda tampan yang sudah ia pilih untuk menjadi calon imamnya itu.
وَٱلْمُؤْمِنُونَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍۢ ۚ يَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ ٱللَّهُ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌۭ
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi pelindung (penolong) bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasulnya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah ; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." Tambah Aisyah mengutip sebuah kalimat dari ayat Al-Qur'an [QS. At Taubah (9):71].
Ganjar terdiam sejenak, bola matanya terus menatap wajah Aisyah yang penuh harap. "Setulus itukah, perasaan cintamu terhadapku?" tanya Ganjar penuh kelembutan.
"Iya, aku tulus mencintaimu, aku butuh jawaban yang pasti darimu!" jawab Aisyah lirih menyentuh jiwa dan perasaan Ganjar. Sejatinya, Ganjar pun mempunyai perasaan yang sama, seperti apa yang dirasakan gadis yang duduk di sampingnya itu.
Ganjar merasa bahagia dan tersenyum menyambut baik kalimat yang terucap dari mulut manisnya Aisyah. "Iya, Ay. Aku menerima kamu," ungkap Ganjar. "Mulai saat ini, kamu sudah aku pilih untuk jadi calon makmumku," sambung Ganjar tersenyum manis memandang Aisyah. Aisyah tampak bahagia terpancar dari raut wajahnya yang tak hentinya tersenyum-senyum, tidak terbayangkan betapa senangnya Aisyah saat itu, mendengar jawaban baik dari pria yang ia sayangi.
***
Keesokan harinya, Haji Syarif berkunjung ke kediaman Pak Edi, Haji Syarif merupakan adik kandung Pak Edi. "Assalamu'alaikum," ucap Haji Syarif lirih.
"Wa'alaikum salam," jawab Pak Edi dan Ganjar serentak.
Saat itu, Ganjar dan sang Ayah sedang berbincang di beranda kediamannya. Hari itu, mereka tidak melakukan aktivitas di ladang, setiap hari Jum'at Ganjar dan orang tuanya sengaja libur dan menghentikan aktivitas mereka. "Silahkan duduk, Ji!" sambut Pak Edi lirih.
Haji Syarif langsung mencium tangan sang Kakak penuh rasa hormat. "Iya, Kang," jawabnya lirih.
Setelah itu, Ganjar pun bangkit dan langsung meraih tangan sang Paman lalu menciumnya ramah dan bersikap sopan. "Kamu tidak berangkat ke kota, Jar?" tanya Haji Syarif menatap wajah sang Keponakan.
"Tidak, Paman." Ganjar tersenyum ramah menjawab pertanyaan pamannya itu.
"Kamu hebat, Jar. Bertahan di desa dan pokus bertani nanti Paman berikan modal, untuk kamu mengembangkan pertanian!" Haji Syarif merasa bangga dengan keteguhan Ganjar yang berkeinginan kuat untuk menjadi petani sukses di kampungnya tersebut.
"Mudah-mudahan saja, Paman." Ganjar bangkit dari duduknya. "Sebentar, Paman. Ganjar buatkan kopi dulu yah!" sambung Ganjar melangkah masuk ke dalam rumah.
***
Beberapa saat kemudian, Ganjar sudah kembali dengan secangkir kopi hitam, ia letakkan di sebuah meja berukuran sedang yang ada di hadapan Pak Edi dan juga Haji Syarif. "Ini, kopinya, Paman!
"Iya, Jar. Terima kasih," jawab Haji Syarif.
Kemudian, Haji Syarif mengarahkan pandangannya ke wajah sang kakak. "Maksud kedatangan saya ke sini, ingin mengajak Ganjar untuk ikut kursus dalam bidang pertanian," terang Haji Syarif lirih. "Bulan depan dari dinas pertanian akan mengadakan pelatihan untuk warga terutama untuk para petani yang ada di desa kita," sambung Haji Syarif.
Pria paruh baya itu menggulirkan bola matanya ke arah Ganjar yang duduk di sudut beranda rumah tersebut. "Bagaiman, Nak. Kamu mau ikut?" tanya Pak Edi lirih.
Ganjar hanya mengangguk dan tersenyum ke arah sang Ayah, menandakan kalau dirinya setuju dan siap.
"Ya sudah, besok Paman akan langsung mendaftarkan nama kamu," timpal Haji Syarif.
Pak Edi menatap ke arah Haji Syarif dan kembali bertanya. "Itu acaranya diadakan setiap hari atau bagaimana, Ji?"
"Satu minggu dua kali, Kak." Haji Syarif balas menatap sang Kakak yang tampak penasaran itu.
Perbincangan mereka terus berlanjut, hingga tiba ke pukul 17:00, usai berbincang Haji Syarif langsung pamit kepada Pak Edi dan juga Ganjar dan langsung berlalu dari kediaman tersebut.
***
Satu minggu kemudian, pukul delapan pagi tepatnya di hari Sabtu. Ganjar sudah bersiap untuk segera berangkat mengikuti kursus pertanian yang diselenggarakan oleh pihak kecamatan atas kerjasama dinas pertanian provinsi Jawa barat dengan pihak pemerintahan kecamatan.
Ganjar sudah rapi, dengan mengenakan pakaian kemeja biru tua dengan garis-garis hitam, serta memakai celana jins trendi tampak gagah dan tampan penampilan Ganjar saat itu. "Bu," panggil Ganjar lirih.
"Iya, Nak." Ibu paruh baya itu bergegas keluar dari dalam kamar dan melsngkah menghampiri putranya yang berada di ruang tengah.
"Ganjar berangkat sekarang ya, Bu" Ganjar langsung meraih tangan sang Ibu lalu menciumnya.
"Iya, Nak. Semoga dapat ilmu yang bermanfaat dan kursusnya berjalan lancar!" jawab sang Ibu dengan penuh kelembutan mengusap rambut putranya.
Setelah pamit, Ganjar langsung melangkah berlalu dari hadapan sang Ibu.
Untuk sampai ke kantor kecamatan, Ganjar hanya berjalan kaki saja. Jarak antar kediamannya dan kantor kecamatan lumayan jauh, jarak tempuh dari kediaman Ganjar ke sana bisa memakan waktu 20 menitan. Namun, hal tersebut tidak mengurangi rasa semangat Ganjar untuk belajar dan menimba ilmu demi cita-cita yang ia inginkan.
"Jar mau ke mana?" tanya Riki salah seorang pria seusianya.
Ganjar menghentikan dan langsung menghampiri sahabatnya itu, yang sedang duduk di sebuah pos ronda. "Mau ke kantor kecamatan, aku mau ikut penyuluhan pertanian di sana." Ganjar menjawab lirih.
"Kamu kapan suksesnya, Jar. Aku lihat belajar terus," ucap Riki sedikit mencibir.
"Mungkin, belum saatnya, Ki." Ganjar tetap merendah dan bersiap ramah.
Setelah itu, Ganjar bangkit langsung pamit kepada Riki dan kembali melanjutkan perjalannya menuju kantor kecamatan.
Setibanya di tempat tujuan, Ganjar duduk di kursi yang sudah tersedia dan juga sudah ada beberapa peserta kursus dari desa lain yang sudah tiba di tempat tersebut. Selang beberapa menit kemudian, Pak Camat datang beserta beberapa staf kantor kecamatan dan juga petugas dari dinas pertanian kabupaten.
Pukul 9:00, acara langsung dimulai, diawali dengan sedikit sambutan dari Pak Camat dan ketua karang taruna tingkat kecamatan yang merupakan panitia dari acara tersebut, kemudian dilanjutkan dengan acara pokok yang dipandu langsung oleh seorang petugas dari dinas pertanian, acara berjalan lancar dan para pesertapun sangat antusias dalam mengikuti acara tersebut, acaran diisi dengan diskusi dan tanya jawab yang berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut bidang pertanian. Ganjar termasuk peserta yang paling muda diantara peserta-peserta lainnya. Namun itu tidak menjadi halangan untuk Ganjar, ia tetap mengikuti acara kursus tersebut dengan penuh rasa semangat. Ganjar tampak serius menyimak perkataan petugas pengajar dari dinas pertanian. Ganjar sangat berharap apa yang dipaparkan oleh petugas dari dinas pertanian itu, akan menambah wawasan dan menjadi ilmu untuknya sebagai bekal pengetahuan untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang petani yang sukses di desa tempat tinggalnya.
Pukul 10:30, acara sudah selesai. Ganjar dan peserta langsung membubarkan diri dan berlalu dari aula kantor kecamatan itu, mereka kembali ke rumah masing-masing.