Chereads / My Husband is CEO / Chapter 5 - Ulah Alana

Chapter 5 - Ulah Alana

Max berbaring di ranjang empuk miliknya matanya terpejam tapi pikirannya berkelana entah kemana, bayangan Alana terus bermain di pelupuk matanya, dia merasa heran mengapa ada seorang gadis yang mengira dirinya seorang supir apakah tampangnya ini mirip seorang supir? pikir Max dalam diamnya.

Wajah tampan bak dewa Yunani, mata tajam alis tegas, bulu mata panjang nan lentik juga hidung mancungnya sungguh bisa menghipnotis Wanita wanita yang di jumpainya membuat mereka mendambakan sosok Max tapi tidak untuk satu wanita yang baru dia jumpai beberapa waktu yang lalu, jangankan mengaguminya seperti wanita lainnya bahkan dia mengira Max seorang supir sungguh malang ketampanan Max hanya setara dengan supir di mata Alana.

Biasanya Max akan meradang dan memberikan hukuman untuk seseorang yang berani meremehkan dirinya tapi entah mengapa dia tidak bersikap demikian pada Alana bahkan gadis bertubuh kurus dan mungil ini membuat hatinya luluh dan peduli dengan sosok yang bernama wanita yang sebelumnya tidak pernah terjadi pada dirinya.

Max mengusap wajahnya frustasi bayangan Alana tidak mau hilang dari ingatannya dia memutuskan untuk mencari tahu siapa sebenarnya Alana itu.

Max menelepon Asisten pribadi tidak butuh waktu lama akhirnya telepon dari Max langsung tersambung.

"Ya Bos," ucap seseorang di seberang telepon.

"Willy aku ingin kamu mencari tahu tentang seorang gadis yang bernama Alana Wijaya kirimkan kepadaku data informasi yang kamu dapatkan tentangnya segera!" ucap Max.

"Baik Bos," sahut orang yang di panggil Willy itu.

Max sangat mempercayai Willy karena dia adalah sosok yang sangat bisa di andalkan mereka merupakan sahabat sejak kecil sekaligus kerabat jauh.

Max menelepon salah satu orang suruhannya untuk membeli beberapa pakaian yang seukuran badan Alana tidak lupa dengan pakaian dalamnya juga. Max bisa dengan mudah menebak ukuran pakaian seseorang hanya dengan memandang sekilas entah mengapa Max memiliki keahlian seperti itu.

Max pun menyuruh orang itu untuk membeli ponsel keluaran terbaru yang akan dia berikan pada Alana agar mudah Max memantau keberadaan Alana.

Max merasa tertarik pada gadis kecil ini entah apa yang membuat Max semudah itu menyukai Alana, entah karena dia merupakan orang pertama yang melakukan "itu" dengan Alana atau memang dia sudah jatuh hati pada Alana Max masih belum bisa menyimpulkan itu semua yang dia tahu baginya kini dia tengah tertarik pada gadis itu.

Sinar matahari yang menerpa wajahnya membuat Alana mengernyit dan perlahan membuka mata, Alana bangun dan menyandarkan tubuh pada kepala ranjang tempat tidurnya.

Alana mengedarkan pandangan dan menyadari kalau ini bukan kamar tidurnya, Alana mencoba mengingat di mana dia dan apa yang terjadi padanya.

Alana segera bangkit dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri ketika dia telah mengingat apa yang telah menimpanya.

Alana baru sadar kalau saat ini dia tengah menjadi seorang pembantu mengapa dia bangun kesiangan di hari pertama dia bekerja.

Alana pun segera bergegas menuju dapur betapa malunya dia ketika melihat Max yang tengah duduk di meja makan dan minum segelas susu hangat, Alana pun menghampiri Max dengan langkah ragu ragu.

"Selamat pagi," sapa Alana basa basi.

Max tidak menjawab salam Alana malah melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

Alana faham dengan apa yang dimaksud oleh Max dia sadar kalau saat ini dia bangun kesiangan. Jam dinding telah menunjukkan jam 8,30 untuk kuliahnya di mulai jam 11 jadi dia tidak terlambat datang ke kampus.

"Maaf aku kesiangan, aku buatkan sarapan untukmu tunggu ya!" ucap Alana sambil melangkah menuju dapur.

Sebelum kakinya mencapai pintu dapur sebuah suara mampu menghentikan langkahnya.

"Apakah kamu bisa masak? Aku tidak mau kamu sampai menghancurkan dapurku," ucap Max.

Alana yang mendengar ucapan Max sebenarnya jengkel tapi di pikir pikir memang benar dia tidak bisa masak terus nanti dia mau memasak apa untuk sarapan mereka berdua.

Tapi gengsi Alana yang tinggi membuat dia berpura-pura kalau dia bisa memasak.

"Apakah kamu sedang meremehkan aku?" tanya Alana.

Max mengangkat kedua bahunya seakan berkata entahlah.

Alana semakin kesal dengan sikap Max dia pun segera pergi ke dapur dan membuka kulkas di sana ada apa saja yang bisa di masaknya.

Mata Alana melotot melihat isi kulkas yang lengkap itu diapun merasa tidak heran ketika mengingat betapa kayanya pemilik rumah ini.

Alana memutuskan untuk memasak nasi goreng dan telur ceplok. Dia mencoba mengingat bagaimana langkah langkah pembantu rumah tangganya menyiapkan nasi goreng untuknya.

Alana terus berusaha tapi usahanya tidak membuahkan hasil bahkan membuat dapur yang semula rapi itu sekarang tampak seperti kapal pecah.

Max yang merasa penasaran dengan apa yang sedang di masak Alana selama itu pun berinisiatif melihat ke dapur apa yang sedang di masak Alana selama itu.

Betapa kagetnya Max ketika melihat dapurnya berubah menjadi seperti kapal pecah semua peralatan masak berantakan bahkan Max mencium bau gosong dari arah penggorengan.

Max berlari mendekati kompor dan segera mematikan kompor itu, hampir saja dapurnya terbakar karena ulah Alana.

Sedangkan Alana sendiri tengah bersembunyi di bawah meja dapur setelah memasukkan telur pada minyak panas yang berada di atas kompor.

Alana takut terkena cipratan minyak panas itu sebabnya dia berlari dan sembunyi di bawah kolom meja.

Max pun geleng geleng kepala melihat tingkah Alana yang abstrak itu, dia tidak bisa masak tapi sok sokan mau masak.

Max pun membuka isi kulkas setelah membereskan kekacauan yang di buat Alana dan memasak makanan untuk sarapan mereka.

Max sudah terbiasa masak sendiri setelah kepergian kedua orang tuanya akibat kecelakaan itu, Max hidup sebatang kara untung ada Bibinya yang singel parent mau mengasuh dan membimbingnya hingga menjadi sesukses ini.

Max merasa heran kenapa Alana tidak keluar keluar dari tempat persembunyiannya sampai Max menyelesaikan acara memasaknya.

Setelah menata makanan di meja makan akhirnya Max memutuskan untuk melihat apa yang sedang di lakukan Alana di bawah meja sana.

Betapa kagetnya Max ketika melihat Alana yang tertidur dengan posisi duduk meringkuk sambil memegangi tutup panci dengan bibir yang sedikit manyun.

Max tersenyum tipis melihat tingkah konyol gadis ini, entah mengapa gadis kecil ini berhasil membuat Max yang jarang tersenyum kini sering sekali menyunggingkan senyumnya.

Ada pikiran jahil terlintas di otak Max dia ingin mengerjai Alana, Max pun berdiri dari posisi jongkoknya dan berteriak-teriak.

"Kebakaran ... kebakaran ... kebakaran," tepat di telinga Alana Max berteriak.

Alana pun di buat kaget setengah mati dia bangkit dan tanpa sadar berlari tak tentu arah keadaan Alana yang seperti itu membuat Max tertawa terbahak bahak, Alana yang menyadari bahwa dia hanya dikerjai Max pun melempar tutup panci yang sejak tadi di bawanya ke arah Max dengan ekspresi kesal.