Chereads / My Husband is CEO / Chapter 6 - Niat buruk Yolanda

Chapter 6 - Niat buruk Yolanda

Alana dan Max menikmati sarapan bersama setelah insiden di dapur tadi, bibir Max tidak bisa berhenti menyinggungkan senyum saat terus mengingat kelakuan konyolnya bersama Alana.

Sudah lama Max tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti ini, kebahagiaan yang berasal dari hal sederhana mungkin kebahagiaan seperti ini dia rasakan terakhir ketika kedua orang tuanya masih hidup setelah itu kehidupan Max hanya di isi dengan bekerja dan bekerja dia ingin membuktikan pada dunia kalau dia mampu sukses dengan usahanya sendiri dan tekad untuk membahagiakan Bibinya yang telah merawat Max selama ini menjadi cambuk menuju kesuksesan yang saat ini dia miliki.

Kini setelah dia mengenal sosok Alana hari hari Max kembali berwarna. Max terus mencuri pandang pada Alana untung saja Alana tidak menyadari perbuatannya kalau Alana mengetahuinya sudah bisa di pastikan singa betina itu akan mengamuk.

Setelah menyelesaikan sarapan mereka Alana membereskan meja makan, membawa piring dan gelas kotor ke dapur berniat membersihkannya tapi perkataan Max membuat dia menghentikan aktivitasnya.

"Perlu bantuan? Aku tidak ingin piring dan gelas mahal itu hancur oleh ulahku," ucap Max.

Alana yang mendengar perkataan Max pun jengkel tanpa bersuara dia pun melempar kain lap ke arah Max dan berlalu pergi menuju dapur tanpa mempedulikan Max lagi, samar samar Alana masih bisa mendengar tawa Max dari arah ruang makan.

Alana bingung kini waktu dia berangkat ke kampus tinggal setengah jam lagi tapi dia baru mengingat kalau buku serta pakaiannya tidak ada satupun disini, Alana terduduk lemas di pantry dapur.

Tiba tiba sebuah suara mengagetkan Alana.

"Kenapa bengong bukannya ini jam kamu berangkat kuliah," ucap Max mengagetkan Alana.

Alana pun menoleh dan melihat Max yang duduk di sebelahnya.

"Aku bingung, aku ke kampus harus pakai pakaian apa sedangkan semua pakaianku tertinggal di rumah itu," ucap Alana sedih.

Entah mengapa hati Max ikutan sedih melihat kesedihan yang terpancar di mata Alana.

"Masuklah ke kamarmu buka lemari disana! Semua yang kamu butuhkan sudah tersedia di sana," ucap Max.

Alana kaget sejak kapan semua yang dia butuhkan ada di lemari itu? Alana yang penasaran pun segera berlari ke kamarnya untuk memastikan apakah yang di katakan Max itu benar atau hanya gurauan.

Alana semakin terkejut ketika sudah sampai di kamarnya dan membuka lemari itu, di sana sudah tertata rapi pakaian mulai dari kaos, celana jeans, berbagai macam pakaian kasual, hingga gaun dan yang Alana tahu pakaian itu semua bermerek dan harganya Alana yakin tidak murah.

wajah Alana memerah ketika melihat pakaian dalam yang juga tertata rapi di sana yang membuat Alana semakin malu semua pakaian dalam itu sesuai dengan ukuran badannya.

Alana pun segera kembali ke pantry dan masih mendapati Max yang sibuk dengan ponselnya. Alana pun duduk di samping Max menunggu sampai pria itu menyelesaikan urusannya.

Max yang melihat Alana duduk di sampingnya pun segera memasukkan ponselnya ke dalam saku dan memandang Alana dengan pandangan yang seakan akan bertanya ada apa lagi.

Alana yang menyadari arti tatapan Max pun segera membuka mulutnya dan bertanya.

"Maaf apakah kamu yang membelikan itu semua?" tanya Alana.

Max tidak mau Alana mencurigai dirinya lagi maka dengan cepat Max pun menjawab pertanyaan Alana.

"Bukan dari mana aku dapat uang sebanyak itu untuk membeli pakaian mahal itu semua hadiah dari Bos semalam aku membicarakan tentang kamu pada Bos dan dia menyuruh orang kepercayaannya untuk membelanjakan keperluanmu," ucap Max.

"Termasuk pakaian dalam juga?" tanya Alana malu malu.

Max pun mengangguk sebagai jawaban.

"Apakah Bos masih disini? Aku ingin mengucapkan terima kasih padanya," tanya Alana.

"Tidak Bos sudah berangkat kerja satu jam yang lalu," jawab Max.

"Mengapa kamu masih di sini? Bukannya kamu sopir Bos," tanya Alana lagi.

"Nanti jam 11 aku menyusul Bos dan mengantarnya untuk meeting di luar kota, sudah jangan banyak tanya sana bersiap siaplah ayo sekalian berangkat bersamaku," ucap Max.

Alana pun mengangguk setidaknya dia bisa menghemat ongkos ke kampus jika dia berangkat bersama Max.

"Oh ya satu lagi ini," ucap Max sambil menyerahkan sebuah ponsel untuk Alana.

Alana melihat ponsel itu dan dia yakin kalau ponsel ini keluaran terbaru dan harganya pasti sangat mahal.

"Untuk apa ponsel ini?" tanya Alana.

"Itu untuk kamu agar mudah aku menghubungimu jika sewaktu-waktu ada pekerjaan yang harus kamu kerjakan di sana sudah ada nomerku jadi kamu bisa menghubungi aku jika ada sesuatu yang kamu butuhkan," ucap Max.

Alana pun sangat bersyukur kini dia memiliki ponsel lagi.

"Apakah ini dari Bos juga?" tanya Alana.

"Tidak ini dariku," ucap Max.

"Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak ini untuk membeli ponsel sebagus itu?" tanya Alana.

"Potong gaji, sudah jangan banyak tanya cepat bersiap siaplah," ucap Max lagi dan berniat pergi meninggalkan Alana kalau dia tetap berada di sini pasti Alana akan terus bertanya dan dia khawatir kalau identitasnya terbongkar, dia takut Alana meninggalkan dirinya jika mengetahui Max adalah seorang Bilioner.

"Tunggu!" teriak Alana menghentikan langkah Max.

Mau tidak mau Max harus menghentikan langkahnya, dia pun menoleh ke arah Alana.

"Ada apa lagi?" tanya Max.

"Maaf aku belum tahu siapa namamu," ucap Alana malu malu.

Max ingin rasanya tertawa terbahak bahak kok ada wanita di dunia ini seperti Alana, Max kira Alana sudah mengetahui namanya ternyata belum.

"Panggil saja aku Max," ucap Max.

"Terima kasih Max untuk semua yang kamu lakukan padaku dan terima kasih juga ponselnya," ucap Alana.

Max pun mengangguk dan berlalu pergi meninggalkan Alana.

Alana berjalan ke kamarnya dan segera bersiap untuk pergi ke kampus, setelah siap Alana pun segera menghampiri Max yang sudah ada di dalam mobilnya di halaman rumah itu.

Mobil yang mereka tumpangi pun segera melaju meninggalkan rumah mewah menuju kampus tempat Alana belajar.

Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu lama Max dan Alana pun akhirnya sampai di kampus itu.

Alana turun dari mobil dan mengucapkan terima kasih pada Max, Max mengangguk dan meninggalkan Alaba sendiri.

Tanpa Alana sadari sejak tadi ada seseorang yang memperhatikan Alana dan Max dari kejauhan.

Orang itu tersenyum sinis pada Alana.

"Ternyata setelah orang tuanya mengalami kebangkrutan dan ayahnya masuk penjara sekarang Alana menjadi simpanan pria kaya," ucap orang itu yang tidak lain adalah Yolanda.

Yolanda berniat menyebarkan berita ini agar pihak kampus mendengar dan mengeluarkan Alana dari kampus.

"Untung saja aku tadi sempat memfoto kejadian ini aku bisa membuatmu semakin menderita Alana tunggu saja tanggal mainnya," ucap Yolanda sambil tersenyum penuh kemenangan.