Alana pun memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya pada Max agar Max tidak marah padanya.
"Aku ada di rumah sakit, maaf tidak memberikan kabar padamu dulu," ucap Alana dengan sedih.
Max yang mendengar perkataan Alana pun merasa cemas dia khawatir kalau terjadi sesuatu pada Alananya.
"Kamu kenapa sampai masuk rumah sakit? Kenapa kamu tidak mengabari aku kalau sakit? Aku akan segera menyusul mu ke sana," ucap Max dan bersiap siap untuk pergi ke rumah sakit.
Alana yang mendengar nada cemas di setiap ucapan Max pun hatinya menghangat selain Ayahnya dia tidak memiliki orang yang perhatian padanya semenjak ayahnya menikah dengan ibu tirinya ayahnya selalu sibuk bekerja sedangkan ibu tirinya tidak peduli pada Alana.
"Max dengarkan aku! Kamu jangan panik dulu aku baik baik saja, aku ke rumah sakit mengantarkan temanku yang terjatuh di kampus nanti kalau semua urusan sudah selesai aku akan segera pulang," jawab Alana menenangkan Max.
Max pun menghela nafas lega, dia sudah sangat panik ketika mendengar Alana berada di rumah sakit.
"Baiklah kalau urusanmu sudah selesai segeralah pulang," ucap Max.
Entah apa yang istimewa pada diri Alana hingga sanggup membuat Max peduli padanya.
"Tentu, sudah ya aku matikan sambungan telepon ini sampai jumpa di rumah," ucap Alana.
Tidak di pungkiri di hati Alana pun tumbuh rasa aneh saat bersama Max tapi Alana belum berani menunjukkan itu pada Max.
Sementara itu Max berusaha tenang dan mengecek kebenaran keberadaan Alana melalui ponselnya dan memang benar saat ini Alana sedang berada di salah satu rumah sakit di kota ini.
Max pun merasa lega ternyata Alana baik baik saja, dia pun memutuskan untuk mandi dan melanjutkan pekerjaannya di ruang kerja sambil menunggu Alana pulang.
Alana yang sudah mendapatkan obat Agnes dan Agnes pun telah selesai di periksa Dokter pun segera bersiap untuk pulang mereka pun mencari taksi di depan rumah sakit itu.
Tiba-tiba Agnes mengingat sesuatu dan wajahnya berubah panik, Alana yang melihat itu pun segera menyadari kalau ada sesuatu yang di pikirkan oleh sahabatnya.
"Ada apa Nes? Kenapa kamu tiba-tiba menjadi pucat apa ada yang sakit?" tanya Alana.
"Malam ini ada pesta di restoran tempatku kerja ada seorang pengusaha yang membooking tempat itu dan aku pun terlibat di acara itu aku bingung malam ini tidak bisa bekerja pasti aku akan di pecat secara aku bekerja di sana belum ada dua tahun," ucap Agnes sedih.
"Kalau begitu kamu pulang saja naik taksi dan aku akan bekerja menggantikanmu malam ini, apakah ini belum terlambat?" tanya Alana.
Agnes pun melirik jam tangannya dan di sana terlihat masih pukul 7 sedangkan acara di mulai pukul 8 masih ada waktu satu jam untuk pergi ke sana.
"Acara di mulai satu jam lagi, kalau kamu mau menggantikan aku ini kartu pengenal ku dan kunci loker, terima kasih banyak Alana kamu sangat baik padaku," ucap Agnes.
Alana pun menerima kunci dan tanda pengenal yang di berikan oleh Agnes, setelah mendapatkan taksi dan meminta sopir taksi itu untuk mengantarkan Agnes pulang ke tempat kosnya Alana pun segera berangkat ke restoran yang di maksud oleh Agnes.
Lagi lagi Alana lupa mengabari Max yang ada di pikirannya pun hanya ada bagaimana cara
dia masuk ke restoran itu secara dia bukan pekerja di sana.
Sesampainya di depan restoran Alana pun segera menunjukkan tanda pengenal pada seorang wanita yang juga memakai seragam pelayan restoran itu.
"Maaf mbak mau tanya aku mewakili temanku yang sakit saat ini aku ada kunci loker juga tanda pengenal apakah Anda bisa membantu saya?" tanya Alana.
Wanita itu pun melihat tanda pengenal yang di bawa Alana,
"Oh kamu teman Agnes ayo masuk aku akan mengantarmu ke ruang tempat loker itu berada agar kamu bisa segera berganti pakaian," ucap wanita itu.
Alana pun mengangguk dan mengikuti Wanita yang akan memberi tahu di mana tempat loker Agnes berada.
"Ini loker Agnes cepatlah berganti pakaian! Sebentar lagi acaranya akan segera di mulai," ucap Wanita itu.
Alana pun mengangguk dia segera mengambil kunci loker itu dan segera membukanya, Wanita yang tadi mengantarkan dirinya pun sudah tidak ada di sana.
Alana mengambil pakaian seragam kerja itu dan segera berganti pakaian, Alana pun menyimpan ponselnya di dalam loker itu dan menguncinya kembali.
Alana berjalan memasuki sebuah ruangan yang di dalamnya banyak pegawai restoran yang tengah menyiapkan semua keperluan,t ou pesta Alana pun segera berbaur dengan pelayan lainnya.
Sementara itu Max sudah menyelesaikan pekerjaannya tapi dia bingung mengapa Alana belum juga pulang padahal ini sudah pukul 8 malam, Max berulang kali mencoba menghubungi ponsel Alana tersambung tapi tidak diangkat.
Max yang sudah cemas pun segera melihat di mana keberadaan Alana melalui alat yang di pasangnya pada ponsel Alana.
Betapa kagetnya Max ketika mengetahui saat ini Alana sedang berada di salah satu restoran miliknya kejadian penculikan Alana pun kembali terbayang di pelupuk mata Max dan itu membuat dia semakin cemas tanpa berpikir lagi Max segera mengambil kunci mobilnya dan pergi ke tempat keberadaan Alana.
Pesta di restoran itu telah di mulai tamu tamu yang datang adalah orang orang kaya mereka datang dengan penampilan yang sangat sempurna, mobil mobil mewah berderet di parkiran.
Alana yang terlahir di keluarga kaya pun tahu bahwa pesta seperti ini akan sekaligus menjadi ajang pamer kekayaan, dulu Alana sering menghadiri pesta seperti ini dan saat ini dia juga berada di pesta ini tapi keadaannya berbeda dia sekarang hanya seorang pelayan bukan tamu.
Alana mendorong kereta dorong yang berisi bermacam-macam makanan dan minuman menyuguhkan untuk para tamu yang hadir di sana.
Tanpa sengaja kereta yang di dorongnya menabrak seseorang dan Alana pun segera meminta maaf.
"Maafkan aku Nona ... aku tidak sengaja," ucap Alana sambil menundukkan kepalanya.
Tamu Undangan yang di tabraknya pun tidak menjawab sepertinya tamu itu tengah memperhatikan dirinya.
"Lihatlah siapa yang ada di depan kita guys, si putri pengusaha kaya yang mengalami kebangkrutan dan ayahnya di tahan karena menggelapkan dana kini telah beralih profesi sebagai seorang pelayan," ucap seseorang yang di tabrak oleh Alana.
Alana yang mendengar suara itu dan di rasanya tidak asing pun dia segera mengangkat wajahnya dan melihat siapa orang yang ada di depannya itu.
Alana menghela nafas ketika dia mengetahui yang berada di depannya adalah Yolanda bersama antek-anteknya.