Akhirnya mobil yang di kendarai Max pun sampai di halaman rumahnya, Max memakir asal mobil itu dan berniat segera membawa masuk Alana tapi apa yang dilihatnya membuat Max ternganga.
Alana melepaskan jaketnya tepat di depan Max Alana terus mengeram seakan akan ada suatu yang dia tahan.
Melihat tubuh bagian atas Alana terekspos membuat sesuatu dalam diri Max bangkit, Alana terus bergerak seperti cacing kepanasan dan itu sangat membuat Max tersiksa.
Max segera memaksa Alana memakai jaketnya lagi dan menggendong Alana menuju kamarnya, dia tidak peduli tatapan satpam yang menatapnya dengan tatapan heran.
Max berjalan dengan langkah lebar dia berharap segera sampai di kamarnya setelah sampai di kamar itu Max langsung membuka pintu kamar mandi dan memasukkan Alana ke bathtub, Max menyalakan pengatur suhu menjadi hangat mengisi bak mandi itu.
Max berharap dengan cara itu Alana bisa sadar dari pengaruh obat yang di campurkan pada minumannya.
Walaupun Max menyukai Alana dia tidak ingin memanfaatkan Alana yang dalam keadaan tidak sadar itu hanya demi mendapatkan kepuasannya semata, cukup sekali dia melakukan itu dengan Alana tanpa kesadaran.
Max yang melihat Alana dalam keadaan basah kuyup semakin menyiksanya sebisa mungkin Max menahan hasratnya, setelah mengisi bak mandi itu penuh dengan air hangat Max pun pergi dari kamar mandi itu sebelum keluar dia masih sempat berkata pada Alana.
"Mandilah Alana rilekskan semua otot dan pikiranmu setelah kamu mendingan ganti pakaianmu dan beristirahatlah," ucap Max sebelum melangkahkan kakinya pergi dari kamar mandi itu.
Setelah kepergian Max Alana pun mandi dengan air hangat yang sudah di campur dengan aroma terapi oleh Max dengan berendam dan menghirup aroma terapi itu membuat pikiran Alana tenang dan kembali sadar pelan pelan pengaruh obat itu mulai hilang.
Alana mengingat kembali apa yang terjadi padanya Alana pun menangis tersedu-sedu ketika mengingat Meyda yang tega melakukan ini semua padanya untung saja Max datang tepat waktu kalau tidak apa yang akan terjadi padanya.
Alana bangun dari bathtub itu dan menggunakan handuk besar yang tergantung di kamar mandi itu.
Sebelum keluar Alana menoleh ke kanan dan kiri melihat barang kali ada Max di sana secara ini adalah kamar Max.
Alana bernafas lega ketika tidak melihat keberadaan Max di kamar itu, Alana keluar dan segera berjalan menuju lemari di sudut kamar itu, mata Alana melotot ketika melihat jas jas mahal berjajar rapi di lemari, kaos dan pakaian kasual juga tersusun rapi membuat Alana hampir tidak percaya jika kamar ini adalah milik seorang pria semua pakaian tertata rapi sesuai jenis pakaiannya sungguh sangat rapi dan teratur.
Alana bingung harus memakai pakaian apa sedangkan di dalam lemari hanya ada pakaian pria semua dengan asal Alana mengambil celana boxer dan kaos lengan pendek oversize yang terlihat sangat besar di tubuhnya, Alana pun tidak peduli dengan penampilannya saat ini yang terpenting dia ingin beristirahat tubuhnya lelah batinnya pun sakit saat mengingat kejadian yang baru saja dia alami, Alana memutuskan untuk tidur di kamar ini dia tidak peduli kalau pemilik kamar ini akan marah padanya yang jelas saat ini tubuhnya sangat lemah.
Max masuk ke dalam kamarnya sekitar pukul 2 malam dia sibuk membereskan pekerjaannya dan membuat rencana untuk menghancurkan perusahaan Tomas, dia tidak main-main dengan apa yang akan dia lakukan pada Tomas karena jika ada orang yang berani menyentuh apa yang sudah menjadi miliknya maka orang itu harus siap menerima akibatnya.
Max melihat Alana yang tengah tertidur dengan menggunakan kaos serta boxernya pakaian itu kelihatan kebesaran di tubuh Alana, Max tersenyum melihat keadaan orang yang dia cintai tengah tertidur meringkuk seperti bayi.
Max menghampiri Alana memasang selimut pada tubuh Alana setelah puas memandangi Alana Max bermaksud meninggalkan Alana dan tidur di kamar tamu tapi tangan Alana tiba tiba menarik tangannya dengan mata terpejam Alana bergumam.
"Tolong ... tolonglah aku," gumam Alana di sela isakannya.
Mungkin kejadian penculikan tadi menyisakan trauma tersendiri pada Alana, Max yang melihat keadaan Alana pun tidak tega meninggalkannya, dia pun naik ke tempat tidur dan berbaring di sisi Alana.
"Stttt ... tenanglah aku di sini menjagamu," bisik Max sambil mengelus rambut Alana.
Alana seperti terhipnotis dia kembali tenang dan tertidur, posisi Alana saat ini sungguh tidak menguntungkan bagi Max.
Alana tidur memeluk erat Max wajahnya di benamkan di dada bidang milik Max.
Max merasa sangat tersiksa aroma khas yang dimiliki Alana membuat harus menahan sesuatu yang bangkit dalam dirinya.
"Tuhan aku mohon percepat malam ini, jangan sampai aku tidak bisa menahan diri dan menyerang gadis ini sungguh aku tersiksa," gumam Max yang lebih tepatnya sebuah rengekan.
Tidak cukup di situ Alana terus bergerak dalam tidurnya tiba tiba kini posisi wajah Alana tepat berada di ceruk leher Max, hembusan nafas Alana bagaikan gelitikan di leher Max tubuh Max mulai menegang kembali.
Ingin rasanya Max pergi dari sana tapi apa daya Alana memeluknya dengan erat jika dia bangun dari posisinya takut mengganggu tidur Alana.
"Sungguh Tuhan tidak ada siksaan yang lebih parah selain siksaan ini," rengek Max.
Malam ini di rasakan Max sebagai malam paling menyiksa ingin rasanya dia memakan Alana malam ini tapi sekuat tenaga dia menahannya karena dia tidak ingin membuat Alana membencinya cukup sekali dia melakukan hubungan itu dengan Alana jika terjadi lagi itu harus setelah pernikahan dia tidak ingin menyentuh Alana lagi sebelum pernikahan.
Akhirnya penderitaan Max berakhir tepat pukul 5 pagi Alana melepaskan pelukannya, Max bernafas lega semalaman dia tidak bisa tidur, dia sampai frustasi menahan gejolak yang ada dalam dirinya.
Max segera bangkit dan keluar dari kamar itu, dia tidak ingin Alana beranggapan buruk padanya dan berakhir pergi meninggalkan Max.
Betapa kagetnya Max ketika dia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang tengah sudah ada Tante yang merawat dia setelah kepergian kedua orang tuanya berada di rumahnya.
"Tante mengapa kamu ada di sini?" tanya Max heran.
"Ada apa katamu? Dasar anak nakal mengapa kamu tidak pernah pulang ke rumah? Dan satu lagi kapan kamu menikah aku sudah pingin beristirahat, aku ingin menikmati hari tuaku tanpa memikirkan dirimu yang bujang lapuk itu," ucap Tante Max yang bernama Hellen.
"Tante tenanglah aku pasti menikah tapi nunggu Willy nikah dulu," ucap Max.
"Apa katamu? Kalian berdua itu sama saja sama sama bujang lapuk pusing aku ngurus kalian berdua, aku sudah mengatur kencan buta untuk kalian berdua jadi bersiap siaplah," ucap Tante Hellen.
Alana yang baru saja bangun dari tidurnya dan keluar dari kamar Max tanpa sengaja mendengar percakapan mereka, Alana melihat wajah Max yang seperti tersiksa itu pun berinisiatif untuk berpura-pura menjadi kekasih Max hitung hitung balas budi pada Max yang telah menolongnya beberapa kali.
Alana berjalan menghampiri Max dan Wanita yang tengah berbicara dengannya, Alana segera memeluk lengan Max manja sambil berkata.
"Baby mengapa kamu meninggalkan aku sendiri?" ucap Alana dengan nada manja.
Max dan Tantenya pun melotot kaget mendengar ucapan Alana tapi secepat mungkin Max menetralkan ekspresi wajahnya dia tahu saat ini Alana tengah bersandiwara.