Frans yang masih penasaran dengan melati terus mendekati melati, " mel, kamu bahagia dengan pernikahan kamu Mel? sorry bukannya gw mau ngurusin rumah tangga orang cuma pengen tau aja,." melati tersenyum "kenapa Mel kok cuma senyum" melati masih tersenyum kali ini ia berbohong dengan ucapannya "bahagia kok, klo aku ga bahagia ga mungkin aku bertahan" padahal Mel sesak di dadanya. kekey muli merias wajah melati, "sorry lama ya Mel, Lo ga gombalin melati kan Frans, awas loh" sambil menunjuk Frans dan mata yang melebar kekey langsung mulai memoles wajah melati. Setelah selesai dengan hasil riasan kekey wajah melati tampak sangat berbeda dengan sebelumnya membuat Frans dan kekey terpana. "oh my God, gila kamu cantik banget Mel" ucap Frans "udah jangan kelamaan tar Lo naksir lagi" ujar kekey pada Frans. "Mel, Mel... sayang Lo Uda punya orang coba kalo masih sendiri ga bakal gw sia-siain" kata-kata Frans membuat hati Mel semakin sakit, 'seandainya mas Bian bisa nerimaku betapa bahagianya aku, ya Allah' Bu ai masuk, sehingga membuyarkan lamunan melati. "sudah siap. kita mulai" baru saja Bu ai menoleh pada melati mata Bu ai terperangah melihat kecantikan melati. "masyaallah, Mel kamu cantik sekali, ibu sampai ga percaya ini benar-benar kamu Mel" pipi melati memerah "ibu.. melati jadi malu".
Setelah acara selesai, melati berpamitan pada Bu ai ia takut nanti Bian marah karna dirinya terlambat pulang, sudah beberapa hari ini Bian memang suka dengan masakan melati. "Bu, melati pamit pulang dulu ya, sudah sore" melati mengulurkan tangannya. "ya sudah, hati-hati ya". "ka Frans, mba kekey aku permisi duluan ya" melati pamit pada mereka berdua namun fans menghentikan langkah melati, "mending balik bareng kita yuk, Uda petang Mel, kuatir ada yang macam-macam sama kamu" melati menolak namun Frans terus memaksa, dengan terpaksa melati mengikuti keinginan Frans.
Pulangnya melati di antar oleh Frans dan kekey, naik mobil milik Frans ia diantar sampai rumahnya di halaman rumah sudah terparkir mobil milik Bian melati merasa tak enak. karna bian sudah menunggu melati di depan halaman rumahnya. "assalamualaikum, maaf mas aku telat pulangnya, tadi aku ada urusan dulu " Bian hanya diam tak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya melati merasa kikuk ia masuk ke dalam rumahnya.
Setelah berganti pakaian melati keluar kamar ia menuju dapur ia mengambil sayuran serta ikan yang ada di dalam lemari es, tanpa sengaja melati menabrak Bian yang hendak mengambil air minum "astaghfirullah mas Bian" sayur yang dipegang melati berhamburan "maaf, aku mengagetkanmu, kamu mau masak apa,?" tanya bian. melati memungut sayuran yang terjatuh "oh aku mau masak sayur capcay, sama ikan gurame pedas asam manis" Bian mengangguk "oh, biar aku bantu" melati mendongakkan kepalanya tak percaya ia membuka mulutnya sedikit karna rasa tak percaya ia masih berdiri tak menggubris panggilan Bian, "Mel, biar aku bantu iris sayurannya" pinta Bian. melati masih tampak bengong ditengoknya oleh bian, ditepuknya pundak melati barulah melati sadar "hah iya mas" mereka berdua memasak meski tak bersuara ini merupakan perubahan besar bagi melati Bian sudah berubah 180 derajat melati masih bergelut dengan kata-kata dari dalam hatinya 'ayolah Mel ini cuma sebentar ketika kamu sudah di langit kamu malah akan jatuh ke jurang'
sedangkan hati yang lainnya berkata 'semoga ini adalah permulaan yang baik dan seterusnya mas Bian akan baik padaku Allah membuka hati mas bian'
melati menggelengkan kepalanya, Bian sesekali melihat tingkah melati, "kamu kenapa pusing?" tanya bian "hah ngga kok, ga papa".
setelah selesai memasak Bian dan melati duduk berdua di meja makan, baru disadari riasan wajah melati masih belum dibersihkan oleh melati sehingga melati terlihat berbeda di mata Bian, 'kok kamu tambah cantik Mel. dada ku jadi degdegan gini.' untuk menghilangkan kecanggungannya. Bian justru berpura-pura cuek. "tadi pulang sama siapa?" tanya bian "oh, tadi dipaksa sama kak Frans, tadinya aku udah nolak" bian merasa cemburu "lain kali, klo ada yang ngajak, kamu harus bisa menolak, kalo perlu kamu telp saya biar saya jemput". melati mengangguk, ia juga merasa tak enak hati.
****
Melati hendak membersihkan riasan wajahnya. "mas, aku mau ke kamar dulu ya, mau bersihin muka dulu" Bian mengangguk. Bian menarik nafasnya ia baru menyadari istri yang selama ini ia sia-siakan ternyata sangat berarti, namun ia masih mempertahankan egonya. tetap menjadi Bian yang yang jutek.
***
bersambung
nb
kasih komentar ya saran dan kritiknya supaya lebih baik lagi.