Chereads / Bukan Salah Perjodohan / Chapter 8 - part 8

Chapter 8 - part 8

Keesokan harinya, melati seperti biasa menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Bian, karna beberapa hari ini sikap Bian tak ada sedikitpun menyakitkan perasaan melati bahkan sudah beberapa hari semenjk dari rumah ibunya ia selalu manis, melati tersenyum sendiri mengingat kejadian-kejadian beberapa hari ini yang membuat hatinya menjadi hangat. tak ada lagi rasa ketakutan untuk melihat Bian, tak ada lagi sikap jijik pada dirinya, ia bersyukur pada Tuhan, mungkin ini adalah awal yang baik baginya, 'semoga awal yang baik ya Allah'. Melati tak menyadari dirinya dari tadi di perhatikan oleh Bian, ia masih senyum-senyum sendiri layaknya anak ABG yang sedang jatuh cinta. "hmm, kamu kenapa senyum-senyum sendiri, masih ingat sama siapa yang kemarin kamu antar ya?" melati mengernyitkan dahinya. melati hanya tersenyum, tanpa membalas perkataan dari Bian, biarlah menjadi misteri baginya, 'klo aku bilang, ke mas Bian klo aku mikirin dia, aku takut malah dia berubah seperti dulu lagi' batin melati. "hah, ngga ko mas, aku sedang ingat nenek,dulu nenek sering bilang, jangan suka bangun kesiangan nanti rejekinya di patok ayam, eh pas aku bangun sarapan aku udah dimakan kucing deh" melati menceritakan karangan fiktif. Bian tersenyum manis sekali, "udah selesai masaknya?" tanya bian. " udah mas,boleh minta tolong?" pinta Melati. "apa?" tanya bian "ambilin, garam yang ada di atas lemari atas, sekaian bukain" melati sambil tersenyum. waktu garam diambil, dan dibuka entah kenapa kaki Bian serasa bergetar hendak mendekati melati, dan garam pun tumpah di atas masakan yang sedang dimasak oleh melati. "astaghfirullah mas, ya Allah masakan aku, ya Allah ini pasti asin" Bian panik dan bingung "mmmaaaf maaf, Mel aku tadi ga sengaja, kaki aku kesangkut" Bian bingung menjelaskannya. benar saja masakan melati rasanya asin tak enak dimakan. melati sedih padahal ia tak pernah membuang makanan karna ia tau mencari uang itu susah tak gampang, "sebagai gantinya, gimana klo kita makan diluar aja" pinta Bian "hari ini kebetulan aku libur, setelah sarapan aku mau ngantar kamu ke tempat kerja kamu, sampai selesai gimana?" melati sebenarnya suka tapi ia juga merasa tak enak jika harus mengajak suaminya ikut ketempat kerjanya, ia tak enak dengan ibu ai. 'tungu tadi mas Bian bilang dengan kata aku bukan saya lagi,' alam hati melati "gimana? Mel boleh?" melati terkejut "huh, mm tapi mas ga perlu nunggu, aku ga enak sama mas, sebenernya sih aku hari ini libur, cuma acara kemarin belum selesai, masih ada pengambilan gambar" Bian mengernyitkan dahiny "pengambilan gambar,untuk apa?" tanya bian "jadi, Bu ai ikut lomba kreasi kue pernikahan, ternyata beliau menang, nah ada salah satu televisi yang penasaran dengan resep kue kue buatan bu ai, sekaligus ingin menayangkan cara pembuatannya, kebetulan bu ai ada jadwal ke luar kota untuk memberi training, dan bua ai menugaskan aku untuk menggantikannya." Bian mengangguk tanpa melati sadari Bian dari tadi memperhatikan bibir milik melati, ingin rasanya Bian mengecup bibir melati namun ia mengurungkan niatnya. "terus gimana, mau sarapan diluar apa, sarapan nasi goreng asin?" tanya bian. melati memanyunkan bibirnya sehingga bian n***u untuk mengecupnya, ia sudah tak tahan lagi diraihnya pinggang milik melati dan Bian mengecup bibir melati sehingga melati terkejut di buatnya. dengan wajah memerah melati langsung pergi meninggalkan Bian.

***

di dalam kamar melati tak hentinya membayangkan kejadian barusan, sesekali ia memegang bibir miliknya "ya Allah" lamunan melati buyar saat suara ketukan pintu. tok...tokk....

"Mel, buruan ga pake lama, saya Uda lapar, kamu mau suami kamu pingsan hah" melati langsung bangkit dari tempat duduknya. "iya mas sebentar," melati merapihkan pakaiannya serta kerudungnya. stelah dirasa rapih baru melati keluar. "yuk,aku udah siap" Bian menatap melati terpana melihat kecantikan melati. "kenapa melati tambah cantik sih, bego banget selama ini aku Uda buta" Melati membuyarkan lamunan Bian "mas,buruan katanya laper" Bian tersadar ia langsung jalan didepan melati. melati hanya tersenyum melihat sikap Bian yang mulai berubah.

***

setelah sarapan diluar Bian mengantar melati kerja, mobilnya di parkiran depan ruko toko milik bu ai. sudah ada mobil Frans dan kekey disana. "pagi Mel", sapa Frans dan kekey, "tumben telat biasanya, ontime" melati tak enak "maaf, tadi aku keluar dulu cari sarapan, aku kira ka Frans dan mba kekey datang seperti kemarin,maaf ya" kekey memotong pembicaraan melati "ga papa kok, Mel santai aja. yuk gimana kalo kita mulai nyiapin semuanya, sebentar lagi artisnya datang soalnya" melati tersenyum dan meminta ijin Bian "bentar ya mas" kekey memulai dengan riasan paada wajah melati. Bian menunggu di depan ruang pembeli. Frans kurang semangat karna ada Bian disana "yah, gw ga bisa ngajak kencan deh, ada body guard nya disana" kekey tersenyum begitu juga dengan melati, "Lo ada-ada aja, melati emang Uda punya suami, sadar dong,mending Lo ma anak gw aja ya Raisa Lo tunggu 20 tahun lagi" Frans semakin kesal dengan sahabatnya itu. "ISS, apaan sih Lo"

***

Acara pun selesai, artis yang membawakan acarapun senang dengn kerjasama dengan mereka, dan kembali ke tempat suting lain. "gw pamit dulu ya, thanks untuk kerjasamanya" ucap artis tersebut. Frans juga pamit pada melati ia tak ingin berlama-lama bertemu Bian, Frans seperti sedang patah hati. "yuk key , kita cabut, Uda beres juga kan". kekey berpamitan pada melati dan Bian lain halnya dengan Frans. membuat bian juga cemburu "kenapa tu orang, ga sopan" melati hanya tersenyum "kenapa, ko kamu malah senyum" melati semakin melebarkan senyumnya "ga papa, kak Frans emang suka gitu, klo lagi banyak kerjaan, tegang sendiri" Bian mengangguk padahal ia tau Frans suka pada istrinya. 'enak aja, kamu pikir bisa ngerebut istri ku' batin Bian. "yuk. hari ini aku libur, ga jaga toko, jadi kita bisa pulang" ajak melati. Bian memperhatikan melati dengan riasan wajah Mel seperti ini Bian sangat sayang jika harus dirumah, ia memutuskan untuk mengajak melati jalan-jalan. "gimana kalo kita jalan?" melati terkejut dengan ajakan Bian. Bian menggandeng tangan melati. karyawan yang ada di tokopun ikut memperhatikan melati, mereka senang, melihat keserasian mereka berdua. melati tersenyum dan pamit pada temn-temn yang lainnya.

***

bersambung