Setelah seharian berjalan dengan mamahnya Melati terus saja memikirkan ucapan dari Bian, ia harus berhenti bekerja ia masih ragu apakah Bian bisa mencintainya dengan tulus. "Mel, mamah perhatikan kamu dari tadi bengong aja kenapa? cerita ke mamah" melati terkejut "heh, engg. ga mah ga ada apa-apa, cuma Melati masih ragu apa mas Bian bisa mencintai melati dengan tulus mah" mertuanya tersenyum "bisa, kamu pasti bisa buat Bian mencintai kamu, mamah menikahkan Bian dengan kamu karna mamah percaya kamu bisa menjadi istri yang cocok dengan Bian, sifat kamu yang lembut mampu meluluhkan hati Bian yang keras, meskipun awalnya memang Bian menentang semuanya, mamah tau ia menyukai wanita lain selain kamu, dan kamu harus percaya Allah maha adil ia pasti bantu kamu agar Bian mencintai kamu" melati memeluk mertuanya "makasih ya mah, aku bahagia sekali punya mertua yang baik hati, aku beruntung punya mamah, karna sejak kecil aku sudah tak merasakan lagi kasih sayang ibu, hanya nenek yang menyayangi ku" tak terasa air mata melati jatuh. mamah mertuanya memeluk erat melati.
***
"assalamualaikum" Bian mengagetkan keduanya "kamu kenapa Mel?" tanya bian, melati menghapus air matanya. "Melati kenapa mah?" mamahnya tersenyum "Melati, rindu dengan ibunya, makanya kamu harus bisa melindungi Melati, dia sudah tak memiliki siapapun hanya neneknya, itupun sekarang jauh". Bian sebenarnya ingin memeluk melati namun ia masih dengan keegoisannya, "oh" mamahnya justru heran "kok, cuma oh, bener-bener ya kamu, kalo kamu masih cuek gini gimana mamah mau punya cucu". Bian memandang melati yang masih tertunduk. "kalo itu, sabar nanti juga mamah punya cucu" mamahnya kesal " kamu ini".
***
malam harinya papahnya Bian datang dengan Danu. suara klakson mobil terdengar saat merek sedang makan malam, "biar Melati yang buka" Bian menahan lengan melati "biar aku aja, udah malem," Bian membuka pintu pagar, "loh papah katanya satu Minggu diluar kota" ketika papahnya turun dari mobil Danu, "iya, awalnya satu Minggu ternyata semuanya sudah beres dikerjakan cuma dua hari" Bian berjalan bersama papahnya menyusul Danu yang berjalan dibelakang mereka. "assalamualaikum" melati dan mertuanya menjawab bersamaan "walaikumsalam" mamahnya senang dengan kedatangan papahnya "katanya satu Minggu pah, ko udah pulang" "terus mamah maunya papah pulang lagi nih, atau papah cari hotel untuk menginap" mamahnya mencubit suaminya "ih papah kok gitu," melati melihat mereka jadi iri, sudah setua itu masih saja harmonis bagaimana dengan dirinya. ia masih membayang-bayangi pernikahannya. Bian melihat melati yang sedang memperhatikan kedua orangtuanya. "mas, Danu menginap disini juga kan biar aku siapkan kamar tamu, ya mas" "ga usah Mel, kita langsung pulang saja,makasih ya udah Nerima mamah menginap disini" Danu padahal ingin menginap satu malam namun mamahnya menolak.
***
mereka berpamitan, setelah mereka pergi hanya ada Bian dan melati. melati masuk terlebih dahulu disusul Bian yang menutup pintu pagar dan rumahnya, melati mengemas barangnya untuk pindah lagi kekamar sebelah, namun ditahan oleh Bian "kamu mau kemana?" tanya bian "mau, eng..... pindah kamar sebelah" melati menunjuk kamarnya. "kamar kamu, disini rapihkan pakaian kamu ke lemari pakaian. "ta...tapi" Bian melotot "ga ada tapi tapi. tak ada penolakan." melati mengangguk dan menurut. hati Bian berdebar kencang, 'aduh sial jantung gw kenapa juga deg degan liat melati' Bian mencoba memejamkan mata namun tak bisa.
***
melati membersihkan wajahnya dan mengganti pakaian dengan kebesarnnya, daster yang membuatnya nyaman jika dikenakan. hanya melihat dengan pakaian itu saja bian terpaju aldrenalin nya. seolah melati menggodanya. Bian membuka matanya melihat ke arah melati tanpa sengaja Melatipun melihat Bian, Melati tersenyum seolah mengisyaratkan sesuatu. "mas, aku terima persyaratan dari mas Bian, aku berhenti bekerja tapi aku masih ingin melanjutkan kuliah" Bian merasa senang. "gitu dong" melati tersenyum sebenarnya jantung melati juga berdetak kencang, "ma..." belum mengucapkan terimakasih Bian sudah melahap bibir milik melati. "hmmpah" nafas melati sesak ia menarik nafas dalam dan Bian kembali mencium bibir melati kali ini, dengan lembut seringan kapas, melati mulai menikmati cumbuan dari suaminya, Bian ingin melakukan lebih ia memberi tanda merah sebagai kepemilikannya, dan tertuju pada benda padat yang kenyal ia mengulumnya bergantian, lidahnya menari di atas gundukan kecil milik melati, meski badan melati kurus namun buah d**a milik melati memiliki ukuran yang lumayan besar, tak puas disitu Bian menggelosor ke bawah ia bermain main disana membuat melati tak tahan dibuatnya "sudah mas, berhenti" Bian sesekali melihat wajah melati yang sedang menikmati membuat bian semakin b*****u. "mas aku pengin pipis," melati merasakan ada hal aneh dari dirinya yang membuatnya menikmati setiap sentuhan Bian. Bian kembali mencium bibir melati "sudah siap," melati hanya mengangguk, "aku akan melakukannya dengan hati-hati karna mungkin masih terasa sakit" melati hanya mengangguk tak banyak bicara, dan Bian memasukan kepemilikannya dengan hati-hati. "masih sakit, nga?" tanya bian melati menggeleng ia justru memejamkan matanya seolah menikmati gerakan Bian, suara lengguhan melati membangkitkan g****h Bian untuk semakin cepat memompa, bibir Bian mengulum b*******a melati, sehingga melati semakin menikmati, "mas, aku" Bian tak memperdulikan melati "sakit, ?" tanya bian "aku mau pipis" bian semakin liar "sebentar lagi ya, kita sama-sama" selang berapa menit "aku sudah mau keluar" bisik bian "akh, mas... mas akh" Bian merasakan milik melati berdenyut membuat dirinya merinding nikmat "oh Mel, luar biasa kamu Mel, aku merasakan milik kamu memijit milik aku" melati tersipu Bian melepaskan kepemilikannya. keringat bercucuran membasahi tubuh keduanya. "Mel, aku nyesel" melati sontak kaget "mas nyesel, kenapa mas ngelakuinnya klo mas nyesel, aku juga ga mau terpksa mas melakukannya," Bian justru tersenyum "aku, menyesal kenapa ga dari dulu ngelakuinnya, kenapa baru sekarang" melati lega dan bahagia ia mencubit perut suaminya. "apaan sih, mas jahat aku kira apa" Bian kembali mencium telinga melati aroma tubuh melati membuat bian menikmatinya. "mau lagi ya," melati melotot "ga cape apa baru berapa menit" Bian tersenyum "ya istirahat dulu lah," melati bernafas lega.
tengah malam Bian kembali terbangun, ia melihat melati yang masih polos sehingga membuat dirinya kembali b*****u ia mencium bibir melati, merasa terusik melati bangun kali ini melati membalas ciuman Bian,Bian melakukannya sama seperti tadi, sampai melati dan Bian puas menikmatinya.
bersambung...
nb. mohon bijak membaca