Mendengar hal itu Bian merasa tak enak hati, karna selama ia menikah belum pernah ia sekalipun menyentuh melati, baru sekali ia mengecup bibir milik melati. "Mah, kita sedang usaha kok mah, jadi mamah tunggu aja, lgian melati juga masih muda, ia masih harus melanjutkan pendidikannya, dari dulu mungkin cita-cita melati ingin sekolah tapi keburu disuruh nikah" ujar Bian dan mamahnya Bian mengelus bahu melati "iya, mah mamah sabar ya, Allah belum percaya sama melati mah" mamahnya Bian menarik nafas dan membuangnya. "hah, ya sudah mamah akan bersabar tapi kamu harus tetap berusaha, masalah pendidikan melati nantikan bisa kuliah sambil mengurus anak, banyak kok diluar sana" melati tersenyum "hmm. iya mah".
***
Malam harinya melati sangat gugup, ia harus tidur dengan pria yang tak mencintainya, untuk menghilangkan kegugupannya melati berpura-pura mencoba menonton tv, dan Bian berada di ruang kerjanya sama halnya dengan melati yang merasa gugup. "loh, kamu belum tidur Mel," ternyata ada mamah mertuanya. "hmm, belum mah masih belum bisa tidur" mamahnya Bian menyuruh melati duduk disampingnya "sini, duduk sama mamah nonton TV, Bian mana?" melati sedikit gugup "oh, mas Bian masih diruang kerjanya mah" mamahnya Bian menggelngkan kepalanya " anak itu, gimana coba mau bikinin mamah cucu kalo jam segini masih diruang kerja". tiba-tiba Bian muncul ia kaget ternyata melati masih berada diruang tengah bersama mamahnya. "kamu ini, jam segini masih kerja, kamu janji mau buatin cucu buat mamah, klo jam segini masih kerja terus kapan kamu kasih mamah cucu, pantas lama kamu jam segini masih kerja" cerocos mamahnya membuat wajah melati memerah dan jantungnya semakin kencang, "biasanya kita Uda tidur kok mah, dan biasanya kita juga udah bikin jam segini, cuma tadi ada kerjaan jadi ya terpaksa harus beresin dulu" Bian berbohong pada mamahnya. "ya udah, kalo gitu kita istirahat dulu ya mah, mamah juga istirahat gih udah malam, atau mamah lagi kangen papah ya" ledek Bian "hmm," mamahnya Bian mengangguk. "ya sudah mamah tidur dulu ya, jangan lupa malam ini harus berhasil buat cucu mamah". melati tersenyum dan Bian pun tersenyum.
***
Melati merasa gugup, apalagi setelah Bian masuk dan mengunci pintu nya melati semakin gugup, melati menata alas untuk tidur dibawah. ia teringat saat dirinya menginap di rumah mertuanya dia juga tidur dibawah saat itu Bian tak menghiraukan. "kamu sedang apa, dibawah" melati gugup menjawabnya "aku, tidur dibawah aja ya, sama seperti dulu waktu dirumah mamah" Bian masih menjawab dengan ketus "siapa yang suruh kamu dibawah, udah jangan ingat-ingat yang sudah lalu, kamu tidur diatas kita tidur berdua" melati semakin panas wajahnya "tapi, mas" Bian semakin marah "kamu mulai melawan sama suami, ga denger, kalau kata suami diatas ya diatas, lagian ....." melati semakin berdegup kencang " lagian aku udah janji sama mamah, kita harus bikinkan cucu buatnya" melati semakin tak karuan ia seperti tak bertulang. 'aduh gimana ini, aku takut' batin melati. "kamu, ambil paperbag yang ada dimeja, terus kamu ganti kekamar mandi" melati bingung dibuatnya namun ia menuruti perintah suaminya dibukanya paperbag tersebut, ia bergidik ngeri karna ia tahu pakaian ini, pakaian yang menurutnya tak sopan, "mas... tapi. kenapa harus ganti ini juga baju tidur apa bedanya?" tanya melati polos," Bian, sebenarnya juga gugup namun ia terpaksa memenuhi keinginan orangtuanya "kalo kamu pake baju kaya gitu, terus kapan aku t******g Sama kamu, kamu mau mamah tau kalo kita sebenarnya tidur pisah, atau kamu juga sebenarnya ingin bersama Frans, katanya kamu ingin aku jatuh cinta sama kamu" melati kaget bagaimana bisa Bian berkata seperti itu. dengn sedikit terpaksa melati menuruti suaminya, namun perkataan yang terakhir yang membuat hatinya luluh, bagi melati cinta pertamanya dan terakhirnya adalah suaminya Bian.
***
Lama dikamar mandi melati memikirkan pakaian yang dipegangnya, 'bagaimana mungkin aku pakai baju seperti ini, batin melati bergulat 'ayolah Mel, lagian kamu pakai seperti inikan buat suami kamu bukan untuk orang lain ga ada salahnya dan tidak juga berdosa. melati mulai melepas pakaiannya dan memakai pakaian yang yang tidak sopan menurut melati, p**a yang mulus putih bersih, meski tidak montok d**a seperti bola kasti, melati melepas hijabnya di biarkan rambut hitamnya terurai, melati juga tak lupa memakai parfum agar dirinya tak tercium aroma tak sedap. ia benar benar seperti layaknya wanita p******a yang masih polos.
***
Bian menunggu lama, dadanya berdegup kencang 'ya Allah melati, kamu bikin jantung aku degdegan kalo kaya gini malah. Bian menangkup wajahnya menghilangkan kecemasannya dan betapa terkejutnya Bian saat dirinya membuka mata terlihat melati yang sedang berdiri di depannya, "huh.... Mel kamu ngapain berdiri disitu bikin kaget aja" melati tersenyum "maaf mas, aku sudah selesai sesuai perintah mas" Bian menatap melati dari atas sampai bawah melati yang emrasa di perhatikan semakin memerah wajahnya. "mas, kamu kenapa" tanya melati "MMM. ya udah kamu tidur di samping aku" melati masuk kedalam selimut dan membelakangi Bian begitu juga Bian yang membelakangi melati mereka sama-sama gugup. 'ayolah Bian klo ga sekarang kapan lagi, bisa bisa kamu digoreng sama mamah kalo ga berhasil. batin Bian. Melati merasakan hal yang sama. "Mel, apa kamu sudah siap," masih Denan posisinya yang sama bian menanyakan kesiapan pada melati. "hmm. klo mas Bian sudah siap aku pasti juga sudah siap mas" barulah Bian menghadap melati ia melihat punggung melati "Mel" panggil Bian, Melatipun menghadap ke arah Bian "bener kamu siap?" Bian memastikan lagi. "ya, mas" melati mengangguk..
***
bersambung
nb
ditunggu komentarnya ya