Hari ini Melati tidak masuk kerja, karna ia tak enak dengan mertuanya, ia juga takut nanti malah ketahuan ibu mertuanya kalau ia bekerja, selama ini melati tak mau menerima uang sepeserpun dari Bian, baru beberapa hari ini saja bian memang memberikan nafkah lahir dan batinnya, itu pun karna ibunya memaksa dirinya agar segera memberikan cucu, mungkin seandainya ibunya tak memita pada Bian, melati pastikan hidupnya selamanya akan kesepian karna selama satu tahun ini meski hidup satu atap, mereka sama sekali tak kenal bahkan seperti tom and Jerry yang selalu bersembunyi khawatir di temukan, dan akan bertengkar.
"Mel, Mel" melati tak mendengar panggilan Bian, baru setelah Bian menepuk bahunya melati sadar bahwa ada Bian disampingnya. "ehh. I...ya mas? kenapa?" tanya melati gugup, "ko, bengong kenapa?" melati masih linglung. "ngga, kok mas, ga papa mas ada perlu apa, ...kok ga kerja mas?" Bian menggeleng "aku ijin paling siang baru berangkat" dan bibir melati berbentuk huruf o. "Mel, maafkan saya ya, selama ini saya sudah menyakiti perasaan kamu, saya janji saya akan mencoba memulai hidup yang baru dan saya akan belajar mencintai kamu, dan melupakan masa lalu untuk tidak mencintai wanita lain selain kamu" melati tertunduk menahan air matanya untuk tidak turun namun, tetap saja bulir air mata itu turun dengan sendirinya. Bian melihat ada tetes air yang turun dari mata istrinya itu , lalu ia dongakkan wajah melati agar menatapnya ia menghapus air mata melati, "maaf saya sudah buat kamu menangis selama kita menikah" melati tak kuasa menahan haru ia mencium tangan suaminya, "makasih mas" Bian mengangguk namun masih ada keraguan dalam hati Bian apakah ia mampu mencintai melati, "bantu saya untuk belajar mencintai kamu". melati mengangguk "insyaallah". Bian masih gengsi untuk memeluk melati ia hanya menatap melati dan mengelus pucuk kepala melati, meski demikian melati sangat senang.
***
"loh kamu kok ga kerja sayang" mamahnya Bian bertanya pada Bian "agak,siang mah cuma mau ketemu sama klien, semuanya juga Uda di tangani oleh Rendi" mamahnya Bian belum mengetahui melati selama ini bekerja di sebuah toko kue, "Mel, kamu mau temenin mamah?" melati mengangguk "boleh mah, kemana?" tanyya melati "ke mall" melati mengangguk dan tersenyum. "yah mah, kalo gitu melati siap-siap dulu ya mah" tangan mamah mertuanya mengelus bahu melati "iya, sayang" Bian menggaruk kepalanya yang tak gatal, 'hmm padahal sengaja mau masuk siang supaya bisa menemani mereka, eh malah sekarang saya justru ditinggal' batin Bian. "kamu kenapa Bi" Bian hany tersenyum "eh. ngga papa?" Bian meninggalkan mamahnya " kalo gitu Bian siap-siap kerja dulu ya mah".
***
Melati terlihat cantik dengan polesan sederhananya, ia harus bisa mengimbangi tampilan ibu mertuanya, ia tak mau mertuanya malu jalan bersamanya. "kamu tumben dandan?" melati tersenyum "loh memangnya kenapa?" Bian mengernyitkan alisnya ke atas, "ga, ga papa, cuma... ya udah lupakan" melati justru salah tingkah "ketebelan ya mas bedaknya, atau lipstik nya terlalu norak warnanya" Bian menggeleng "ngga kok, kamu cantik" ga tau kenapa Bian mengatakan hal tersebut keluar dari mulutnya tanpa sadar. "beneran mas?" pipi melati memerah seperti tomat. "oh iya mas, sebenernya aku, ingin mengatakan sesuatu sama mas, tapi lain kali saja aku sudah ditunggu mamah diluar" melati pamit pada Bian namun Bian menahannya "katakan sekarang, atau kamu ga boleh pergi sama mamah" melati heran 'mas Bian kenapa sih, segitu penasarannya'
"hmm, mas aku mau bilang, kalo aku" Bian semakin penasaran "apa?" tanya bian semakin penasaran karna melati sedikit terputus-putus. "aku, diterima di universitas, mulai Senin aku mulai jadi mahasiswa baru". melati menceritakannya dengan hati lega dan ekspresi bahagia namun tidak bagi Bian, "Ko kamu ga bilang sama mas, kalo kamu niat kuliah, kenapa baru sekarang kamu bilang terus senin kamu udah masuk kuliah" melati berubah wajahnya menjadi murung dan ada rasatak enak hati pada suaminya. "maaf mas, aku sebenarnya sudah lama daftarnya, ikut ujian juga sudah lama, aku ga berani mengatakan ini karna aku belum berani bicara sama mas, karna pada saat itu mas tidak ingin melihat apalagi berbicara denganku" Bian terdiam "mas, tenang saja, biaya kuliahnya sudah aku bayar, dan aku janji biaya semesternya juga aku pakai uang aku sendiri, aku ga mau ngerepotin mas Bian." Bian merasa bersalah "Mel, maaf mas ga bermaksud menyakiti kamu, pakai ini untuk keperluan kamu juga kuliah kamu, tapi mas memiliki persyaratan jika kamu ingin melanjutkan pendidikan kamu" melati terkejut "apa?" tanya melati "kamu harus berhenti kerja, saya tak ingin melihat kamu bekerja lagi, orang akan mengira saya ini suami yang pelit untuk biaya kuliah saja harus bekerja padahal suaminya seorang CEO, kamu nanti bisa bekerja di kantorku Kalo kamu mau tapi itu nanti setelah kita memiliki anak" melati terkejut dengan perkataan Bian yang terakhir. "memiliki anak," Bian mengangguk "tapi, aku sebenarnya masih ragu, apa aku bisa menjadi seorang ibu".
"aku, ga mau mamah kecewa, mamah ingin kita segera punya anak, kalo kamu mau dengan syarat yg diberikan kamu saya ijinkan kuliah tapi kalo ngga ya, kamu kerja uangnya buat saya dan kamu tetap hamil" melati terkejut "loh kok, gitu" Bian mengangkat kedua bahunya. "itu pilihan hidup namanya" melati belum menjawab. Bian pergi meninggalkan melati.
***
bersambung