Chereads / Bukan Salah Perjodohan / Chapter 11 - part 11

Chapter 11 - part 11

***

bagian ini mengandung unsur dewasa

Bian mencoba mencium kening melati, dan menjalar ke bibir milik melati Bian begitu menikmati ciumannya sampai melati kehabisan nafas, di lepaskan ya ciuman Bian "aku sesak nafas mas" Bian tersenyum. Bian tak menghiraukan perkataan melati ia kembali mengulum bibir manis milik melati yang membuatnya nagih, melati masih belum bisa membalas ciuman Bian karna ia masih canggung baru pertama kalinya ia berciuman. "balas ciumanku" bisik bian. melati mencoba membalas ciuman Bian. membuat semakin b*****h kali ini ciuman Bian berpindah, ia memberi tanda merah di setiap kecupan tubuh melati, ia melepaskan penutup pakaian melati sehingga tubuh melati terbuka, ia melepas pakaian melati yang tersisa hanya bra dan segitiga milik melati. ia terus mencium tubuh melati yang membuat melati menggeliat seperti cacing kepanasan, Bian melihat reaksi melati seperti itu justru semakin bersemangat, "aku mulai coba masuk ya, kamu bisa tahan kan sebentar, karna akan sedikit sakit, jangan kuatir aku akan melakukannya pelan-pelan, supaya kamu tak terasa sakit." melati mengangguk Bian melepas kait bra dan celana dalam milik melati, dikecupnya dan dikulumnya secara bergantian gunung milik melati yang tak terllu besar. semakin bergairah secara perlahan Bian memasukan miliknya ke milik melati.

***

Setelah pelepasan Bian mengelus dahi melati yang basah karna keringat, melati sedikit malu wajahnya seperti kepiting rebus, "mas, kedengaran mamah ga ya tadi, pasti aku tadi berisik" Bian terkekeh "ngga, ini kedap suara kok, jadi aman" melati menarik nafas lega "syukurlah, kalo gitu" Bian mengernyitkan dahinya "memangnya kenapa, kalo kedengaran mamah, kan mamah yang nyuruh tadi". melati mencubit perut Bian "berarti kalo mamah ga nyuruh, mas ga mau ngelakuinnya" Bian tersenyum "emmm... ngga.." melati sedikit kecewa dengan perkataan Bian. "ngga sekali, tapi maunya berkali-kali." melati tersenyum "mas" Bian memeluk melati 'bianbian dasar bodoh, udah ngelwatin setahun baru sekarang kamu nyesel kenapa ga dari dulu. Batin Bian ia masih memeluk melati. tiba-tiba adik yang dibawah mulai bangkit lagi sehingga mereka melakukannya berulang kali.. Bian tak kenal lelah namun melati sudah menyerah ia sudah ingin mengakhiri perggulatannya dengan Bian. ketiga kalinya melati mulai mencoba perlawanan sehingga membuat aldrenalin Bian tertantang lagi namun melati sudah tak kuat. "ada perlawanan bikin aku ketagihan" bisik bian "apa sih mas, udah dulu aku capek mas" melati tak menghiraukan permintaan Bian. "sekali lagi" melati menggeleng. terpaksa Bian menuruti melati.

***

Melati bangun ia melepaskan pelukan Bian ia kemudian bergegas membersihkan tubuhnya dan menunaikan sholat subuh, namun ia merasakan kesakitan ia bangunkan Bian, dan Bian pun membantu melati membopongnya ke kamar mandi, Bian mengajak melati berjamaah. setelah selesai melati mencium tangan Bian, dan Bian pun mengecup kening melati. Bian menarik kembali melati untuk masuk ke dalam selimut "mas, Uda subuh aku mau nyiapin sarapan ga enak kan sama mamah" Bian berbisik "sekali lgi aja" melati tak kuat dengan sentuhan-sentuhan Bian yang membuatnya juga ikut b*****h. kali ini melati sudah bisa mengimbangi gerakan suaminya meski masih ada sedikit ngilu, kali ini Bian justru di buat limbung oleh melati, Bian merasakan gerakan melati membuatnya begitu nikmat, kini melati sudah tak merasa malu lagi ia yakin dengan cara seperti ini Bian bisa menerima dirinya, ia bertekad akan memuaskan Bian dalam urusan apapun supaya Bian tak lari keperluan wanita lain. "mas, aku ingin...." mereka sama-sama menumpahkannya bersamaan. Bian tak habis-habisnya menciumi melati karna merasa dirinya telah puas, "aku siapin air hangat mau?" melati mengangguk "masih sakit?"tanya bian kawatir" melati menggeleng "sudah ngga, cuma masih terasa aneh," Bian tersenyum "nanti juga terbiasa" jawab Bian. namun melati melihat sprey tempat tidur yang berantakan serta ada bercak darah sana-sini membuat dirinya merasa malu. "mas,aku beresin kasur dulu banyak d.....h" Bian tersenyum "terserah kamu saja," Bian merasa bersyukur telah mendapatkan istri yang masih benar-benar menjaga kehormatannya. "makasih ya" Bian berbisik sambil membantu melati mengganti spreynya, melati menoleh ke arah Bian "untuk apa?" Bian kembali berbisik "udah menjaga kehormatan kamu, sehingga aku yang pertama menikmatinya" melati tersipu membuat bian semakin gemas, Bian tak tahan untuk tidak mencium bibir melati. "mas... sudah siang ga enak sama mamah, mas juga harus masuk kerja ya kan" Bian sebenarnya malas bekerja ia ingin berlama-lama dirumah. "Mel, kalo kamu berhenti kerja gimana?" melati terkejut sebenarnya ia takut jika nanti ia terus mengandalkan suaminya ia merasa tak enak hati. "tapi..." Bian meyakinkan melati dan harus menuruti perkataannya, Bian paling tidak suka dibantah "aku coba bicarakan ini pada Bu ai, karna bu ai uda mempercayakan toko kuenya ke aku mas". Bian masih tak ingin dirinya dibantah dan meninggalkan melati untuk membersihkan dirinya lagi, melati menunggu Bian selesai mandi, setelah Bian selesai barulah melati masuk ke kamar mandi. sambil memikirkan perkataan Bian barusan ia mencari alasan untuk berhenti bekerja pada Bu ai.

***

Melati benar benar kesiangan sampai-sampai sarapan sudah disiapkan oleh mamah mertuanya. "Sarapan dulu Bian, melati" melati jadi tak enak hati tidak seharusnya mamahnya yang masak. melati melirik Bian ia ingin menyalahkan Bian karna permintaannya ia kesiangan, "maaf mah ga bantuin masak" mamahnya tersenyum "ga papa, mamah ngerti kok, tadinya mamah mau bangunin kamu untuk bantuin masak, terus kayanya mamah denger ada suara-suara aneh, mungkin Bian sedang mengigau makanya suaranya kedengar kenceng banget" melati langsung memerah wajahnya, "oh. iya tadi Bian tidur nyenyak banget mah, bisa jadi lagi ngorok, melati ga bisa tidur karna ngedenger suara Bian yang ngorok kecapean mah" alasan Bian. "masa.. tapi mamah dengernya bukan ngorok, tapi gini, lebih cepat lagi Mel, bagus Mel, kamu luar biasa hebat" Bian tersedak dengan ucapan mamahnya apa yang diucapkan mamhnya sama persis seperti apa yang di ucapkannya tadi, "pelan-pelan mas" melati menyodorkan segelas air minum pada Bian."oh itu tadi... " mamahnya tertawa kencang "haha.. udah ga usah malu" Bian hanya nyengir dan melati tersipu malu.

***

bersambung