Paginya melati menyiapkan sarapan seperti biasa ia memasukan bekal makan siangnya, dan menata masakan untuk ia makan bersama Bian sarapan pagi. tiba-tiba ada bunyi klakson mobil yang cukup mengagetkan mereka berdua Karen pagi ini mereka merasakan canggung. sejak kejadian semalam.
"Biar aku yang buka, mas," ujar melati saat melihat Bian berusaha bangkit dari tempat duduknya.
Ternyata yang datang adalah Danu adik Bian
"Assalamuallaikum, Mel "
"Walaikum salam Mas Danu" meski Danu adik iparnya, tapi tidak merubah panggilannya kepada Danu. Melati mendorong pintu pagar, agar mobil Danu bisa masuk ke halaman rumah. Setelah Danu memasukan mobil, Melati kembali menutup pagarnya.
Danu turun dari mobil dengan beberapa map di tangannya.
Mas Danu mau ikut Sarapan di sini?" Tanya Melati
"Masak apa Mel?" Danu balik bertanya.
"Sayur bening, ikan Nila goreng, sama sambal Terasi," jawab Nur.
"Waah siip tuh, aku Sarapan di sini saja, sesekali merasakan masakan kakak ipar, ayo aku bantu Mel biar cepat," sahut Danu sambil terkekeh, lalu ia bangkit dari duduknya, dan mengikuti langkah Melati menuju ruang makan. Danu duduk di kursi makan depan kakaknya ia menyendokan nasi ke piringnya Danu makan dengan lahap "enak bener ini masakan sarapan kalo tiap pagi kaya gini hmm bisa gemuk gw" ucap Danu, Bian setelah selesai makan ia meraih map-map yang dibawa oleh Danu, dan mulai memeriksanya satu persatu, sebelum ia tanda tangani.
Melati membereskan piring kotor ke dapur di bantu oleh Danu.
Bian mengangkat kepala dari berkas-berkas di depannya, saat mendengar tawa Danu, dan Melti dari dalam dapur. Bian merasa penasaran, apa yang mereka bicarakan, sehingga tawa mereka terdengar begitu riang.
berusaha fokus pada berkas-berkas yang harus ia tanda tangani. Tapi suara tawa dari dapur sungguh membuatnya ingin beranjak dari duduknya, dan segera masuk ke dapur.
"Apa yang kalian tertawakan, mengganggu pekerjaanku saja!" Serunya dari ambang pintu dapur. Sontak Danu dan Melati menolehkan kepala.
"Maaf Mas, kami berdua lagi mengenang masa kecil," jawab Danu sambil membantu membereskan piring yang sudah di cuci melati.
"Hhhhh, jangan tertawa terlalu keras!" ujar Bian sebelum meninggalkan ambang pintu dapur.
"mas Danu sih, Mas Bian jadi marahkan," Melati menatap Bian dengan wajah cemberut.
"Dia memang pemarah, kamu sering dimarahinya juga, Mel?" Tanya Danu. Melati menggelengkan kepala, bibirnya berusaha mengukir senyuman. Melati tidak ingin, apa yang terjadi di dalam rumah tangganya selama satu tahun ini, terungkap pada siapapun.
"Kalau dia marah, tabahkan saja hatimu ya Mel. Dia marah tidak pernah lama, meledak-ledak, lalu padam dengan sendirinya" ujar Danu
"Iya Mas Danu," kepala Melti mengangguk.
***
Setelah selesai Danu berangkat di ikuti oleh Bian. "makasih ya Mel untuk sarapannya, lain kali gw makan atau sarapan disini lagi" Bian melorotkan matanya pada adik kandungnya. Danu hanya cengengesan "iya mas, boleh" melati justru berhasil membuat hati Bian semakin tak karuan, baru kali ini Bian menatap melati dengan tatapan penuh arti.
"aku berangkat ya Mel" ucap Danu Bian hanya diam saja setelah Danu pergi barulah Bian pamit "mau aku antar Mel ke tempat kerj kamu? tanya bian" melati menggelengkan kepalanya "makasih mas aku masih harus membersihkan rumah terlebih dahulu" Bian mengangguk. ia berangkat tanpa mengulurkan tangan nya layaknya suami istri.
***
Sampai ditempat kerja Melati dipanggil oleh bosnya "Mel, bisa kita bicara sebentar" melati mengangguk ia sedikit gugup ada apa bunda ai memanggilnya "Mel, Alhamdulillah penjualan kue kita meningkat bahkan banyak artis ibukota yang tertarik dengan wedding cake kita serta banyak pembeli yang puas dengan rasa cake, brownies kita karna rasanya empuk, hari ini ada acara kuliner yang menampilkan sipembuat cake ia ingin masukan toko kita ini ga cuma masuk YouTube tapi masuk televisi" melati masih bingung dengan ucapan bunda ai "maksud bunda aku nanti memperagakan cara membuat kue dari tahap awal sampai akhir gitu, tapi hanya setengah badan kan bunda wajah aku ga keliatan kan" bunda ai tersenyum "kamu ini gimana tar dikira hantu dong ga ada kepalanya ya mesti ada lah nanti kamu yang akan memperagakan cara membuat kuenya" melati tersenyum ia ragu "tapi bund wajah aku kan ga enak di pandang tar malah acaranya ga ada yang tertarik lagi" bunda ai menepuk punggung melati "kata siapa kamu tak sedap dipandang nanti tinggal poles dan cara kamu menerangkan kepelanggan aja banyak yang tertarik dengan promosi kamu apalagi kamu cuma tinggal ngomong bahan dan alat yang digunakan apa saja udah pasti banyak peminatnya, hari ini fotografer dan makeup artis akan datang kesini" melati menarik nafas panjang "kalau bunda mempercayakannya aku insyaallah siap".
"nah itu kekey dan Frans datang" bunda ai mengenalkan mereka berdua. "maaf sebelumnya apa aku pantas untuk melakukan nya sebenarnya aku ga pede dengan diriku sendiri"
"kamu pasti bisa Mel dari suara kamu saja aku yakin semua orang pasti tertarik, apa yang kamu ragukan Mel" ucap kekey "acara seperti inikan aku pernah lihat di tv swasta yang pembawa acaranya tuh cewek cantik, seksi dan ngomongnya pakai bahasa Inggris aku mana bisa, dari wajah saja sudah kalah bahasa apalagi" Frans mendekati melati "cantik itu ga cuma dari luar Mel tapi dari dalam, aku liat kamu menarik banyak perempuan cantik tapi tak menarik kamu justru berbeda kamu menarik Mel jarang didapat dari wanita lain Mel" kekey dan bisa ai tersenyum "benar banget tuh meski kadang Frans suka gombal tapi kali ini ucapannya benar"
"rumah kamu dimana Mel nanti pulang sama aku mau?" Frans menggoda melati
"jangan macam-macam melati sudah menikah" kata kekey
"beneran Mel, memang usia kamu berapa Mel ?" tanya fran kembali "19 tahun" fran tersedak "hah ya ampun kamu masih muda sekali trs kamu nikah usia berapa?" cecar Frans "usia 18,lulus sekolah aku langsung menikah, pengennya sih kuliah dulu tapi terbentur biaya" ucap melati.
****
bersambung