Sesampainya dirumah mertuanya seperti biasa melati menuju dapur untuk menyiapkan makan malam agar ketika selesai magrib makanan sudah siap.
melati di kagetkan dengan suara Sofi "hai Mel apa kabar kamu? ko ngomong-ngomong kapan kamu punya anak Mel pdahal kan Uda lama kalian nikahnya, mending kamu periksa kandungan siapa aku kamu mandul kasian kan mas Bian" melati kesal dengan ucapan saudara jauh dari Bian yang tibatiba datang. Sofi memang menyukai Bian dari dulu ia memilih pengusaha tua kaya raya dengn harapan jika nanti suaminya meninggal warisannya akan menjadi miliknya.
"banyak orang yang sudah menikah bertahun-tahun tapi tak memiliki anak kita baru satu tahun dan kita juga masih saling mengenal seperti masih ingin berpacaran" melati pergi meninggalkan Sofi ia tak ingin pernikahan dengan Bian tercium oleh Sofi kalau da yang tidak beres.
mereka makan bersama setelah melaksanakan sholat Maghrib. Sofi juga ikut makan bersama ia sengaja ingin dekat dengan Bian diseretnya kursi di samping Bian namun Bian menolak "geser itu kursi milik melati " awalnya Sofi tak ingin pindah namun mamahnya Bian juga ikut berbicara mau tak mau Sofi bergeser.
***
Hujan turun rintik-rintik menambah Sahdu dalam keheningan Bian berdiri di depan jendela memandang langit tanpa bintang ia teringat akan sosok Saskia
'kenapa kamu mencintai orang lain bukan aku yang kamu cintai' tiba-tiba teringat sosok RafiĀ 'ah untuk apa aku mempertahankan cinta yang bukan untuk ku, aku akan memulai kehidupanku yang baru'
masih berdiri di depan jendela sambil menyilang kan kedua tangannya Bian terus merenung.
***
Melati melihat Bian di depan jendela ia terbangun karna ingin buang air kecil ia diam-diam bangun dan berlari menuju kamar mandi setelah selesai ia kembali tidur di bawah dengan menggunakan selimut tebal. Bian melihat melati yang sedang tertidur 'tak ada salahnya jika mencoba'
ke esokan harinya mereka pamit pada kedua orangtua,nenek dan juga Danu "padahal kamu tinggal disini ga papa melati jarak Cilegon Tanggerang kan ga jauh kamu bis apulang pergi berdua dengan Bian" melati hanya tersenyum "kami ingin mandiri mah disana" ucap Bian "kami pamit mah, pah, nenek" ucap melati "mas Danu jaga nenek, mamah juga ya" Danu tersenyum "siap teh".
Melati dan Bian akhirnya pulang kerumahnya tanpa ada kata sedikitpun yang terucap antara Bian dan melati, Bian yang memikirkan bagaimana caranya agar ia dan melati bisa saling dekat karna ia terlanjur janji pada ibu dan neneknya.
***
Setelah sampai dirumahnya hanya 2 jam perjalanan melati seperti biasa ia tak ingin menatap suaminya karna ia takut justru nanti sakit hati. melati hendak ke kamarnya namun tangan Bian menahannya melati kaget "ada apa" tanya melati "kamu kerja hari ini" melati menggeleng "tidak aku ijin 4hari lagian kalo sekarang aku masuk nanggung audah jam 10 besok baru aku masuk" Bian berusaha mencoba memperbaiki hubungannya dengan melati "kamu mau ke pasar?" melati mengangguk karna ia juga ingin membeli sesuatu di pasar "masak agak banyak mungkin nanti aku akan makan siang dan makan malam dirumah" melati kaget perubahan Bian jauh berbanding terbalik dari sebelumnya melati bahkan ingat masakannya saja tak pernah ia sentuh. melati hanya mengangguk "ambilah ini terserah kamu mau belanja untuk keperluan di dapur selama beberapa hari ini" Bian mengeluarkan sepuluh lembar uang berwarna merah "ini terlalu banyak mas, aku masih punya uang untuk beli keperluan dapur" Bian tersenyum "anggap saja ini biaya untuk aku makan selama beberapa hari agar aku tak malu meminta makan dari hasil uang istri" melati menerima uang pemberian Bian. "mau aku antar? sekalian aku ada perlu ke kantor" melati mengangguk dengan ragu "aku simpan ini dulu" ia memperlihatkan tas berwarna coklat berisi oleh-oleh dari neneknya.
***
Melati turun dari mobil suaminya ia berjalan menuju pasar dan berbelanja keperluan rumahnya dan setelahnya ia naik ojek online.
Melati memasak gremasem ayam kampung, sambal terasi, dan lalapan. masakan sudah tersedia di ruang makan ia tak yakin suaminya akan pulang namun lamunannya buyar saat mobil yang dikendarai suaminya datang. melati merapihkan dirinya awalnya ia ingin masuk ke kamar namun ia urungkan justru ia membuka pintu rumahnya. melati masih tak memperlihatkan wajahnya ia masih seperti biasa menunduk, "aku sudah masak tapi tadi kehabisan ikan segar jadi aku memutuskan untuk membeli ayam kampung. bian mengangguk kemudian ia langsung menuju ruang makan melati mengikuti dari belakang mereka duduk berdua melati menyendokan nasi di atas piring Bian setelah habis Bian menyodorkan lagi piring ke melati untuk diambilkan lagi "sudah cukup" melati senang Bian mau makan masakan dirinya dengan sangat lahap. tak dipungkiri oleh Bian masakan melati sangat enak jauh lebih enak dari mamahnya. "nanti malam makannya masih sama?" tanya bian "oh, tadi yang aku masak hanya separuh nya yang aku buat gerem masem sisanya aku bikin untuk ayam bakar nanti malam" Bian mengangguk Bian ternyata mengagumi cara melati agar masakannya tak bosan meski masih satu bahan. "oh baiklah, mungkin aku akan balik lagi ke kantor abis sholat duhur" melati mengangguk. melati sangat senang Bian menunjukan sikap manisnya pada dirinya.
bersambung