Chereads / Bukan Salah Perjodohan / Chapter 3 - part 3

Chapter 3 - part 3

Melati dan Bian pergi kerumah orang tua Bian, didalam mobil mereka berdua hanya terdiam tak ada kata yang keluar dari mulut masing-masing, hanya ada suara musik yang bersenandung melati hanya fokus melihat jalanan ia tak menoleh sedikitpun ke arah Bian, demikian Bian ia hanya fokus mengendarai mobilnya, ponsel melati berdering "assalamualaikum"

"walaikum salam, Saskia"

"kamu bener mau pulang kampung ya?"

"iya ini lagi di jalan mungkin sekitar dua jam lagi sampai"

"aku ga sabar Mel pengen ketemu kamu, ga sabar mendengar cerita dari kamu kapan Axel punya adik dari Tante melati"

"aku juga ga sabar ingin ketemu kamu dan menendong Axel"

"kalo udah sampe jangan lupa kabari aku ya"

"iya sas, salam buat paman Raffi ya"

"nanti aku sampaikan salam mu"

"assalamualaikum Mel"

"walaikum salam"

melati menutup ponselnya masih tak bersuara, 'saskia andai kamu memilih aku menjadi suamimu mungkin aku tak akan menderita seperti sekarang'

****

sesampainya dirumah keluarga bian mereka disambut oleh mamah dan neneknya Bian

"assalamualaikum, mah nek" melati mencium tangan mertuanya. "walaikumsalam Mel,pasti kamu lelah, ayo masuk"

bian mencium kening mamah juga neneknya "gimana kabar nenek dan mamah?" tanya bian "Alhamdulillah baik sayang"

melati diarahkan ke kamar Bian, dan melati meletakan tas nya di kamar melati tahu diri ia dan suaminya tak mungkin bersama dalam satu kamar ia juga tak ingin suaminya jijik melihat dirinya.

***

Melati membantu mertuanya di dapur untuk menyiapkan makan malam mertuanya tahu melati pintar memasak semua hidangan malam ini melati yang memasak.

masakan sudah siap di meja makan mereka berkumpul ada ayahnya, ada Danu, ada nenek ada mamahnya dan yang terakhir ada suaminya Bian.

"hmm, masakan kamu enak Mel, sedap" ucap neneknya Bian mereka pun mengatakan hal yang sama kecuali Bian. ia hanya menikmati makan malamnya tanpa berkata apapun. "Bian mamah ingin kamu dan melati memeriksakan kondisi kesuburan kalian berdua besok"

bian kaget mendengar itu "tak usah lah mah, kami sehat lagian kami mau merasakan berdua layaknya anak muda yang masih pacaran

'pintar sekali kamu mas mengatakan kita seperti masih pacaran, kamu menyentuh aku saja tidak, bagaimana mungkin kita baik-baik saja'

"nenek ingin disisa umur nenek masih bisa menimang cicit ku dulu"

"sabarlah nek nanti juga pasti akan ada waktunya, beri aku waktu selama 7 bulan mah jika memang selama 7 bulan ini tidak hamil aku bersedia memeriksa kesehatanku, namun apabila dari kami yang mandul bagaimana mah"

"kami akan mengambil tindakan untuk kamu dan melati untuk mengadopsi bayi."

"jika itu datang dari aku mah apakah tidak adil bagi melati ia juga ingin merasakan memiliki anak kandung"

"pintar sekali kamu mas apa kamu sebut ini adil kamu menyetuh saaya saja tidak itu yang kamu bilang adil'

"baiklah mamah akan memberikan kalian waktu" Bian menganggukan kepalanya,

***

Melati memilih tidur dibawah dengan beralaskan matras dan selimut baginya ia sudah terbiasa tidur tanpa alas yang empuk

meski beralaskan matras melati tetap tidur nyenyak ia tak perduli dengan suaminya. Bian masuk ke kamarnya dengan ragu Bian kira melti akan tidur di tempat tidurnya berdua nyatanya dia tidur berpisah.

'hmm baguslah dia tau diri'

Bian justru yang tak dapat tidur ia terus saja memikirkan perkataan mamahnya, jam 2 baru Bian sudah bisa tidur Mel justru bangun untuk menunaikan sholat tahajud.

***

sudah subuh Mel awalnya hendak membangunkan suaminya namun ia mengurungkannya ia Takus suaminya marah. ia kedapur untuk menemui ibu mertuany membantu menyiapkan sarapan. "bian mana sudah bangun" tanya ibunya "ehmm oh belum masih tidur mah"

"oh mungkin cape lelah sudah mau repot bikinkan cucu buat kita"

makjlebb 'boroboro mau buat cucu disintuh aja engga'

"hah ngga mah" mertuanya berusaha menggoda "sudah bangunkan suamimu sarapan sudah siap. melati mengangguk ia ragu perlahan ia buka pintu kamar suaminya, beruntung Bian sudah bangun melati tak perlu repot membangunkan awalnya melati hendak keluar lagi namun bian bertanya sehingga melati terhenti "apa?"

"oh ngga mamah nyuruh sarapan di bawah" Bian mengangguk melati kembali ke tempt mertuanya.setelah berkumpul baru mereka sarapan bersama. sungguh bahagia melihat keluarga ini.

"Mel nanti kamu diantar pa darma ya untuk kerumah nenek kamu kami akan mengontrol lokasi untuk membuka cabang restoran dan hotel"

"iya mah ga papa"

stelah selesai makan melati pergi ke rumah neneknya ia sangat rindu dengan neneknya diusia yang sudah tak muda lagi nenek masih saja sehat dan tak pernah mengeluh dengan segala kekurangan dalam hidupnya. sedangkan Dani,Bian, mamahnya juga papahnya pergi ke lokasi yang akan dibangun sebuah penginapan dan restoran.

***

Sesampainya dirumah neneknya melati langsung membuka pintu rumah neneknya bertapa terkejutnya ia neneknya meski sedang terlihat tak sehat ia masih saja berjualan meski sekarang sudah tak lagi memeulung ia berjualan kue lapis yang nanti akan dibawanya ke warung-warung yang berjualan makanan. "assalamualaikum nde (nenek)"

"walaikum salam masallah Putune ende (cucu nenek)" mereka saling berpelukan merasakan rindu yang luar biasa andai saja melati boleh memilih ia lebih memilih hidup dengan nenekny dari pada tinggal dengan suaminya.

air mata melati tak terasa jatuh ke pipinya, namun ia buru buru untuk menghapusnya ia ak ingin neneknya mengetahui bahwa dirinya menderita, "Putu Ende tambah ayu, Ende kangen (cucu nenek tambah cantik, nenek kangen).

mereka berbincang sambil membuat kue lapis ketan tak terasa waktu sudah sore keluarga Bian menjemput melati. masih ada rindu diantara mereka namun melati tak dapat menolak ia juga di Cilegon hanya dua hari besok ia sudah harus kembali. melati pamit pada neneknya "nde Mel mantuk kerehen gih jahe kesehatan Ende,( nek Mel pulang dulu ya jaga kesehatan nenek)" Mel menyelipkan uang 5 lembar berwarna merah, Mel sengaja menyisihkan sisa gajiannya untuk keperluan neneknya meski Mel menitipkan pada Saskia tiap bulan walupun tak tentu berapa besar yang dia berikan bulan ini beruntung Mel bisa mengirit ia bisa menyisihkan gajihnya lebih dari biasanya.

melati masuk ke dalam mobil menunggu mertuanya sedang berbincang dengn neneknya.

****

bersambung...