Tidak seperti sebelumnya, kali ini, Sabel lebih banyak diam. Lian pun seketika menjadi bingung. Apa perkataannya tadi ada yang salah? Atau ia pernah tidak sengaja menyingung perasaan Sabel?
"Sabel, maaf!" ucap Lian.
Sabel seketika menghentikan langkahnya, yang membuat Lian ikut menghentikan langkahnya. Kali ini, Lian bisa melihat bahwa Sabel tengah tersenyum manis ke arahnya.
"Lah, minta maaf kenapa? Lo gak berbuat salah kok ke gue," ujar Sabel. Lian pun sontak menyatukan kedua alisnya.
"Sikap lo beda. Gue kira, gue baru saja bikin salah sama lo, jadi gue minta maaf," jelas Lian. Detik itu juga, Lian menganggukkan kepalanya.
"Kalau lo pengen minta maaf, minta maaf aja ke Alka nanti. Jangan ke gue, gue gak berhak menerima maaf dari lo, justru gue yang harusnya minta maaf ke elo," balas Sabel.
"Hah? Maksudnya?" Lian lantas menaikkan sebelah alisnya.
"Gue harus minta maaf ke elo, karena …." Sabel tampak menghela napasnya berat.
"Karena apa?" tanya Lian penasaran.
"Karena kita sekarang nyasar dan gue gak tahu kita lagi ada di mana, peach!" cerocos Sabel sembari mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya.
DEG!
Lian meneguk salivanya susah payah. Ia mengamati kiri dan kanannya, banyak sekali pohon besar yang mengerubunginya. Jangan ditanya lagi, sudah pasti, Lian tidak mengenal tempat ini sama sekali.
"Terus kita gimana anjirrr!" teriak Lian panik.
"Sabel, gue takut ada binatang buas. Tolongin gue, gue takut, gue gak mau dimakan!" cerocos Lian sembari memeluk tubuh Sabel erat-erat. Namun, Sabel malah meledakkan tawanya.
"Selamat, jebakan April Mop!" seru Sabel.
Dengan penuh rasa gemas, Lian seketika mendorong tubuh Sabel. Orang di hadapannya ini memang rada rese ya. Jika saja, wanita di hadapannya ini bukan seorang Tuan Puteri, sudah Lian ajakin baku hantam sejak tadi.
"Kita gak nyasar kok, beberapa meter lagi, kita bakal sampai di air terjun pelangi. Di sana, kita harus ketemu sama naga pelangi, dan bernegosiasi supaya naga pelangi mau memberikan berlian pelangi di dalam tubuhnya ke kita," ujar Sabel. Walaupun kabar baik, tetap saja terdengar menyebalkan di telinga Lian.
"Gak nge-prank lagi kan, Bel?" tanya Lian dengan sorot mata curiga. Sabel lantas menggelengkan kepalanya.
"Enggak, gue serius. Gak percaya? Kalau gak percaya, coba lo buktiin sendiri," sahut Sabel. Lian lantas berkacak pinggang.
"Ih, Sabel! Lo gak lagi ngerjain gue lagi kan?" decak Lian.
"Enggak, Lian. Coba lo dengerin baik-baik, kalau lo denger suara gemericik air, tandanya gue gak bohong!" titah Sabel. Lian mengembuskan napasnya. Dengan seksama, ia pun mulai menajamkan pendengarannya.
Semakin Lian menajamkan pendengarannya, semakin terdengar pula suara gemericik air tersebut. Detik itu juga, Lian percaya bahwa Sabel sedang tidak mengerjainya.
"Yuk, ketemu naga!" ajak Lian. Mendengar hal itu, Sabel seketika meledakkan tawanya.
"Baru kali ini, gue denger ada orang yang pengen ketemu naga hahaha!" kelakar Sabel.
"Jangan salah, di dunia gue, Naga itu penyanyi bersuara bagus dan juga berwajah ganteng, pernah trending pada zamannya tahu!" cerocos Lian. Sabel pun menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Dunia lo unik juga ya, naga yang gue tahu sih, yang bentukannya nyeremin," sahut Sabel.
"Naga di dunia gue malah ada yang warnanya putih, jadi iklan susu pula," ceplos Lian.
"Gue baru nyadar kalau dunia kita itu ternyata banyaaakk banget perbedaannya ya, Lian. Lain kali, gue nyoba tinggal di dunia lo ya, boleh kan?" Sabel tampak menaik-turunkan kedua alisnya.
"Boleh, asal jangan nginep di rumah gue aja. Entar yang ada, gaun lo bisa dijual sama emak gue, tau sendiri, emak gue paling doyan yang namanya duit," ceplos Lian. Detik itu juga, Sabel langsung menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Ngeri juga. Eh buruan lanjutin perjalanan, yuk! Energi gue udah mulai terkuras, entar keburu butuh hibernasi. Kalau masih dalam perjalanan kan repot jadinya. Masa gue hibernasi di jalanan, pesona gue turun tahta dong!" ajak Sabel sembari menarik tangan Lian. Mendengar ocehan dari Sabel, membuat Lian seketika meledakkan tawanya.
"Gak papa juga sih kalau lo hibernasi di sini. Kan jadi mirip-mirip Snow white. Bedanya, kalau Snow white dicium pangeran, kalau elo nanti bisa dicium naga pelangi hahaha!" ledek Lian. Sabel seketika menghela napasnya.
"Enak aja. Baru kali ini loh gue bisa terbully hahaha!" timpal Sabel.
Mereka berdua terus menerus melemparkan lelucon. Hingga tanpa sadar, mereka telah sampai di tempat air terjun pelangi berada.
Lian seketika membelalakkan kedua matanya. Ia sungguh-sungguh melihat bahwa air terjun di depan matanya ini sungguh berwarna-warni. Tidak seperti air terjun di dunianya yang cenderung berwarna putih transparan.
"Ini benar-benar air terjun pelangi?" tanya Lian memandangi deretan warna pelangi yang turun ke bawah.
"Iya, udah ketebak kan dari warna air terjunnya?" sahut Sabel. Jujur saja, Sabel juga sedikit terpukau. Meski ini bukan kali pertama, ia mengunjungi air terjun ini.
"Naganya di mana, Sabel?" tanya Lian.
"Gue juga dulu pernah ke sini, tapi gak ketemu naga pelangi. Namun, menurut mitos yang gue dengar dari mulut ke mulut, di balik air terjun itu, adalah portal menuju ke dunia naga pelangi. Gimana, mau kita terobos?" tanya Sabel. Mendengar hal itu, Lian seketika menganggukkan kepalanya penuh rasa yakin.
"Iya, demi Alka!" seru Lian.
"Eh by the way, caranya menerobos air terjun gimana? Tau sendiri, air terjunnya deres gitu?" tanya Lian sembari menunjukkan jarinya ke arah air terjun itu.
"Ada gue, tenang aja!" sahut Sabel.
Sabel sontak saja menarik tangan Lian. Perlahan, Sabel dan Lian pun mulai menampakkan kakinya di atas air. Detik itu pula, Lian sukses berdecak kagum kepada sosok Sabel. Meskipun, Lian juga pernah sih menapaki danau, tetapi Lian bahkan belum uji coba menapaki sungai air terjun.
Perlahan, sosok Sabel dan Lian mulai masuk ke dalam air terjun. Tidak ada lagi suara gemericik air yang terdengar. Justru, di ruangan ini, sangat senyap.
"Naga pelangi lagi tidur!" bisik Sabel ke telinga Lian.
"Terus gimana?" tanya Lian sembari menatap lurus ke depan. Di sana, sudah ada sesosok naga yang sedang tertidur pulas.
PROK! PROK! PROK!
Secara tiba-tiba, Sabel mulai bertepuk tangan sebanyak tiga kali. Lian mengamati naga itu dengan lekat. Perlahan, kedua mata naga itu membuka. Terlihat sangat mengerikan.
"Sabel, naganya gak makan kita kan?" tanya Lian sembari bersembunyi di belakang tubuh Sabel.
"Bisa iya, bisa enggak," sahut Sabel. Detik itu juga, Lian langsung bergidik ngeri.
"Kalau dimakan, elo dulu aja yang dimakan ya, Sabel. Biarin gue lari duluan," ceplos Lian.
"Sembarangan lo, Lian! Gue juga ogah kali dimakan naga! Apa kabar dengan para fans gue!" keluh Sabel.
"Tenang, kita pakai cara ini aja!" cetus Sabel tiba-tiba.
Sabel tampak memejamkan matanya dengan kedua tangan terulur ke depan. Lian pun dengan sangat antusias mengamati setiap pergerakan Sabel.
"Taraaa! Rainbow cake sudah ready!" seru Sabel.
"Lah! Emang naga suka sama roti?" tanya Lian bingung. Sabel seketika mengendikkan bahunya.
"Entah. Yang penting ada warna pelanginya, siapa tahu dia suka," sahut Sabel dengan wajah tanpa dosanya.
Perlahan tapi pasti, Lian bisa melihat bahwa naga itu mulai mendekati sepiring roti yang ada di tangan Sabel.
"Sebutkan kedatangan kalian kemari!"
Sesaat kemudian, terdengar suara misterius yang menggelegar di gua yang sedang ditapaki oleh Lian dan Sabel. Lian sontak mengelus dadanya untuk menenangkan jantungnya yang nyaris meloncat keluar dari tubuhnya.