Mega tengah duduk berdua dengan Caldre di kantin rumah sakit. Hingga secara tiba-tiba, ada sebuah surat berwarna kuning kecokelatan yang muncul di meja. Melihat hal itu, Mega pun seketika menghentikan aksi melahap makanannya.
"Ma, kenapa?" tanya Caldre. Detik itu juga, menatap Caldre lekat.
"Kamu gak melihat apa yang ada di tanganku, Pa?" tanya Mega. Caldre malah mengernyitkan dahinya.
"Kamu seperti menggenggam sesuatu, tapi di penglihatanku, kamu sedang tidak memegang apapun, Ma," jawab Caldre.
"Memangnya ada apa?" tanya Caldre bingung. Detik itu juga, Mega menyadari bahwa ada keanehan dari surat itu.
"Ah, enggak kok, Pa. Lanjutin makannya, yuk! Kasihan nanti, Alka gak ada yang jaga," balas Mega.
"Eh, Pa, aku kebelet, aku ke toilet dulu, ya!" izin Mega. Mendengar hal itu, Caldre pun langsung menganggukkan kepalanya.
***
Mega melangkahkan kakinya menjauh dari area kantin. Ia juga berusaha mencari tempat yang sepi untuk membaca surat itu.
"Ini pasti surat dari dunia sihir," pikir Mega.
Mega akhirnya menemukan tempat yang lumayan sepi. Sebuah tempat di dekat area kamar jenazah. Tanpa pikir panjang, Mega pun seketika melangkahkan kakinya mendekat ke sebuah kursi panjang yang terpajang di dekat dinding.
Mulutnya terbuka lebar ketika membaca isi dari surat tersebut.
"Jadi, dunia sihir sudah mengetahui kalau waktu itu aku sudah memberikan jiwa murni Alka kepada Alva?"
Wajah Mega berubah menjadi sedih. Ia tahu betul, bahwa penghuni dunia sihir tidak akan segan-segan memberikan hukuman yang berat kepadanya, sebab, ia telah melanggar peraturan yang sangat sulit untuk ditolerir lagi.
HAH!
Mega menghela napasnya. Tanpa pikir panjang, ia pun segera melenyapkan surat itu dengan kekuatannya. Ia takut, jika Alka bisa membaca surat itu jika Mega tidak melenyapkannya lebih dulu.
***
Di samping itu, Alka mulai mengerjapkan kedua matanya. Dari desainnya, ia tahu bahwa ia sedang berada di rumah sakit. Tanpa pikir panjang, Alka berusaha mendudukkan dirinya dan menyandar ke dinding berwarna putih di belakangnya.
"Lah, Andra, lo di sini?" tanya Alka.
Andra yang sedang asyik menopang dagunya dengan mata terpejam itu seketika terkelinjat. Tangannya meleset dari area dagunya. Namun, beberapa detik kemudian, mata Andra mulai membulat lebar.
"Waaaa Alka! Akhirnya lo sadar juga! Tahu gak sih, gue paniikkk banget pas tahu lo masuk rumah sakit. Secara, lo jarang banget sakit, jadinya gue rada kaget. Gue kira selama ini lo robot yang gak bisa sakit!" pekik Andra panjang lebar sembari menghambur memeluk Alka.
"Yak, lo apaan sih, Ndra! Jauh-jauh dari gue, entar pacar lo si Feli itu cemburu!" pekik Alka sembari mendorong tubuh Andra. Mendengar hal itu, Andra pun langsung terkekeh pelan.
"Gak bakal cemburulah, kita kan cowok sama cowok. Toh, dia juga tahu kalau gue normal," sahut Andra santai sembari mendudukkan diri pada kursi di samping ranjang Alka.
"Eh, Ndra, gue beberapa waktu lalu ngimpi, gue melihat lo membunuh gue di mimpi," ujar Alka. Langsung saja, Andra meledakkan tawanya.
"Ya kali, gue bunuh orang, Ka! Bunuh nyamuk aja gue gak tega, aneh ya lo!" keluh Andra.
"Ya, gimana, namanya juga lagi ngimpi. Gue udah nebak sih, lo bukan tipikal orang yang bisa membunuh orang lain," sahut Alka.
"Eh, cewek yang ada di sana itu beneran sepupu lo?" tanya Andra setengah berbisik. Telunjuk tangannya kini ia arahkan ke Sabel yang tengah tertidur pulas dengan saling menyenderkan kepala di bahu Feli.
"Iya," sahut Alka sembari memutar bola matanya. Padahal mah bukan.
"Kenapa? Lo suka sama dia?" tanya Alka sembari menaikkan sebelah alisnya.
"Cantik sih, tapi nyebelin. Mendingan Feli kemana-mana!" ceplos Andra. Detik itu juga, Alka langsung terkekeh pelan.
"Emang iya. Dia tuh nyebelin banget sumpah. Tapi, dia gampang kalau disuruh-suruh," sahut Alka sembari mengedipkan sebelah matanya.
"Heh, gue nyari pacar ya bukan pembantu." Andra memutar bola matanya.
"Ya kali aja, pembantu cantik kan boleh juga, Ndra," ceplos Alka sembari mengedipkan sebelah matanya.
"Eh iya, kok gue gak lihat Alva sih? Emangnya dia kemana? Kok gak ada perhatiannya dikit sih sama kembaran sendiri!" sungut Andra. Alka langsung mengendikkan bahunya.
"Biasa, kan dia gak suka sama gue. Lo juga tahu kan kalau dari dulu, Alva tuh sering banget sebel sama gue," ujar Alka.
"Ya iya juga sih, tapi ya gak gini juga. Kan harusnya dia tuh ngerti posisi, kalau kembarannya sakit, ya setidaknya perhatian dikit kek. Kan pernah tuh, kalian hidup bareng di rahim yang sama, dari zaman belum jadi apa-apa, sampai jadi bayi, kan kalian sama-sama terus wahahaha," ceplos Andra.
"Ish apaan sih lo. Udahlah gak usah bahas Alva, entar kalau kupingnya berdengung kan kasihan," balas Alka.
"Lah, emangnya apa hubungannya kuping berdengung sama digibahin?" tanya Andra.
"Entah," sahut Alka sembari mengendikkan bahunya.
"Yeee gak jelas amat sih lo!" keluh Alka.
Saat Alka tengah asyik berbincang dengan Andra, secara tiba-tiba, Sabel menguap sembari merenggangkan otot-otot tangannya.
"Ish apaan sih lo, pake acara dekat-dekat gue segala!" pekik Sabel sembari mendorong tubuh Feli jauh-jauh.
Feli pun seketika mengerjapkan matanya. Ia tiba-tiba merasa linglung ketika dibangunkan secara paksa oleh Sabel. Melihat hal itu, Andra pun segera menyajikan senyuman lebarnya sembari melambaikan tangan kanannya.
"Hai, sayang, udah bangun?" ujar Andra. Feli pun langsung menyambutnya dengan anggukan kepala.
"Alka udah sadar?" tanya Feli dengan suara sedikit serak.
"Udahlah, ya kali gue tidur lama-lama hehehe, pegel tahu!" ceplos Alka. Langsung saja, Feli terkikik pelan sembari mengusap tengkuknya.
"Oh iya, Lian gak lo ajak ke sini?" tanya Alka. Mendengar hal itu, Andra dan Feli seketika mengerutkan keningnya.
"Tumben nanyain Lian, cieee naksir ya sekarang?" goda Andra sembari mencolek-colek pipi Alka.
"Aishh apaan sih, kalau iya kenapa?!" pekik Alka sembari menjauhkan tangan Andra dari area wajahnya.
"Inget, lo udah punya cewek ya, Ka. Terus kalau lo suka sama Lian, pacar lo mau lo kemanain?" sindir Andra.
"Apaan sih, orang udah putus juga," sahut Alka sembari menghela napasnya.
"Kenapa? Bukannya kalian itu pasangan bucin, kok bisa tiba-tiba putus sih?" tanya Andra penasaran.
"Karena …." Alka memandang Andra lekat-lekat. Bisa-bisa ia akan ditertawakan jika Andra sampai mengetahui alasan yang sebenarnya.
"Karena Alka salah beli berlian sama gue. Harusnya Alka beli yang berlian merah, tapi dia beli berlian merah yang ramuannya ketumpahan ramuan buat berlian kuning. Jadinya selesai deh hubungannya," sahut seseorang yang tiba-tiba berdiri di ambang pintu.
PFFFTTTT!
Andra, Sabel, dan Feli seketika berusaha menahan tawanya ketika mendengar penjelasan dari Lian. Sementara Alka, kini tampak mengerucutkan bibirnya.
"Gue sekalian bawain berlian hitam yang waktu itu lo tinggalin di bukit berlian," ucap Lian sembari berjalan mendekat ke arah Alka. Hal itu membuat Alka menaikkan sebelah alisnya.
"Kenapa lo bawa berlian hitamnya? Emangnya lo mau kehilangan gue?" Alka menatap Lian dengan pandangan tidak suka.