Beberapa hari kemudian….
"Ikut gue ke rumah mantan pacar gue!" ajak Alka. Lian seketika mendengus kesal.
"Elo sendiri yang minta gue buat ngasih berlian hitam itu kan?" Alka seketika menaik-turunkan kedua alisnya.
Mau tidak mau, Lian menganggukkan kepalanya. Bagaimana bisa, cowok di hadapannya ini mengajak cewek lain ke rumah mantan pacarnya? Benar-benar gila!
"Bukannya sebaiknya, lo istirahat di rumah dulu?" usul Lian. Namun, Alka malah menggelengkan kepalanya.
"Lo lupa ya kalau ada kalimat 'Time is money' jadi, lebih cepat lebih baik. Membuang waktu sama saja membuang uang!" seru Alka.
"Tapi kan kita gak lagi nyari uang, kita tuh mau nyari mantan lo!" bantah Lian.
"Ish, ngebantah mulu sih lo. Intinya, gak baik menyia-nyiakan waktu," sahut Alka.
"Cieee yang kalah berargumen terus kesel," goda Lian sembari menekan-nekan pipi Alka.
"Ya, lagian. Gue tuh sukanya sama elo sekarang, tapi lo malah nyuruh gue buat balik ke mantan. Gimana sih, lo?!" pekik Alka.
DEG! DEG! DEG!
Lian memegangi dadanya. Kalimat terakhir yang Alka ucapkan, sungguh membuat Lian tidak bisa berkata-kata lagi. Apa Alka sedang mencoba mengutarakan perasaannya? Tapi, kenapa sangat tidak romantis sekali?
"Kenapa?" tanya Lian.
"Karena gue yakin, lo jodoh gue nantinya. Maka dari itu, gue suka sama lo," sahut Alka. Lian hanya geleng-geleng kepala mendengar penuturan Alka.
"Gimana bisa lo tahu kalau gue itu jodoh lo? Gak usah sok tahu, seingat gue, Tuhan aja belum pernah bisikin gue tentang siapa jodoh gue ke gue kok!" protes Lian.
"Mau gue kasih tahu ke elo, sebuah alasan kenapa gue yakin kalau kita bakal berjodoh?" tawar Alka. Mendengar hal itu, Lian seketika bergidik ngeri.
"Udahlah, hentikan omong kosong ini. Kata lo, kita gak seharusnya buang-buang waktu kan? Ya udah, yuk, ke rumah mantan lo!" putus Lian sembari menggandeng tangan Alka.
"Oh iya, kata Bu Arda, barang-barang lo bakal diurus sama dia, jadi, kita bisa langsung menyelesaikan misi kita," ucap Lian. Alka tampak mengembuskan napasnya berat.
"Habis dari rumah mantan gue, gue bakal ajak lo ke suatu tempat, gimana, mau?" tawar Alka. Namun, Lian malah menggelengkan kepala dengan tangan kanan sibuk menjitak dahi Alka.
"Gak usah aneh-aneh! Lo masih sakit, jadi, habis dari rumah mantan, lo harus istirahat di rumah!" pekik Lian.
"Lo harus mau!" paksa Alka.
"Ya udah, terserah lo," sahut Lian.
Alka pun mulai menarik tangan Lian keluar dari mantan ruang rawatnya tersebut. Selanjutnya, ia mulai menghentikan taksi yang lewat di jalan raya depan rumah sakit.
***
Kini, Lian dan Alka telah menapakkan kakinya di depan sebuah rumah. Berhubung satpam area itu sudah mengenal Alka cukup dekat, jadilah Alka dan Lian diperbolehkan masuk ke area rumah mantan Alka.
Alka mulai menekan bel rumah pada rumah megah tersebut. Hingga beberapa saat kemudian, pintu ruangan itu terbuka. Menampilkan sesosok wanita cantik dengan rambut tergerai.
"A-Alka? Lo ngapain di sini?" tanya wanita itu.
"Dan, Lian?" senyuman miring mulai tercetak jelas di wajah wanita itu.
"Alka, gue tunggu di depan gerbang aja ya!" lirih Lian tiba-tiba.
Alka mengamati pergerakan Lian dengan saksama, ia sedikit bingung, mengapa Lian tiba-tiba bersikap seperti itu.
"Lo kenal Lian?" tanya Alka sembari menatap wanita di hadapannya dengan lekat.
"Jelas kenal, dia kan, orang yang dengan tidak tahu diri menembak kembaran lo," sahut wanita itu sembari melipat kedua tangannya.
"Lo gak pernah berbuat kesalahan kan sama dia?" tanya Alka dingin. Namun, wanita di hadapannya malah terkekeh pelan.
"Memangnya sejak kapan gue suka bikin masalah? Bukannya dia sendiri yang suka cari masalah?!" cibir wanita itu sembari menyajikan senyum miringnya.
"Aishh, terserah apa masalah lo ke Lian, gue ke sini cuma mau ngasih elo ini," cetus Alka sembari memberikan berlian hitam ke tangan wanita itu.
"Berlian? Lo ngapain ngasih gue berlian?" tanya wanita itu bingung.
"Gak usah banyak tanya ya, Alya. Gue lagi malas ngomong panjang lebar, bye!" pekik Alka sembari bergegas menyusul kepergian Lian.
Wanita itu masih diam di tempatnya. Bibirnya tersenyum miring dengan mata sibuk mengamati berlian hitam itu lekat-lekat.
"Mayan deh, gue belum punya berlian hitam. Lumayan, dapat koleksi gratis," ujar wanita itu lantas beranjak menutup pintu.
***
Alka berlari menyusul Lian. Ia sedikit iba, ketika melihat Lian mengusap air matanya kasar ketika tahu, Alka akan datang menghampirinya. Tanpa pikir panjang, Alka langsung mendekap tubuh Lian ke dalam pelukannya.
"Lo kenapa? Kok lo tiba-tiba sedih gitu?" tanya Alka. Namun, Lian perlahan menggelengkan kepala sembari mendorong tubuh Alka.
"Gue gak papa kok, cuma kelilipan doang," sahut Lian sembari berusaha menunjukkan senyuman lebarnya.
"Lo harus cerita!" bisik Alka sembari menarik tangan Lian keluar dari gerbang rumah itu.
Alka tampak mengedarkan pandangannya. Setelah ia yakin seratus persen bahwa tidak ada orang lain yang berlalu lalang, Alka segera memejamkan matanya dan mengucap mantra. Tak lupa, tangannya ia tempelkan ke arah dinding pagar bagian luar rumah mantannya itu.
Sesaat kemudian, terbentuklah sebuah portal berwarna putih. Tanpa basa-basi, Alka segera menarik tangan Lian untuk masuk ke dalam portal.
Hingga pada akhirnya, Lian dan Alka berada di sebuah tempat. Di depan mereka, ada sebuah danau yang luas. Dan tak jauh dari area danau, ada sebuah pohon berdaun lebat. Hanya ada satu pohon di sini.
"Duduk!" ucap Alka sembari mendudukkan diri di bawah pohon berdaun lebat.
"Gak semua hal harus lo simpan sendiri. Kalau lo mau, lo bisa kok berbagi cerita rasa sakit lo ke gue. Gue bakal bersedia mendengarkan cerita lo dari awal hingga akhir," cetus Alka sembari menyunggingkan sebuah senyum. Melihat hal itu, Lian cepat-cepat menghela napasnya.
"Kenapa lo mau pacaran sama Alya? Karena dia cantik?" tanya Lian sembari menatap Alka lekat.
"Lo kenal Alya? Pernah satu sekolah?" tanya Alka balik. Lian lantas menganggukkan kepalanya.
"Gue kenal Alya waktu SMP. Waktu itu, gue sering lihat Alya main sama Fera. Dia salah satu orang yang pernah menyakiti hati gue," cetus Lian. Alka segera mengangguk-anggukkan kepalanya. Kini, ia mengerti alasan Lian buru-buru pergi meninggalkannya tadi.
"Dia bully lo?" tebak Alka dan langsung disambut anggukan kepala oleh Lian.
"Dia pernah bully gue secara verbal. Dia ngata-ngatain gue, sampai hati gue rasanya sakit dan gak terima banget," sahut Lian.
"Dia ngatain lo apa?" tanya Alka.
"Banyak, tapi ada satu hal yang selalu gue ingat, dia ngatain gue payah. Bahkan Fera juga bilang, kalau gue serba memiliki kekurangan, sedangkan Alva memiliki banyak kelebihan. Lo tahu gak, hati gue sakit banget dikatain begitu. Masa gue dibilang payah!" seru Lian sembari mengepalkan tangannya dan menghantamkannya ke tanah berumput hijau.
"Emang lo payah?" tanya Alka. Langsung saja, hal itu mengundang Lian untuk memelototi Alka.
"Maksud lo? Lo mau mencerca gue payah kayak yang pernah dibilang mantan lo itu?!" pekik Lian kesal.
Yang ingin tahu siapa Alya dan Fera, bisa dibuka lagi part 32.