Alka seketika menggelengkan kepalanya. Mana mungkin, Alka mengatai jodohnya sendiri sebagai orang payah. Masa iya, Alka harus dijodohin dengan orang payah, ya jelas Alka menolak.
"Kalau lo payah, gak bakal mungkin lo ditakdirin jadi jodoh gue," ceplos Alka. Mendengar hal itu, Lian pun langsung meninju pelan lengan Alka.
"Gak usah gombal, gue lagi kesel!" keluh Lian.
"Terus, lo mau gue apain si Alya biar lo mau maafin dia?" tanya Alka sembari menaikkan sebelah alisnya.
"Kok lo malah belain si Alya sih?!" gerutu Lian kesal.
"Kata siapa gue bela Alya, gue lagi bela elo kok. Gue kan nanya, lo mau nyuruh gue ngapain Alya biar lo gak nyimpen dendam lagi ke dia? Gue gak kasihan sama Alya, tapi, gue lebih kasihan sama hati lo. Hati lo yang terlalu baik, gak pantas lo kotori dengan dendam yang tidak berkesudahan," cetus Alka. Tangannya kini mulai menggenggam tangan Lian.
"Apa lo mau, gue bunuh Alya detik ini juga?" tawar Alka. Tentu saja, Lian langsung menggelengkan kepalanya.
"Gak! Gue kan cuma kesel, masa sampai bikin lo mau bunuh orang. Gak usah, gue gak mau nyeret lo jadi orang jahat," tolak Lian mentah-mentah.
"Gue tahu, hati lo pasti sakit banget. Gue paham, tapi, lo tetap harus memandang ke depan. Lo gak boleh membiarkan diri lo terpuruk hanya kata-kata jahat orang itu. Lo gak payah kok, malahan yang payah itu mereka yang mengatai lo, mereka payah karena mereka gak bisa menjaga perkataan dan perilaku mereka. Mereka kalah oleh nafsu mereka untuk merendahkan elo, bukankah mereka lebih payah dari kita?" Alka menaik-turunkan kedua alisnya.
"Jadi, jangan sakitin hati lo lagi cuma gara-gara mereka. Semenyakitkan apapun perkataan mereka, lo tetap berada di atas mereka. Lo bisa jaga attitude, sedangkan mereka enggak. Lo punya hati dan otak yang berfungsi, sementara mereka punya otak dan hati, tapi dianggurin. Emangnya lo mau, nyakitin hati lo, demi ngedengerin perkataan orang-orang payah itu?" cibir Alka.
"Aishh kenapa lo mendadak jadi penceramah gini sih, Al," keluh Lian.
"Ya biar lo gak sedih lagi. Lo gak sendirian, masih banyak orang yang sayang sama lo, termasuk gue hehehe," ceplos Alka.
"Ishh nyebelin, dasar tukang gombal!" pekik Lian sembari memukul-mukul lengan Alka. Mendengar Alka tertawa, membuat Lian tersetrum untuk ikut tertawa bersama Alka.
***
Setelah acara curhat-curhatan selesai, Alka memutuskan berdiri. Tak lupa, Alka juga mengulurkan tangannya untuk membantu Lian berdiri dari duduknya. Kini, Alka mulai menghirup udara banyak-banyak melalui hidungnya.
"Hah, lo pengen lihat sesuatu yang menarik gak?" tanya Alka.
"Sesuatu yang menarik apaan?" tanya Lian bingung.
"Lo pasti belum pernah lihat kerajaan gue kan?" Alka mulai menaik-turunkan kedua alisnya.
"Hah? Kerajaan? Emangnya di sini ada kerajaan?" tanya Lian bingung.
"Ya kalau ada ratu dan pangeran, pasti ada kerajaanlah, Lian!" pekik Alka gemas.
"Ya udah, mana?" tanya Lian.
Alka mulai memejamkan kedua matanya. Bibirnya sibuk merapal sebuah mantra. Hingga sesaat kemudian, tangan kanan Alka mengepal dan segera ditinjukan ke atas tanah berumput hijau.
Lian langsung membulatkan matanya. Ia takjub ketika melihat danau itu perlahan berubah menjadi bangunan kerajaan yang luas.
"Woahh, jadi dari tadi, kita menghadap ke kerajaan lo ya?" teriak Lian dengan penuh kekaguman.
"Selamat datang di dunia ilusi. Kami sebenarnya sudah sepakat untuk menyembunyikan kerajaan kami dengan mantra khusus, supaya gak ada gak ada penyusup yang bisa masuk ke dalam kerajaan," cetus Alka.
"Berarti gue bakal jadi penyusup dong? Kan gue bukan salah satu anggota dari kerajaan lo?!" pekik Lian. Namun, Alka malah meledakkan tawanya.
"Iya lo penyusup. Dan karena lo penyusup, lo harus gue gendong biar bisa masuk ke istana," cetus Alka sembari menggendong Lian dengan ala bridal style.
Perlahan tapi pasti, Alka mulai melangkahkan kakinya ke dalam istana. Sampai akhirnya, Alka menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah ruangan.
Tanpa pikir panjang, Alka segera merapal mantra agar bisa masuk ke dalam ruangan tersebut. Perlahan, Alka mulai menurunkan tubuh Lian dari gendongannya.
"Aduh, pinggang gue encok!" seru Alka sembari memegangi pinggangnya.
"Eh? Lo gak papa? Salah sendiri sih, lo pakai acara gendong-gendong gue segala! Encokkan jadinya! Mau gue pijetin?" tawar Lian. Langsung saja, Alka meledakkan tawanya.
"Cieee khawatir ya. Gak kok, gue gak encok. Lo enteng banget sih digendong, besok makanya banyakin makan. Biar pas gue gendong, gue bisa encok beneran dan lo pijetin deh!" ceplos Alka.
"Ish! Nyebelin deh, lo nyindir gue ya?!" keluh Lian sembari mencubit lengan kiri Alka.
"Enggak, kan gue mau dipijet sama elo," sahut Alka.
"Gak jadi! Gue gak mau mijet elo weeekkk!" Lian menjulurkan lidahnya. Membuat Alka hanya terkekeh pelan.
"Lo lihat-lihat aja di sini. Gue mau ke sana bentar," ujar Alka sembari menunjukkan jarinya ke sebuah dinding.
Setelah Lian menganggukkan kepalanya, Alka pun mulai berjalan menghampiri menghampiri dinding tersebut. Ia mulai meletakkan telapak tangannya pada bagian dinding, hingga beberapa saat kemudian, dinding itu berubah menjadi transparan.
"Kalau lo ada apa-apa, lo bisa cari gue di ruangan sebelah. Pintunya sengaja gue bikin transparan biar lo bisa masuk ke ruangan sebelah entar," cetus Alka. Mendengar hal itu, Lian pun langsung menggukkan kepalanya.
"Oke, entar gue nyusul," balas Lian.
Tanpa pikir panjang, Alka segera melangkahkan kakinya masuk ke ruang sebelah. Ia berniat, untuk memperlihatkan buku takdir itu kepada Lian, supaya Lian percaya, bahwa Lian memang sudah digariskan berjodoh dengan Alka.
Dengan wajah berseri, Alka segera meluncur ke sebuah lemari tua. Diambilnya cepat buku tersebut. Setelahnya, Alka meletakkan buku tersebut pada sebuah meja.
"Gue gak sabar mau memperlihatkan ini ke Lian," gumam Alka sembari menyunggingkan senyumnya.
"Mending gue buka sekarang atau buka buku ini bareng Lian ya? Tapi, gue udah lama banget gak buka buku ini. Mending gue cek dulu deh, siapa tahu nanti ada bagian buku yang rusak atau tulisannya jadi kabur," pikir Alka.
Dengan gerakan pelan, Alka mulai membuka buku takdir tersebut. Dari sana, ia langsung bisa melihat silsilah jodoh di keluarganya yang berjiwa murni. Ia bisa melihat wajah nenek dan kakeknya di buku tersebut, ah dalam sekejap, Alka menjadi rindu bayang-bayang kakek dan neneknya yang sudah bahagia di atas sana.
Ia merasa sedikit aneh ketika melihat foto mamanya yang hanya sendiri. Namun, dengan cepat, Alka kembali mencoba untuk berpikir positif.
"Papa kan manusia biasa, mungkin karena itulah, wajah Papa gak ada di sini bersandingan dengan Mama," pikir Alka.
Dengan sangat hati-hati, Alka beranjak membalik halaman selanjutnya. Bisa ditebak dengan mudah, bahwa di halaman selanjutnya akan ada foto Alka dan ….
"Lah, kok jadi fotonya Sabel?!" pekik Alka kaget.
Alka berusaha membolak-balikkan halamannya, ia sungguh tidak percaya jika jodohnya adalah Sabel. Orang jelas-jelas waktu itu, Alka melihat wajah Lian di dalam buku takdir, kenapa sekarang berubah menjadi wajah Sabel?
"Apa Sabel lagi ngerjain gue? Tapi, masa kekuatan Sabel bisa sekuat dan sebesar itu sampai bisa mengubah isi buku takdir? Kekuatan Mama yang sangat luar biasa saja, tidak mampu untuk mengubah isi dari buku takdir," keluh Alka.
"Alka?" panggil Lian sembari berjalan masuk ke dalam ruangan yang tengah didiami Alka. Detik itu juga, Alka langsung mendongakkan kepalanya. Dengan cepat, ia memindahkan buku itu ke dalam lemari dengan kekuatan teleportasi, agar Lian tidak melihat buku takdir tersebut.