"Lian, kita balik ke dunia manusia, yuk!" ajak Alka sembari menarik tangan Lian.
"Eh, kenapa tiba-tiba?" tanya Lian bingung.
"Iya, kepala gue tiba-tiba pusing, jadi mau pulang aja," sahut Alka asal. Mendengar hal itu, Lian mengangguk mengerti.
"Oke, kita pulang sekarang!" seru Lian menyetujui.
Alka diam-diam mengembuskan napasnya. Pikirannya mendadak menjadi kacau balau. Ia terus saja memikirkan isi dari buku takdir yang dilihatnya tadi.
"Gue harus bahas ini dengan Sabel. Bercandanya dia gak lucu banget!" pikir Alka.
***
Lian berkali-kali mendesak untuk mengantarkan Alka ke rumah, tetapi Alka tetap menolaknya dengan tegas. Jika Alka sampai pulang ke rumah, pasti ia tidak diperbolehkan keluar rumah lagi, alias disuruh istirahat total di rumah.
Dengan berat hati, Alka harus membohongi Lian. Alka berjanji ke Lian bahwa ia akan langsung pulang ke rumah. Padahal nyatanya, setelah ini, Alka berniat mengunjungi kerajaan Sabel di dunia sihir.
Alka mencari tempat yang seminim mungkin untuk dijangkau orang. Hingga akhirnya, Alka menemukan sebuah gudang tak terpakai. Setelah yakin bahwa situasi aman, Alka segera menempelkan tangannya ke arah dinding gudang untuk membuat sebuah portal. Portal yang akan langsung mengantarnya ke kerajaan Sabel.
SLASH!
Alka telah berada di depan gua es. Hawa dingin seketika menusuk hingga ke tulang-tulangnya. Memang salahnya juga, tidak membuat janji dengan Sabel terlebih dahulu. Jadi, Alka memang harus menerima risikonya.
"Tenang aja, gue penyihir berjiwa murni, gak akan semudah itu mati cuma gara-gara kedinginan," ucap Alka untuk meyakinkan dirinya sendiri.
Tanpa pikir panjang, Alka langsung melangkah masuk ke dalam gua es. Petang dan gelap. Bahkan, Alka sampai tidak bisa melihat jalan di depannya dengan jelas.
"Woy, Sabel, gue Alka, lo mau bikin gue mati kesasar dan kedinginan di kerajaan lo ya?!" pekik Alka dengan suara dibuat sekencang mungkin.
Dalam hitungan detik, gua yang tadinya gelap gulita, berubah menjadi terang benderang. Semerbak dingin yang sedari tadi sukses menyiksa tubuh Alka, kini perlahan menghilang dan tergantikan dengan semerbak kehangatan.
Hingga beberapa saat kemudian, muncullah seorang gadis yang berjalan menghampiri Alka. Gadis itu muncul dari bagian dalam gua es.
"Gue sebenernya tahu, kalau lo dari awal niat ngerjain gue. Lo udah menyadari keberadaan gue kan, sejak gue melakukan teleportasi ke sini?" cibir Alka. Terdengar suara tawa dari gadis itu.
"Makanya, lain kali, kalau mau ke sini tuh bikin janji dulu. Jangan asal nyelonong aja, tahu sendiri kan akibatnya?!" sarkas gadis itu, Sabel.
"Gue juga gak akan ke sini kalau urusannya gak penting-penting amat ya, Bel. Oke, gue gak mau banyak basa-basi lagi, gue mau bahas—"
"Sssttt, jangan ngobrol di sini, bahaya. Mending kita ngobrolnya di kerajaan gue aja, biar lebih nyaman dan lebih aman karena gak ada yang bisa nguping pembicaraan kita berdua," ujar Sabel sembari menempelkan jari telunjuknya ke bibir Alka.
Dengan sigap, Sabel menggandeng lengan Alka untuk masuk ke dalam kerajaannya. Hingga ia sampai di sebuah ruangan. Ruangan yang sangat mewah dan menyilaukan. Ruangan yang dipenuhi dengan berlian.
"Di sini ngobrolnya?" tanya Alka. Sabel dengan cepat menganggukkan kepalanya.
"Iya, kenapa? Kurang nyaman ya?" tanya Sabel sembari menggaruk tengkuknya.
"Nyamanlah. Lumayan nanti kalau lo merem pas kedip, berlian-berliannya bisa gue bawa pulang ke rumah hahaha," ceplos Alka.
"Cih. Lo udah kaya, masih pengen sekaya apalagi sih?" Sabel memutar bola matanya malas.
"Di dunia manusia, segalanya butuh uang, Sabel. Lo kan juga udah sering bolak-balik ke dunia manusia, harusnya lo tahu," sahut Alka.
"Ya, ya, gue gak mau basa-basi lagi. Lo ke sini ada urusan apa? Tumben?" tanya Sabel. Tatapan Alka tiba-tiba saja berubah menjadi sangat serius.
"Sebenarnya gue mau tanya satu hal sama lo, ini tentang buku takdir," jawab Alka.
DEG!
Sabel seketika meneguk salivanya susah payah. Gawat, Alka sudah membaca isi dari buku takdir itu. Meskipun begitu, Sabel harus tetap memasang wajah tenang. Biar kecantikannya masih terlihat sama, alias tidak memudar hanya gara-gara terlalu gugup.
"Tanya apa?" tanya Sabel sembari mengalihkan pandangannya dari Alka.
"Lo lagi ngerjain gue ya, Bel? Kok di buku takdir bisa tiba-tiba ada nama lo? Please lah, bercanda lo gak lucu!" keluh Alka.
"Bercanda gimana? Emang gue lakuin apa?" tanya Sabel bingung.
"Di buku takdir, kenapa wajah Lian berubah menjadi wajah lo. Juga namanya Lian, berubah menjadi nama lo! Ini sebenarnya ada apa? Lo apain buku takdir kerajaan gue, sampai bisa error kayak gitu?" keluh Alka. Mendengar hal itu, Sabel seketika terkikik pelan.
"Jadi, lo ngira kalau itu semua terjadi karena ulah gue?" simpul Sabel. Langsung saja, Alka menganggukkan kepalanya.
"Iya, kan ada wajah dan nama lo. Gue sampai rela bohongin Lian supaya bisa ke sini, buat nemuin elo. Please lah, Bel, balikin wajah dan nama Lian ke buku takdir gue! Jangan bercanda sampai kelewatan kayak gini deh!" bujuk Alka. Dengan berat, Sabel mengembuskan napasnya.
"Gimana ya ceritanya, gue juga bingung. Yang jelas, gue gak punya kekuatan sebesar itu untuk mengubah isi dari buku takdir," sahut Sabel. Detik itu juga, Alka langsung menggelengkan kepalanya.
"Gak mungkin, lo pasti lagi bercanda kan? Masa jodoh gue beneran berubah jadi elo sih, terus Lian mau dikemanain coba?!" cibir Alka. Namun, Sabel malah menatap Alka lekat-lekat.
"Gue gak bohong. Mulai detik ini, lo bakal tahu kalau jodoh lo yang sebenarnya adalah gue," sahut Sabel.
"Terus kenapa jadi lo? Emangnya apa yang terjadi sih? Sampai-sampai, jodoh gue si Lian, bisa diganti jadi elo?" keluh Alka.
"Lo mungkin gak sadar, tapi memang benar, jodoh lo diganti jadi gue karena Lian udah melakukan kesalahan fatal, Alka!" sentak Sabel.
"Kesalahan fatal apa? Sebegitu parahnya kah kesalahan dia sampai-sampai dia dihengkangkan paksa dari buku takdir gue?" tanya Alka tidak percaya. Namun, Sabel perlahan menganggukkan kepalanya.
"Iya, fatal sekali. Dan itu semua terjadi karena elo. Elo yang menggiring Lian untuk melakukan kesalahan fatal di masa lalu!" pekik Sabel.
Alka seketika membelalakkan kedua matanya. Antara mau percaya atau tidak, Alka sungguh bingung. Gadis di hadapannya ini, memang susah untuk diajak bicara serius. Namun, kali ini, raut wajah gadis di hadapannya terlihat menyeramkan. Tidak ada celah sedikitpun yang menunjukkan ketidakseriusan di wajahnya.
"Memangnya apa yang sudah gue lakukan ke Lian? Gue gak pernah ngerasa menggiring Lian untuk melanggar peraturan dunia sihir kok!" bantah Alka. Sabel sontak membuang pandangannya.
"Jujur sama gue, lo pasti gak hafal sama semua peraturan di dunia sihir kan? Sayangnya, lo melewatkan sesuatu yang penting. Dan lo malah menggiring Lian untuk melanggar peraturan paling penting di dunia sihir," cetus Sabel. Alka menaikkan sebelah alisnya.
"Maksud lo apa?" tanya Alka.