Chereads / LOVE IN DIAMOND SALES / Chapter 37 - 37. Risiko Orang Ketiga

Chapter 37 - 37. Risiko Orang Ketiga

"Peraturan yang masuk dalam komponen paling penting dan gak boleh dilanggar. Secara gak sadar, lo udah bikin Lian untuk melanggarnya!" ucap Sabel penuh penekanan.

"Jelasin ke gue! Peraturan apa? Peraturan mana yang udah gue langgar?" tanya Alka sembari menatap Sabel dengan tatapan tidak percaya.

"Lo lupa ya, di dunia sihir ini, kasta penyihir yang berjiwa murni dan yang tidak berjiwa murni itu sangat berbeda. Penyihir berjiwa murni, ia akan mendapatkan kekuatannya sejak ia dilahirkan. Namun, bagi penyihir berjiwa tidak murni, ia baru bisa mendapatkan kekuatannya dalam kurun waktu tertentu," sentak Sabel.

"Iya, terus apa hubungannya sama Lian?" tanya Alka bingung.

"Waktu itu, lo pernah nyuruh Lian untuk tanya ke neneknya mengenai kekuatannya. Tanpa lo sadari, Lian mendesak Omanya agar mau memunculkan kekuatan terpendam di dalam diri Lian. Dengan kata lain, Lian yang menyalahi aturan dari 'dalam kurun waktu yang ditentukan' paham?" Sabel menaikkan sebelah alisnya.

"Coba jelasin yang lebih detail dan yang gak bikin gue tambah pusing!" pinta Alka.

"Setelah gue selidiki, kekuatan jiwa tidak murni Lian baru akan muncul ketika ia berusia dua puluh tahun, tetapi, gara-gara lo bisikin Lian buat desak Oma dia supaya nyebutin kelebihan Lian, dia jadi mempelajari kekuatannya di usia yang masih belasan tahun. Itu menyalahi aturan dunia sihir," cetus Sabel. Mendengar hal itu, Alka langsung membelalakkan kedua matanya.

"Bukan hanya hal itu, ada kesalahan fatal lainnya yang dilakukan oleh Lian. Menjual berlian dengan mempertontonkan kekuatan magis dunia sihir. Lo kan tahu sendiri, apa yang ada di dalam dunia sihir itu sifatnya sangat rahasia," imbuh Sabel.

"Nah, Lian membuka rahasia penting. Sebelumnya dia sudah mempunyai catatan melanggar peraturan penting, dan untuk kesekiankalinya, ia kembali melanggar peraturan penting yang lainnya. See? Menghapus dia dari buku takdir itu tidak sebanding dengan apa yang sudah ia lakukan. Bahkan gue was-was, jika sampai petinggi dunia sihir ini tahu, kalau Lian sudah membeberkan kekuatan sihir melalui bisnis berliannya, gue yakin, dia pasti bakal mendapat hukuman yang lebih berat!" seru Sabel.

"Petinggi dunia sihir gak boleh sampai tahu masalah ini. Gue tetap bakal cari cara, supaya gue bisa berjodoh lagi sama Lian," cetus Alka.

"Ya, itu sih terserah elo. Gue cuma bisa dukung elo aja sih, Al, secara kita udah temenan dari lama banget, gue bakal hargai apapun keputusan elo," ucap Sabel sembari menyajikan senyumnya.

"Gue mau minta bantuan elo, buat menutupi masalah ini dari petinggi dunia sihir dan Lian," ujar Alka. Langsung saja, hati Sabel mencelos seketika.

"Lo gak mau memberitahukan ini kepada Lian? Hei, Al, dia udah melakukan kesalahan dengan menjual berlian yang memiliki kekuatan sihir! Itu gak boleh terus-terusan dilanjutkan, entar kalau berlian yang dijual Lian sampai ke tangan penyihir jahat gimana? Bisa-bisa petinggi dunia sihir langsung bisa membunuh Lian detik itu juga kalau mereka sampai tahu!" pekik Sabel. Ia sungguh-sungguh tidak menyangka, jika Alka sampai kepikiran seperti itu.

"Lo kan juga berteman baik sama Lian, emangnya lo tega hah, bilang gitu ke Lian?" cibir Alka. Dengan cepat, Sabel menganggukkan kepalanya.

"Tega kok, kalau itu semua demi kebaikan kita semua!" tegas Sabel dengan raut wajah serius.

"Harusnya waktu itu, gue biarin aja lo dimakan naga. Nyebelin!" sungut Alka.

"Lo tahu sendiri kan, konsekuensi kalau lo melindungi kesalahan dari penjahat yang sudah melanggar peraturan dunia sihir?" Sabel menaikkan sebelah alisnya.

"Emangnya ada konsekuensinya?" tanya Alka.

"Tembak panah dengan ujung runcingnya diberi racun. Itu lebih menyiksa, lo gak akan langsung mati ketika di panah, tapi dalam setiap detiknya, lo akan merasa kesakitan ketika racun itu memakan kekuatan lo sedikit demi sedikit," cetus Sabel.

"Apalagi bagi kita yang berjiwa murni, rasa sakit itu akan bertahan lebih lama, karena kekuatan kita yang lebih besar dan kuat daripada penyihir yang berjiwa tidak murni." Sabel menghirup napasnya dalam-dalam.

"Jadi, gue saranin, jangan lakuin hal bodoh hanya demi cinta," sarkas Sabel.

"Dan satu hal lagi, gue gak akan rela melihat lo kesakitan karena racun itu hanya demi melindungi Lian. Kita dari kecil sudah tumbuh bersama, jadi please, Al, dengerin permintaan gue kali ini aja," mohon Sabel sembari menggenggam kedua tangan Alka.

Alka menghela napasnya berat. Perlahan tapi pasti, ia mulai bangkit dari duduknya. Melihat hal itu, Sabel langsung menganggukkan kepalanya paham.

"Tapi, kalau lo butuh bantuan, gue bakal dengan senang hati bantuin lo. Mari kita lakukan bersama!" ajak Sabel. Berharap, wajah ceria Alka kembali tersaji lagi.

"Bukannya tadi lo bilang, kalau gue harus ngikutin permintaan elo?" Alka menaikkan sebelah alisnya.

"Gue gak mau, lo menanggung derita ini sendirian. Kalau emang lo belum siap ngomong ke Lian, ya udah, gue gak maksa. Gue kan cuma saranin doang," putus Sabel sembari memperlihatkan senyuman manisnya.

"Oke, sekarang anterin gue pulang ke rumah dong. Biar bokap gak marah gegara gue pulang sendirian, soalnya tadi, gue bilangnya bakal pulang bareng Lian," pinta Alka. Mendengar hal itu, Sabel pun langsung menganggukkan kepalanya semangat.

"Nah gini dong, lain kali, kalau Lian gak bisa nempatin posisi itu, lempar aja ke gue. Gue siap kok gantiin posisi yang seharusnya diisi oleh Lian," ceplos Sabel.

"Dih, apaan, kecentilan amat sih lo jadi cewek. Di hati gue cuma ada Lian ya, Bel!" semprot Alka.

"Dih, geer nya kumat! Lagian lo juga bukan tipe gue banget, tadi tuh, gue cuma sarkas. Lo gak bisa bedain mana kalimat harapan sama mana kalimat yang nunjukin sarkasme?" cibir Sabel.

"Iya, iya, lo kan rese mulu sama gue, kalau suka pasti gak bakalan rese," sindir Alka.

"Nah, itu lo tahu hahaha!" timpal Sabel. Keduanya pun lantas terkekeh pelan.

Terkadang, memang ada orang yang tidak pandai menunjukkan rasa sukanya seperti Sabel. Kadang, perhatian kecil yang berusaha ia tunjukkan, bisa hanya menjadi perlakuan biasa yang sampai di benak orang yang ia sukai. Seperti perhatian Sabel, yang hanya dianggap biasa oleh seorang Alka.

Berada di tengah-tengah dua hati yang saling mencintai. Kemudian, menyadari bahwa perasaan itu datang dengan sangat terlambat. Begitu menyesakkan.

Ingin melangkah maju, tetapi akan semakin terlihat egois di mata orang lain. Namun, ketika melangkah mundur, hanya sakit hatilah yang ia bawa.

Semoga Sabel dan orang-orang yang bernasib sama seperti Sabel, tetap diberi kekuatan untuk menghadapi kenyataan yang lebih pahit dari kopi hitam tanpa gula.

Tanpa pikir panjang, Sabel dengan sigap menggenggam lengan Alka. Kedua matanya lantas terpejam dengan bibir sibuk mengucap sebuah mantra. Mantra untuk melakukan teleportasi langsung ke depan rumah Alka.