Chereads / LOVE IN DIAMOND SALES / Chapter 26 - 26. Pengorbanan Lian

Chapter 26 - 26. Pengorbanan Lian

Sabel segera menampilkan deretan giginya. Ia tersenyum puas ketika naga itu perlahan mulai memasukkan rainbow cake ke dalam mulutnya.

"Kami butuh berlian warna pelangi," cetus Sabel.

Suara batuk seketika menggema ke seluruh gua. Membuat kedua bahu Lian bergetar seketika. Suaranya kencang sekali, seperti sedang menonton televisi dengan volume paling keras.

Naga itu kemudian memajukan wajahnya. Mendekat dan mengamati wajah Sabel lekat-lekat.

"Cantik. Jika dijadikan santapan, perutku pasti akan sangat senang," ucap naga itu.

Tentu saja, Lian tidak kaget ketika naga itu tiba-tiba bisa berbicara layaknya manusia. Jangankan naga, buku di ruangan Lian aja bisa berbicara, kecuali kucingnya. Mungkin saja, kucing itu bisa berbicara, tetapi harus menggunakan bahasa khusus yang tentunya tidak bisa Lian mengerti.

Lian bisa menyaksikan bahwa kedua bahu Sabel perlahan bergetar. Namun, wajahnya tampak terlihat sangat tenang.

"Lian, lo ada ide gak?" bisik Sabel. Mendengar hal itu, Lian pun langsung terdiam. Ide? Ide apalagi? Bahkan otak Lian tidak bisa dipaksa bekerja saat dalam kondisi ketakutan seperti ini!

"Gue mendadak jadi belo'on kalau disuruh mikir pas kondisi genting gini, Sabel!" keluh Lian. Terdengar helaan napas berat dari Sabel. Ya, mulai tercium bau-bau pasrah rupanya.

"Oke, makan aku! Sebagai gantinya, kau harus menyerahkan berlian pelangi itu kepadanya!" seru Sabel sembari menunjukkan jari telunjuknya ke arah Lian.

Dalam hitungan detik, kedua mata Lian membulat sempurna. Ia sangat terkejut mendengar penuturan dari Sabel. Memang wanita di hadapannya ini sepertinya sudah gila, jika wanita itu dimakan naga, ya Lian tentu saja tidak bisa kembali ke dunianya dong!

"Heh, Sabel, lo gila? Kewarasan lo udah mulai hilang ya?!" pekik Lian.

"Tenang aja, Lian. Gue mau berkorban kok demi lo dan Alka," ucap Sabel yang langsung menyulut emosi Lian.

"Berkorban sih berkorban, tapi lo sama aja ngorbanin gue, geblek! Gue mana bisa balik kalau lo dimakan naga! Ini kawasan lo, gue gak tahu apa-apa mengenai dunia ini!" keluh Lian sembari berdecak kesal.

"Iya juga sih. Ya udah, naga, makan dia aja!" seru Sabel sembari menunjuk ke arah Lian.

Wah parah sekali Sabel ini! Jika saja, ini sebuah film komedi, pasti sudah membuat Lian tergelak saat menontonnya. Sayangnya, ini nyata, nyata untuk seorang Lian. Sembarangan sekali, masa Sabel menyuruh naga itu untuk menyantap Lian!

Lian berkali-kali mengelus dadanya, supaya jantungnya tidak mendapat kesempatan untuk meloncat keluar dari tubuhnya. Mata Lian pun memandangi naga itu dengan takut-takut. Perlahan tapi pasti, naga itu mulai mendekatkan wajahnya ke arah Lian.

"Aku pantang memakan seseorang berjiwa tidak murni dan dari klaster rendahan! Bisa-bisa, perutku akan mulas jika memakannya!" ceplos naga itu.

Entah harus merasa lega atau marah, Lian tak tahu lagi harus mengambil keputusan apa. Beuh, songong sekali naga di sini. Padahal naga-naga di film animasi yang biasa Lian tonton, justru terlihat konyol, bukannya songong.

"Terus maumu apa, Naga? Kami benar-benar butuh berlian pelangi. Nyawa teman kami dalam bahaya, jika kamu tidak mau memberikan berlian itu kepada kami, teman kami akan kehilangan nyawanya," ucap Sabel pasrah sembari bersimpuh di hadapan naga. Melihat Sabel bersimpuh, Lian pun buru-buru ikutan bersimpuh.

"Bukan urusanku! Mau temanmu mati atau apa, aku tidak peduli!" ketus naga itu.

"Oh, lama-lama kau mulai menyebalkan ya! Diajak bicara baik-baik, malah membalas ketus seperti itu!" pekik Sabel.

Sabel perlahan bangkit dari bersimpuhnya. Kedua matanya lantas terpejam, sementara bibirnya mulai berkomat-kamit mengucap mantra. Hingga beberapa saat kemudian, ada sebuah pedang putih yang tiba-tiba muncul di tangan kanan Sabel.

"Kau kira aku wanita lemah yang tidak bisa membunuhmu? Jangankan membunuh hewan, membunuh manusia saja aku berani!" teriak Sabel dengan suara menggelegar.

"Coba buktikan padaku jika kau berani. Bunuh manusia di belakangmu!" suruh naga itu.

Lian seketika menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya. Kakinya mundur beberapa langkah, menjauh dari Sabel. Sabel perlahan menolehkan kepalanya, yang membuat Lian semakin bergidik ngeri. Sekejap, Lian lupa, bahwa wanita di hadapannya ini bisa berubah menjadi sangat gila.

"Heh, ngapain lo mundur-mundur, lo kira gue bakal beneran bunuh lo pakai pedang gue?" sentak Sabel.

"Gue cuma mengantisipasi. Gue kan gak bisa berantem, apalagi melawan kekuatan lo, Bel!" ucap Lian. Detik itu juga, Sabel langsung meledakkan tawanya.

"Aneh! Lo gak perlu takut sama gue. Kalau gue bunuh lo, bakal ada tiga orang cowok yang langsung bergerak membunuh gue! Sama aja bunuh diri gue kalau membunuh lo!" protes Sabel. Lian pun sontak mengerjapkan kedua matanya berkali-kali.

"Maksudnya? Tiga cowok? Siapa aja?" benak Lian bertanya-tanya. Perlahan tapi pasti, bibir Lian terukir sebuah senyuman, senyuman bangga.

"Gak usah bunuh dia, kalau kau mau, aku bisa langsung praktik membunuhmu, mau?" tegas Sabel sembari menodongkan pedang dengan ujung yang sangat tajam itu ke arah leher naga tersebut.

Lian mengamati baik-baik setiap pergerakan naga itu. Perlahan, naga itu mulai memundurkan langkahnya. Sepertinya, ancaman Sabel tadi berhasil dan sukses membuat nyali naga itu menciut.

"Baiklah, aku akan memberimu berlian pelangiku yang berharga. Namun, sebagai gantinya, kau harus menyerahkan gadis itu kepadaku!" perintah naga itu.

"Untuk apa? Kenapa aku harus memberikannya?" tanya Sabel.

"Aku butuh teman mengobrol. Tenang saja, aku tidak akan memakannya, aku tidak mau mengotori perutku sendiri," sahut naga itu.

Sabel perlahan mulai menolehkan kepalanya ke arah Lian. Mencoba meminta persetujuan. Namun, Lian tampak berpikir sejenak.

"Baiklah, aku akan menemanimu mengobrol, tetapi, tolong jangan makan aku!" seru Lian.

"Lian, lo seriusan?" ucap Sabel sembari menatap Lian sendu. Lian pun sontak menganggukkan kepalanya.

"Demi Alka. Nanti, lo buruan kasih berlian itu ke Alka ya, Sabel. Gue gak papa kok di sini, toh gue ada teman ngobrol juga," ucap Lian sembari mengulas senyumnya.

"Aishh geblek banget sih lo! Masa lo milih berduaan sama naga ketimbang pulang bareng gue!" pekik Sabel sembari memukul-mukul lengan Lian. Lian bisa melihat, bahwa ada genangan air mata yang tertahan di pelupuk mata Sabel.

"Emm, Sabel, jangan pernah kasih tahu Alka kalau gue di sini ya. Gue gak papa kok di sini. Daaaa!" cetus Lian sembari melambaikan tangannya ke arah Sabel.

Perlahan, Lian mulai menampakkan kakinya ke sebuah batu besar yang ada di samping naga. Naga itu juga memenuhi janjinya. Naga itu lantas membuka mulutnya, hingga sebuah berlian berwarna-warni seperti pelangi mencuat dari dalam mulutnya. Berlian itu mulai mendarat tepat di tangan kanan Sabel yang pedangnya sudah ia taruh di tanah.

"Lian, gue tinggalin pedang gue di sini ya! Buat jaga-jaga," ucap Sabel sembari tersenyum manis ke arah Lian. Mendengar hal itu, Lian pun seketika menganggukkan kepalanya.

"Hati-hati di jalan ya, Sabel!" seru Lian sembari melambaikan tangannya.

Sabel seketika membalikkan tubuhnya. Ia tak kuasa menahan air matanya lagi di hadapan Lian. Dengan cepat, Sabel segera berlari meninggalkan gua naga pelangi itu.

"Demi Alka, lo sampai rela mengorbankan diri lo seperti itu? Lo sangat baik, Lian!" pikir Sabel sembari mengusap air matanya kasar.

Sabel perlahan menghentikan langkahnya ketika sudah berada di tepi sungai air terjun pelangi. Sabel lantas menatap nanar sebuah berlian yang ada di genggaman tangannya.

"Kok gue merasa dejavu ya? Kenapa gue seperti melakukan sebuah kesalahan yang berulang? Padahal, gue baru aja kenal sama Lian! Ada apa ini? Apa gue sebenernya pernah bertemu dengan Lian?" gumam Sabel sembari menghela napasnya.