Chereads / LOVE IN DIAMOND SALES / Chapter 28 - 28. Berkelana Mencari Keberadaan Lian

Chapter 28 - 28. Berkelana Mencari Keberadaan Lian

Sabel mematung seketika. Padahal, ia sudah santai-santai, sebab penyamarannya berhasil. Namun, ternyata, penyamarannya tetap saja gagal.

Sabel segera menghela napasnya. Sebuah cengiran lebar pun langsung terpampang di wajahnya.

"Hehehe ketahuan ya!" seru Sabel. Alka pun sontak memutar bola matanya.

"Nyaris berhasil kalau lo gak menyerukan nama lo sendiri tadi," sahut Alka. Detik itu juga, Sabel langsung menyadari kebodohannya. Salahnya sendiri sih, pakai acara menyebut nama Sabel bukannya Lian.

"Eh bentar, kalau lo ingat gue, itu artinya, ingatan lo tentang gue udah pulih ya? Wuahh, selamat, Alka! Akhirnya lo kembali mengenal gue! Akhirnya teman gue waktu kecil udah balik, yeyyy!" seru Sabel. Alka hanya geleng-geleng kepala. Sifat kekanak-kanakan Sabel memang sepertinya sudah tercetak permanen.

"Gak usah ngalihin topik. Lian mana?" tanya Alka.

"Ishh, gue udah janji sama Lian gak ngomongin keberadaannya Lian ke elo. But, karena lo maksa, ya udah," sahut Sabel.

"Ya udah apa? Cepetan kasih tahu gue di mana Lian sekarang!" desak Alka.

"Ya udah, gue gak bakal ngomong sama lo tentang di mana keberadaan Lian. Habisnya lo maksa banget sih, kepo ya? Cieeee!" seru Sabel.

"Sabel! Serius dikit bisa gak? Jangan kek anak kecil, gue lagi ngomong sama wanita dewasa yang normal!" ketus Alka.

Sabel langsung mendengus kesal. Baru kali ini, ia merasa dibentak seperti tadi. Padahal biasanya, semua orang selalu bersikap ramah kepada Sabel.

"Gue bakal mau ngomong kalau makanan ini udah habis. Gue laper, Alka!" keluh Sabel.

"Kalau lo terus-terusan maksa gue buat ngomong sekarang! Gue gak bakalan ngomong, titik!" pekik Sabel.

Mau tidak mau, Alka berusaha menuruti perkataan Sabel. Sebagai seorang Puteri kerajaan yang terhormat, pasti ucapan Sabel selalu dituruti. Maka dari itu, Alka mencoba untuk mengalah. Ketimbang wanita itu marah, bisa-bisa, dia tidak akan buka mulut tentang keberadaannya Lian.

***

Di sisi lain, Alva perlahan mengerjapkan kedua matanya. Ia bingung, kenapa banyak sekali orang mengerumuninya. Perlahan tapi pasti, Alva mencoba bangkit dari rebahannya, kemudian mengubah posisi menjadi duduk menyandar pada batang pohon besar.

"Alva, lo gak papa? Lo tiba-tiba pingsan, apa lo kecapekan?" tanya seorang cowok yang ada di hadapan Alva.

Alva lantas menggeleng pelan. Ia bahkan belum merasa capek sama sekali. Seingatnya tadi, ia sedang asyik menapaki jalan yang kanan kirinya terdapat banyak pohon besar.

"Gue gak capek kok. Yuk, lanjutin perjalanan!" ajak Alva. Sontak saja, seluruh cowok yang mengerubungi Alva langsung mengernyit heran.

"Lo gak lemes sama sekali, Va?" tanya cowok yang ada di samping Alva. Alva kembali menggelengkan kepalanya.

"Gue gak papa. Gue sehat-sehat aja kok. Yuk, lanjut, udah ngaret nih dari jadwal!" ajak Alva.

Alva pun bergegas bangkit dari duduknya. Tubuhnya bahkan terasa bugar-bugar saja. Namun, Alva memang merasakan ada sesuatu yang menghilang dari tubuhnya.

"Ada apa dengan gue, kok gue bisa mendadak pingsan? Kenapa gue merasa ada yang hilang dari tubuh gue, tapi apa yang hilang?" pikir Alva.

"Kalau jiwa murni, kayaknya enggak deh. Kan gue gak mau mengembalikan jiwa murni itu ke Alka, masa jiwa murninya bisa tiba-tiba balik sih ke Alka! Atau jangan-jangan, Alka udah mati, karena gak tahan untuk terlalu berjauhan dengan jiwa murninya?" Detik itu juga, senyuman miring langsung tercetak di wajah Alva.

"Hei, ayo! Kok malah pada bengong di sana sih!" Alva lantas menolehkan kepalanya dan melambaikan tangannya kepada rekan-rekan jelajah alamnya.

***

HOAMMM!

"Kok gue mendadak ngantuk ya?" ceplos Sabel sembari menjauhkan sampah-sampah itu dari tubuhnya.

Alka menatap Sabel dengan wajah datar. Jujur saja, menunggu Sabel menghabiskan makanan sebanyak itu, cukup membuat Alka deklak-dekluk. Sesekali, kepalanya bahkan jatuh meleset dari tumpuan tangannya.

"Udah kenyang? Udah siap ngomong?" tanya Alka langsung pada intinya.

Sabel seketika merenggangkan otot-otot tangannya. Sesaat kemudian, ia mulai merebahkan kepalanya pada tepian sofa. Hal itu cukup membuat Alka jengah.

"Sabel, gue tungguin lo dari tadi! Sekarang, cepetan bilang ke gue, Lian lagi ada di mana? Lo apain Lian? Jangan-jangan, lo udah ngehabisin nyawa Lian ya sampai lo gak mau jawab kek gini?!" tuduh Alka. Sabel seketika mendengus sebal. Cowok bernama Alka ini memang suka sekali bersikap kurang ajar kepada seorang putri kesayangan seperti Sabel.

"Lian tuh lagi asyik berduaan sama naga," celetuk Sabel. Langsung saja, Alka membulatkan matanya.

"Kok bisa? Memangnya lagi ada artis naga ya di sekitar ini?" tanya Alka. Mendengar hal itu, mulut Sabel seketika terbuka.

"Bukan naga yang katanya Lian ganteng loh! Tapi, naga beneran, Alka! Naga pelangi, yang kalau nyembur, keluarnya bukan api, tapi pelangi!" keluh Sabel.

"Naga pelangi? Memangnya ada? Satu-satunya naga di dunia kita kan udah dikurung di penjara bawah tanah kerajaan gue?!" Alka pun menaikkan sebelah alisnya.

"Ish, ada. Naga pelangi. Naga yang warnanya pelangi. Kalau nyembur, yang keluar warna pelangi!" protes Sabel.

"Emangnya lo pernah lihat naga pelangi nyembur pelangi?" tanya Alka. Sabel langsung mendengus kesal.

"Ya belumlah. Lagian siapa juga yang mau disembur sama naga! Lagipula, naganya juga nyebelin banget tadi! Masa dia nyuruh gue buat menukar Lian dengan berlian warna pelangi itu!" decak Sabel.

"Maksudnya, lo barterin Lian dengan berlian? Lo gimana sih, itu anak orang, Geblek!" pekik Alka dengan penuh rasa gemas. Gemas ingin mencekik leher Sabel maksudnya.

"Ya salah siapa, lo pakai acara sakit dan butuh berlian warna pelangi. Udah deh, mending lo sembuhin diri lo dulu. Nanti, kalau udah sehat, baru kita jemput Lian. Okey?" tawar Sabel.

"Untuk sementara, biarin gue berpura-pura jadi Lian dulu." Sabel sontak mengedipkan sebelah matanya.

Alka terdiam sesaat. Mana mungkin, ia bisa beristirahat dengan tenang. Bisa berpura-pura untuk bersikap biasa saja. Sedangkan Lian, baru saja mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan nyawa Alka.

"Sabel, anterin gue ke tempat di mana Lian berada!" perintah Alka.

Alka mulai melepas selang infus yang melekat di tangannya secara paksa. Bahkan, tangannya kini sudah berceceran darah dan terasa nyeri. Namun, Alka tidak peduli. Yang ada dipikirannya hanyalah tentang bagaimana ia bisa menyelamatkan Lian dari kekangan naga pelangi itu.

"Gue tidur dulu ya, Alka. Gue kenyang banget nih!" rengek Sabel.

"Kalau lo melanggar perintah gue, gue bakal kurung lo di penjara bawah tanah kerajaan gue. Biar lo jadi teman ngobrol naga yang gue kurung di sana juga. Mau lo disembur naga?!" ancam Alka. Sabel pun seketika menghela napasnya.

"Ya udah deh, iya, gue ngikut elo aja!" sahut Sabel pasrah.

"Yuk!" ajak Alka.

"Izin Tante Mega dulu dong! Nanti kita dimarahin kalau gak izin!" protes Sabel.

"Kalau izin, gak bakal dibolehin. Yuk, cepet! Mau lo, gue kurung bareng naga?" Alka malah menaik-turunkan kedua alisnya. Membuat Sabel langsung bergidik ngeri.

"Ish gak mau, Alka! Ya udah deh, gue buatin portal dulu!" sahut Sabel.

Sabel perlahan mulai memejamkan kedua matanya. Kedua tangannya pun terulur ke depan. Hingga beberapa saat kemudian, terbentuklah sebuah portal putih penghubung dunia lain.