Sabel bergegas keluar dari portal. Ia membulatkan kedua matanya ketika melihat ada dokter dan beberapa suster yang tengah mengerubungi ranjang Alka. Detik itu juga, Sabel tersadar. Ia harus buru-buru membuat dirinya transparan, agar para dokter dan suster itu tidak jantungan melihat Sabel yang tiba-tiba muncul entah dari mana.
Sabel memejamkan kedua matanya, sementara bibirnya mulai bergerak mengucapkan sesuatu. Hingga beberapa saat kemudian, pergerakan dokter dan suster-suster itu terhenti. Dan setelah pergerakan dokter dan para suster berhenti, Sabel bergegas menampakkan dirinya. Sebab, jika Sabel membuat dirinya transparan, Sabel akan sulit menyentuh Alka.
Sabel melihat layar monitor yang perlahan mulai menampilkan garis tidur yang lurus. Sabel tidak mengerti alat apa itu dan fungsinya juga untuk apa, Sabel tidak tahu sama sekali. Hanya saja, Sabel merasakan bahwa nyawa Alka memang sedang dalam bahaya.
"Alka, bertahan! Seseorang sedang membutuhkan bantuan lo! Kalau lo gak bertahan, dia akan terjebak di gua naga sepanjang hidupnya!" teriak Sabel dengan air mata membasahi kedua pipinya.
Sabel perlahan mulai memejamkan kedua matanya lagi. Kedua tangannya terulur ke depan untuk meletakkan berlian pelangi itu di dada Alka. Bibir Sabel perlahan bergerak mengucapkan sebuah mantra, hingga Sabel bisa merasakan bahwa berlian itu sudah mulai lenyap dari area tangannya.
"Syukurlah, lo gak menolak berlian pelangi yang gue bawa. Makasih, lo udah mau bertahan, Alka," bisik Sabel.
Sabel bergegas mengucapkan sebuah mantra agar para dokter dan suster tadi bisa kembali menggerakkan tubuhnya. Tak lupa, Sabel kembali membuat tubuhnya terlihat transparan, kemudian, ia pun bergegas keluar dari ruangan tersebut dengan menembus pintu.
"Halo, Tante Mega!" seru Sabel sembari menampakkan dirinya di hadapan Mega.
Detik itu juga, seorang pria dan wanita langsung jatuh terduduk ke kursi, karena saking kagetnya. Pria itu membulatkan matanya, dengan kedua tangan sibuk memegangi dadanya.
"Om Caldre ya?" tanya Sabel sembari membentuk angka tujuh dengan jempol dan telunjuknya. Jari telunjuknya, Sabel arahkan ke arah pria yang bernotabene sebagai Papa Alka.
"Astaga, Sabel, ngagetin aja!" keluh Mega.
"Hehehe, ya gimana dong, Tante. Habisnya aku masuk ke dalam, banyak orang-orang yang pakai pakaian serba putih sih!" keluh Sabel.
"Terus, dokter sama susternya gimana reaksinya pas ngeliat kamu?" tanya Caldre. Sabel pun lantas terkikik pelan.
"Gak bisa liat akulah, Om, Tante. Kan aku bikin diri aku transparan dan gak bisa dilihat oleh mata orang lain," sahut Sabel dengan senyuman lebarnya.
"Eh Tante, pakaian aku udah kece belum? Udah kayak gadis manusia sungguhan kan?" Sabel perlahan menaik-turunkan kedua alisnya.
"Iya, iya, udah cantik banget kamu, Sabel. Oh iya, Lian kemana? Kok gak bareng kamu?" tanya Mega. Mendengar hal itu, wajah Sabel tiba-tiba berubah menjadi murung.
"Lian ketinggalan, Tante," sahut Sabel.
"Hah? Maksudnya ketinggalan?" tanya Mega bingung.
"Iya, Lian gak bisa pulang ke sini, karena dia ditahan sama naga pelangi," jawab Sabel.
"Kok bisa ditahan gimana caranya?" tanya Caldre.
"Jadi, naga pelangi ngajakin semacam tukeran gitu, Tante. Kayak jual beli, misalnya Tante beli sayur terus bayarnya pakai uang. Nah, bedanya, Sabel bisa bawa pulang berlian pelangi, tetapi sebagai bayarannya, Lian harus ditahan di sana, untuk jadi teman ngobrol naga pelangi itu, Om, Tante!" jelas Sabel. Detik itu juga, Mega langsung memijat keningnya menggunakan kedua tangannya.
"Aduh, aduh, gimana ini. Kenapa masalahnya jadi ribet. Aduh, anak orang, gimana kalau sampai tidak bisa kembali, kasihan orangtuanya!" keluh Mega.
"Lian pengen keberadaannya sekarang dirahasiakan, Tante. Setidaknya tunggu Alka pulih, agar Alka bisa menjemput Lian di sana," cetus Sabel.
"Astaga, terus, rencana kamu sekarang apa, Sabel?" tanya Mega.
"Aku akan berpura-pura menjadi Lian untuk mengecoh keberadaan Lian. Agar gak ada yang sadar, kalau Lian sebenarnya sedang tidak ada di dunia ini, setidaknya sampai Lian benar-benar bisa kembali ke dunia ini," cetus Sabel.
"Berpura-pura jadi Lian? Kamu bisa, Sabel?" tanya Caldre. Sabel pun seketika menganggukkan kepalanya.
"Bisa. Mungkin akan sedikit menguras tenagaku, tetapi, ini sebagai bentuk pertanggungjawabanku karena tidak bisa membawa Lian ke sini," balas Sabel.
Sabel perlahan mulai memejamkan matanya, kemudian, bibirnya mengucapkan sesuatu yang membuat tubuhnya perlahan berganti menjadi seperti Lian. Pakaiannya tetap sama, hanya saja, bentuk tubuh dan wajahnya, Sabel buat persis seperti perawakan Lian.
"Om, Tante, maaf, Sabel laper. Sabel izin berburu makanan dulu ya?" izin Sabel. Mendengar hal itu, Caldre dan Mega seketika menganggukkan kepalanya.
"Hati-hati di jalan, Sabel!" seru Mega.
Sabel segera mendesis pelan. Ia bingung, mengapa orang-orang dari dunia manusia yang pernah ditemuinya selalu mengatakan 'hati-hati di jalan, Sabel' apa itu seperti sebuah mantra dari dunia manusia? Atau itu merupakan kalimat sapaan yang biasa diucapkan ketika berpisah?
"Hati-hati di jalan, Sabel. Hati-hati di jalan, Sabel."
Sabel terus mengulanginya dalam bentuk gumaman lirih. Kata-kata itu seakan sukses membuatnya untuk fokus dan berhati-hati dalam menempuh perjalanannya berburu kuliner.
***
"Hati-hati di jalan, Alka!" teriak Sabel ketika masuk ke dalam ruangan yang dihuni oleh Alka tersebut.
Beberapa saat yang lalu, Sabel bisa melihat ada Mega yang tengah keluar dari ruangan itu. Caldre juga sudah memberikan kode kepada Sabel untuk masuk ke dalam. Maka dari itu, Sabel dengan cepat memutuskan untuk masuk ke ruangan Alka.
Sabel lantas berjalan menghampiri sebuah sofa. Dengan gerakan cepat, Sabel segera meletakkan beberapa kresek berisi makanan itu ke sofa di sampingnya.
"Gue gak jalan, gue lagi tiduran," sahut Alka dengan suara lumayan lirih. Namun, tetap bisa terdengar di indera pendengaran Sabel yang tajam.
"Kata Mama, lo lagi istirahat. Udah istirahatnya?" tanya Alka. Sabel pun sontak mengulas senyumnya.
"Iya, udah kok. Lo sendiri, gimana keadaan lo?" tanya Sabel.
"Udah agak mendingan, berkat lo, makasih ya, Lian!" ucap Alka. Mendengar hal itu, Sabel seketika mengulas senyumnya. Sepertinya penyamarannya untuk menyerupai Lian sudah berhasil.
"Gue makan dulu ya, laper hehehe! Lo mau minta?" tawar Sabel. Alka seketika menggelengkan kepalanya.
"Gak laper, buat lo aja, setelah perjalanan jauh, lo pasti laper," sahut Alka.
"Hahaha sok baik banget sih lo!" cibir Sabel. Alka pun lantas terkekeh pelan.
Tanpa pikir panjang, Sabel segera menyantap beberapa makanan siap saji di dunia manusia. Mulai dari burger, pizza, steak, gorengan. Tak lupa, ia juga memborong minuman dingin yang lezat dari minimarket dan juga beberapa botol sambel. Just info, Sabel sangat suka makan sambel dari dunia manusia. Menurutnya itu sangat enak.
"Selamat makan, Sabel!" teriak Sabel lantas bergegas menyantap makanannya.
Alka seketika mengukir sebuah senyuman di wajahnya. Ia beranjak bangun dari rebahannya, kemudian duduk bersandar di dinding.
"Udah gue duga, dari awal lo bukan Lian. Awalnya gue kira, jantung gue yang bermasalah karena gak berdebar sewaktu lo datang, ternyata emang lo bener-bener bukan Lian," cetus Alka tiba-tiba.
"Di mana Lian? Kenapa lo berpura-pura jadi Lian di hadapan gue, Sabel?"