Chereads / Cinta Seorang Hantu / Chapter 2 - Tempat tinggal baru

Chapter 2 - Tempat tinggal baru

Gubrakk!

"Astaga! siapa yang menaruh kursi disini?! ah.. kakiku yang pendek, sakit sekali..."

Mirae terlihat sangat kesakitan setelah menendang sebuah kursi kayu yang menghalangi jalannya untuk naik ke kamar atas, untung saja tidak sampai tersungkur ke lantai. Karena kalau tidak mungkin wajahnya akan sangat sakit dengan jenis lantai seperti ini. Dengan sisa tenaga yang dia miliki, gadis ini bangkit dan kembali melanjutkan untuk menata barang-barang yang dia bawa dari rumah. Serta membersihkan seisi ruangan yang ada sampai terasa sangat nyaman.

Rumah tua dengan desain unik ini memang tidak terlalu luas untuk dinikmati, namun dengan sisa uang yang dia kumpulkan selama menulis novel hanya inilah tempat yang bisa Mirae sewa. Lagi pula bukan masalah dengan omongan supir taksi tadi jika rumah dan daerah sekitar sini berhantu, selama dia memiliki jimat yang diberikan sang ayah. Semua akan baik-baik saja bukan?!

Satu persatu pekerjaan berhasil Mirae selesaikan, dari mulai menyapu, mengepel serta membereskan barang-barang yang dia bawa termasuk makanan. Untung saja sebelumnya dia sudah menyiapkan kulkas bekas yang dia beli dari temannya seminggu yang lalu, jadi tidak akan terlalu repot jika nantinya Mirae sibuk menulis sampai lupa untuk makan.

"Kita lihat, minuman ada, makanan dan snacks juga lengkap. Tapi apa yang belum ya? rasanya aku melupakan sesuatu,"

Mirae mengetuk-ngetuk pintu kulkas, entah mengapa ada hal yang kurang untuk menemani waktu malamnya nanti. Namun entah apa dia sendiri lupa.

"Ah sudahlah kenapa harus repot-repot memikirkan hal yang aku sendiri tidak akan mengingatnya, lebih baik sekarang aku istirahat sebentar karena nanti malam mungkin aku akan mulai menulis lagi,"

Mirae berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua, rumah ini memang tidak besar dan luas namun memiliki sebuah kamar kecil yang cukup nyaman untuk gadis ini tempati. Dan Mirae sangat senang karena bisa menikmati udara malam sembari mengeluarkan semua inspirasi yang ada di dalam otaknya. Dia merenggangkan pinggang yang sangat pegal itu, kemudian mulai melompat ke atas ranjang. Rasanya benar-benar lega bisa sedikit jauh dari ayah dan juga ibunya, karena selama ini Mirae terlalu di kekang hanya karena kemampuan yang dia miliki. Padahal di umurnya yang sudah menginjak 25 tahun, dia bisa menjaga diri dengan sangat baik.

"Hoamm..."

Perlahan kedua mata cantik itu terasa begitu berat, mungkin karena beberapa jam merapihkan rumah bukanlah sesuatu yang mudah. Terlebih dengan kertas-kertas mantra yang harus dia tempelkan di seluruh kamar ini, sungguh merepotkan. Namun itu juga demi keselamatannya sendiri, agar para roh jahat tidak ada yang berani mengganggunya.

Tik tik tik..

Bunyi jarum jam terdengar seperti alunan musik yang sangat indah ditelinga Mirae, dan dalam hitungan menit gadis ini pun sudah tidur dengan sangat lelapnya. Hembusan angin yang masuk melewati celah jendela membuat suasana terasa bagaikan di pantai, apalagi dengan pepohonan yamg masih berdiri tegak di depan rumah. Menambah udara semakin sejuk.

"Mmgh ayam gorengnya enak sekali ibu..."

***

Waktu terus berjalan, bahkan sudah lewat dari pukul 07.00 malam. Mirae masih tertidur bagaikan kudanil malas dengan mulut yang terbuka. Bagaimana jika para cicak di atas langit-langit itu jatuh lalu masuk ke dalam sana? mungkin akan terasa seperti permen yupi.

"Ah.. jangan lakukan itu! rasanya geli sekali.."

"Astaga tidak jangan lakukan!"

"Hey setan mesum!!!"

Mirae terbangun dengan nafas yang terengah-engah, dia bermimpi buruk kali ini. Mimpi yang benar-benar membuatnya merinding setengah mati, ketika seorang lelaki datang lalu mencoba untuk memperkosanya. Mirae sadar jika kedatangan orang asing didalam mimpinya itu adalah sosok makhluk halus yang mencoba untuk mengganggunya. Mungkin bisa dibilang, sebangsa hantu atau pun jin yang merasa tertarik dengan dirinya.

Gadis ini melirik ke arah jam dinding, dia terkejut karena waktu hampir menunjukan pukul 8 malam. Dengan terburu-buru Mirae pun turun untuk segera mandi dan menyiapkan makan malam, dia juga harus pergi terlebih dahulu ke mini market terdekat untuk membeli beberapa perlengkapan lain seperti pembalut dan juga alat tulis lainnya.

"Oh my airnya dingin sekali, mentang-mentang sudah lama tidak digunakan oleh manusia. Apakah harus sedingin ini?!"

Mirae buru-buru menyelesaikan mandinya karena terasa sangat dingin, bahkan dia malas untuk memakai sabun atau pun gosok gigi. Yang penting semua keringat itu tebilas habis tanpa meninggalkan bau yang cukup menyengat.

Satu persatu lampu ruangan dia nyalakan, tidak lupa juga dengan yang di depan sana agar orang-orang sekitar mengetahui jika ada penghuni baru yang tinggal di dekat mereka.

Mirae pun kembali berlarian ke kamar, dia memakai pakaiannya kemudian pergi keluar untuk berbelanja sebentar. Cuaca malam ini terasa sangat dingin, namun bodohnya Mirae sampai lupa untuk membawa jaket. Sampai dalam perjalanan berangkat atau pun pulang dari mini market kulitnya terasa seperti membeku.

Suasana jalan terasa begitu sepi, tak ada satupun orang yang keluar atau pun melintas dengan kendaraan mereka. Apa mungkin karena ini malam Jum'at? atau hanya perasaan Mirae saja jika kota yang dia datangi ini seperti kawasan hantu. Kabut putih pun turun dan menutupi hampir seluruh pandangannya, seperti berada disebuah adegan film horor. Dimana para hantu biasanya akan muncul sekarang. Namun dari pandangannya Mirae belum menemukan satu sosok pun sejak tadi siang, mungkin mereka libur atau mojok disuatu tempat.

Tottt!!

Suara kelakson motor mengagetkan gadis cantik ini, dia bahkan refleks mengumpat kasar karena kelakuan orang yang membuatnya terkejut itu. Beberapa barang belanjaannya pun sampai jatuh ke tanah, dan seorang lelaki berjaket hitam pun turun untuk membantu memungutinya.

"Maafkan aku Nona, apa kau baik-baik saja?" tanya lelaki itu dengan wajah menyesal.

Mirae berdecik kesal sembari berdiri dengan tatapan yang tajam bagaikan silet, "Apa kau gila? kenapa membunyikan kelakson seperti itu?! kau ingin aku tuli?! yang benar saja!"

"Maaf aku benar-benar tidak sengaja,"

Mirae tidak memperdulikan lelaki itu lagi, dia berbalik dan mempercepat langkahnya untuk meninggalkan tempat ini. Namun dari belakang sana lelaki itu terus memanggil berkali-kali, bahkan sampai mengejarnya dengan tergesa-gesa.

"Apa lagi?! sudah aku bilang pergi dan jangan menggangguku!" tegas Mirae.

Lelaki itu menyerahkan sebuah benda yang tertinggal dengan wajah yang malu-malu, "Nona kau meninggalkan ini,"

Mirae membulatkan matanya ketika tahu jika lelaki itu memegang sebuah pembalut yang dia beli di mini market tadi. Dengan perasaan malu gadis ini berlarian secepat kilat sampai menuju rumahnya, dia bahkan sampai hampir tersandung batu karena tidak memperhatikan jalanan.

"Astaga! kenapa benda itu sampai jatuh sih? aishh memalukan sekali kau Mirae!!"

Dengan wajah yang masih memerah Mirae duduk dilantai sembari menendang-nendang barang belanjaannya, dia sangat malu karena benda pribadi itu bisa sampai dipegang oleh lawan jenisnya.

"Kau sedang datang bulan rupanya? pantas saja tubuhmu bau busuk manusia.."

Suara seseorang membuat Mirae terdiam sejenak, dia menatap perlahan ke arah depan dan melihat sepasang kaki tengah melayang dengan tubuh yang transparan. Sesosok lelaki tengah berdiri dihadapannya dengan wajah yang begitu pucat.

"Setaaaan!!"