Semalaman suntuk Mirae menulis ide untuk novel baru yang akan kembali dia terbitkan, kisah seorang hantu dan manusia yang saling berhubungan satu sama lain. Mungkin ini adalah cerita hasil dari inspirasi nya sendiri ketika bertemu dengan Boby, dan kisah yang sangat menarik pun akan mulai Mirae rangkai dengan baik sembari bertanya beberapa hal tentang kehidupan seorang hantu. Karena kapan lagi dia bisa berinteraksi seperti ini jika bukan sekarang?!
"Hoammm.. wah sudah lama sekali aku tidak bergadang rasanya cukup aneh juga, jam berapa ini astaga!"
Mirae menatap jam dinding yang mati lalu dia pun bergegas mencari ponselnya untuk melihat pukul berapa sekarang, ternyata waktu sudah menunjukkan hampir pukul 8 pagi dan gadis ini belum makan apa-apa kecuali coklat. Dia pun membuka jendela kamar untuk melihat sebuah keramaian di depan sana, para ibu-ibu sekitar berkerumun sembari menatap sesekali ke arah rumah yang Mirae tempati. Entah apa yang sedang mereka bicarakan yang jelas membuat gadis ini begitu penasaran.
"Apa mereka sedang membicarakan ku? dasar tukang gosip!" umpat Mirae kesal.
Gadis ini pun beranjak dari loteng atas untuk turun kebawah dan menghampiri ibu-ibu yangs sedang berkerumun disana, bukan untuk menguping atau semacamnya hanya saja Mirae ingin menyapa jika mereka memiliki seorang tetangga baru yang cantik! setidaknya itu yang dipikrian oleh gadis ini.
Dengan hanya mencuci muka serta menggunakan pakaian seadanya Mirae buru-buru keluar rumah sembari membawa dompet ditangannya, dia tahu jika yang sedang berhenti tepat di depan rumahnya itu adalah seorang penjual sayur keliling. Dan Mirae pun berisiatif untuk berbelanja keperluannya sehari-hari sembari menyapa para penggosip itu.
Ketika pintu rumah tua itu terbuka, orang-orang yang berada di luar sana langsung menatap sinis ke arah Mirae. Gadis ini pun tidak bisa berbuat apa-apa kecuali memasang senyuman yang manis, berharap jika dia bisa menerima kedatangannya dengan sangat baik.
"Halo, aku Mirae penghuni baru rumah ini. Apa ibu-ibu penduduk asli disini? salam kenal."
Mirae membungkukkan kepalanya sebagai tanda hormat kepada para tetangga barunya itu, diantara dari mereka pun ada yang menyambutnya dengan baik dan ada juga yang hanya menatap sinis. Mungkin beberapa dari mereka merasa sangat curiga karena ada yang berani menempati tempat yang sangat menyeramkan ini, terlebih semenjak ada yang meninggal dirumah itu tidak pernah ada lagi satu orang pun yang berani masuk. Namun ketika melihat Mirae keluar dari sana, mereka pun berfikiran buruk jika gadis ini adalah seorang teroris yang sedang bersembunyi.
"Nona, apakah Nona tidak takut tinggal disana?" tanya seorang ibu-ibu kepada Mirae.
Gadis itu seketika menatap wajah wanita paruh baya yang menanyakan pertanyaan konyol seperti itu, "Takut, memangnya kenapa bu? rumah itu nyaman kok. Walau mungkin ada beberapa tempat yang tidak bisa aku pasangkan penerangan, akan tetapi cukup murah untuk penulis novel horor sepertiku."
"Oh jadi Nona ini penulis novel horor? aduh hati-hati loh beberapa tahun yang lalu ada pembunuhan sadis disini. Bahkan mayatnya saja sampai hancur tanpa kepala, apa Nona tidak merasa takut? atau mungkin pemilik rumah itu tidak mengatakan apapun sebelumnya?" tanya ibu itu dengan wajah yang memperingati.
"Heh bu jangan asal bicara! nanti nona Mirae ini takut, lagi pula kejadian itu sudah dua tahun lamanya dan mungkin arwah pemuda yang meninggal itu sudah tidak ada," ucap seorang ibu-ibu lainnya.
Mirae merasa sedikit merinding juga mendengar cerita dari para ibu-ibu ini, jika benar ada sebuah pembunuhan yang terjadi dirumah yang dia tempati berarti ada roh jahat juga yang sedang bersembunyi atau mengintainya. Akan tetapi kenapa dia harus takut? karena hantu yang Mirae temui semalam benar-benar tampan dan ramah, dia juga tidak menunjukkan sisi jahat apapun dan Mirae bisa bernafas lega bersama jimat-jimat yang dia miliki dari sang ayah.
"Ah ibu-ibu ini, tidak seram kok, hanya saja mungkin memang ada gangguan sedikit malam tadi," ucap gadis itu ramah.
"Iya syukurlah jika begitu, semoga saja kau betah ya Nona cantik."
Beberapa ibu-ibu pun pergi meninggalkan kerumunan, mereka malah tidak jadi berbelanja dan hanya menggosip saja. Sekarang hanya tinggal satu wanita paruh baya bersama tukang sayur keliling yang ada bersama Mirae, wanita itu bernama bu Rina. Sudah hampir 40 tahun beliau tinggal disini, dan memang tahu juga bagaimana cerita kelasnya tentang pembunuhan yang terjadi.
Dia sangatlah ramah, bahkan mengajak Mirae untuk mengobrol akrab. Gadis ini pun sekarang merasa tidak kesepian lagi dengan tetangga sebaik bu Rina ini, dan mungkin mereka bisa menjadi sangat akrab nantinya.
"Nama ibu Rina, ibu sudah lama tinggal disini dan memang benar apa yang dikatakan oleh ibu-ibu tadi itu. Rumah ini pernah menjadi saksi bisu pembunuhan berantai sebuah keluarga sampai tidak ada lagi yang berani menempatinya. Akan tetapi jika yang ibu lihat Mirae ini tidak ketakutan untuk tinggal disana, jadi tidak perlu mendengarkan ucapan ibu-ibu tadi. Oh iya dengan siapa Mirae tinggal disini?" tanya bu Rina ramah.
"Aku tinggal sendirian bu, iya niat hati ingin mencoba untuk hidup mandiri itu saja hehe. Oh iya rumah ibu dimana?" tanya Mirae penuh antusias.
"Rumah ibu ada dibelakang rumahmu sayang, mampirlah jika sempat kita bisa makan malam bersama atau mungkin mengobrol lebih akrab lagi. Kebetulan ibu juga punya anak seumuran denganmu, dia itu pemalas dan selalu tinggal dirumah. Jika Mirae mau datang dan ajak dia untuk menulis novel juga, itung-itung menambah teman baru bagaimana?" goda wanita paruh baya itu.
Mirae membalasnya dengan senyuman, lagi pula tidak ada salahnya untuk menambah seorang teman bukan? karena untuk hidup di tempat yang baru gadis ini datangi juga tidak mungkin selamanya sendiri.
"Baiklah bu, aku akan mampir nanti."
Bu Rina pun sangat senang bisa berkenalan dan mengobrol dengan gadis yang sangat ceria ini, dan karena memang pegal juga untuk berlama-lama berdiri memilih sayur, Mirae pun pamit untuk pulang. Dia berencana untuk memasak dan memberikannya kepada bu Rina nanti malam, iya setidaknya untuk membuat hubungan mereka semakin akrab. Mirae juga penasaran dengan anak dari wanita paruh baya itu, kira-kira apakah bisa dia ajak kenalan menjadi panther menulis novel?!
"Aku jadi penasaran, siapa orang yang meninggal dirumah ini? apakah jangan-jangan itu adalah Boby? wah benar-benar menarik," gumam Mirae sembari mengiris bawang merah.
"Dorrrr! kenapa kau membicarakan ku?!"
Sosok hantu tengil itu kembali muncul, dia bahkan sampai mengagetkan Mirae dari belakang. Untung saja pisau itu tidak sampai jatuh lalu mengenai kaki gadis ini, jika saja sampai kena bahaya juga.
"Heh kau gila?! bisa-bisanya mengagetkan orang seperti itu Boby!" bentak Mirae kesal.
Hantu tengil itu hanya tertawa puas sembari memandang wajah gadis dihadapannya, "Siapa suruh bergumam sendirian? harusnya kau mengajak aku bicara Nona penghuni rumah, jadi katakan apa yang membuatmu penasaran dengan diriku katakan?!"
Mirae menatap wajah Boby dengan serius, mungkin bagus juga jika dia menanyakan cerita tentang pembunuhan itu kepadanya. Dan mungkin juga bisa dia jadikan sebagai ide cerita yang sangat menarik untuk ditulis.
"Heh hantu tengil, apa kau tahu tentang kasus pembunuhan berantai dirumah ini? atau jangan-jangan kau adalah salah satu korbannya? cepat katakan atau aku akan mencolok matamu dengan pisau jika bisa!"